BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.
Usahatani Kopi Arabika tergolong menguntungkan karena penerimaan petani lebih besar dibandingkan biaya produksi. Hal ini dibuktikan dengan
nilai pendapatan sebesar Rp 11.197.372,22tahun per petani dan Rp 17.164.334,65tahun per hektar.
2. Usahatani Kopi Arabika secara finansial layak untuk dilaksanakan dan
dikembangkan ditinjau dari kriteria kelayakan yakni nilai NPV 0 yaitu sebesar Rp 10.458.823,37 per tahun, nilai IRR i 7,5 yaitu sebesar
28,26, dan nilai Net BC 1 yaitu sebesar 15,15. Dilihat dari analisis sensitivitas, jika diasumsikan biaya produksi meningkat sebesar 5 dan 10
persen maka usahatani Kopi Arabika masih memiliki kelenturan untuk menanggung perubahan biaya.
6.2 Saran
1. Untuk meningkatkan kualitas serta kuantitas produksi Kopi Arabika maka petani perlu mengelola faktor produksi seperti lahan, bibit, pupuk,
herbisida, tenaga kerja, dan peralatan yang sesuai dengan standar anjuran agar menghasilkan keuntungan maksimal.
2. Dukungan dari Pemerintah Daerah sangat dibutuhkan dalam kelangsungan usahatani Kopi Arabika seperti kontiniuitas pemberian bibit, penyuluhan
Universitas Sumatera Utara
hama penyakit tumbuhan, serta subsidi pupuk guna meningkatkan produktivitas Kopi Arabika.
3. Kepada peneliti selanjutnya agar meneliti efisiensi penggunaan faktor produksi usahatani Kopi Arabika agar usahatani ini dapat dipertahankan
dan dioptimalkan sebagai produk khas daerah Simalungun yang berkualitas.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar di dunia setelah Brazil, Vietnam, dan Colombia. Dari total produksi, sekitar 67 kopinya diekspor
sedangkan sisanya 33 untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Tingkat konsumsi kopi dalam negeri berdasarkan hasil survei LPEM UI tahun 1989 adalah
sebesar 500 gramkapitatahun. Dewasa ini kalangan pengusaha kopi memperkirakan tingkat konsumsi kopi di Indonesia telah mencapai 800
gramkapitatahun. Dengan demikian dalam kurun waktu 20 tahun peningkatan konsumsi kopi telah mencapai 300 gramkapitatahun Budiman, 2012.
Terdapat kecenderungan masyarakat mengonsumsi kopi, baik di Indonesia maupun di luar Indonesia. Untuk di luar Indonesia terutama di Benua Eropa dan
Amerika, masyarakat sangat menyukai cita rasa kopi Arabika. Rata-rata peningkatan konsumsi kopi di Benua Asia sebesar 5-8 setiap tahun. Sementara
itu, di Benua Eropa dan Amerika naik melebihi 8 setiap tahun. Di dalam negeri sendiri permintaan kopi mencapai 140.000 ton pada tahun 2003. Dalam lima
tahun terakhir harga perdagangan kopi lokal di Indonesia rata-rata meningkat 15- 30. Bahkan untuk jenis Kopi Arabika, harga jualnya pada tahun 2006-2007
meningkat 60 AAK, 2009. Keberhasilan agribisnis kopi membutuhkan dukungan semua pihak yang terkait
dalam proses produksi kopi, pengolahan, dan pemasaran komoditas kopi. Upaya
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan produktivitas dan mutu kopi terus dilakukan sehingga daya saing kopi Indonesia dapat bersaing di pasar dunia Rahardjo, 2012.
Awalnya jenis kopi yang dibudidayakan di Indonesia adalah arabika, lalu liberika dan terakhir kopi jenis robusta. Kopi jenis arabika sangat baik ditanam di daerah
yang berketinggian 1.000-2.000 meter diatas permukaan laut. Semakin tinggi lokasi perkebunan kopi, cita rasa yang dihasilkan kopi akan semakin baik. Sekitar
90 hasil produksi kopi di Indonesia berasal dari perkebunan kopi rakyat. Beberapa faktor yang mempengaruhi kestabilan hasil produksi perkebunan kopi
rakyat diantaranya faktor kebiasaan petani, faktor ekonomi, dan faktor keamanan lingkungan. Belum adanya pemetaan sentra penghasil kopi yang menggambarkan
karakteristik dari masing-masing daerah dan kurangnya penyuluhan edukasi dalam
mengatasi hama
penyakit tanaman
kopi yang
menjadi salah satu penyebab produksi kopi hasil perkebunan rakyat belum banyak
diekspor Panggabean, 2011. Menurut Najiyati dan Danarti 2004 dituliskan umumnya tanaman kopi rakyat
sudah berumur cukup tua sehingga tidak produktif lagi. Penerapan teknologi pun masih sederhana. Sehingga produksi dan mutunya rendah. Untuk mengatasi hal
ini maka langkah yang perlu ditempuh oleh petani adalah sebagai berikut: 1.
Mengembangkan varietas Kopi Arabika unggul pada lahan yang sesuai 2.
Mengganti tanaman tua dengan tanaman muda varietas unggul yang dianjurkan peremajaan
Universitas Sumatera Utara
3. Menerapkan teknik budidaya yang benar, baik sistem penanaman,
pemangkasan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, maupun pengaturan naungan
4. Menerapkan sistem pemanenan dan pengolahan yang benar, baik cara
pemetikan, pengolahan, pengeringan maupun sortasi Dalam Budiman 2012 terdapat persyaratan kondisi iklim dan tanah optimal
untuk Kopi Robusta dan Kopi Arabika seperti pada tabel berikut.
Tabel 2.1 Persyaratan Kondisi Iklim dan Tanah Optimal untuk Kopi Robusta dan Kopi Arabika
Syarat Tumbuh Kopi Robusta
Kopi Arabika Iklim
Tinggi Tempat m dpl 300-600
700-1400 Suhu Udara Harian
o
C 24-30
15-24 Curah Hujan Rata-rata mmth
1500-3000 2000-4000
Jumlah Bulan Kering blth 1-3
1-3
Tanah
Derajat Kemasaman pH 5,5-6,5
5,3-6,0 Kandungan B.O
3 3
Kedalaman Efektif cm 100
100 Kemiringan Maksimum
40 40
Sumber: Hulupi 1998 Menurut Statistik Daerah Kecamatan Dolok Pardamean 2014 tertulis bahwa
letak Kecamatan Dolok Pardamean di atas permukaan laut berada di atas 751 meter, dimana persentase pada ketinggian 751-1.000 meter sebesar 10,23,
ketinggian 1.001-1.250 meter sebesar 86,87, ketinggian 1.251-1.400 meter sebesar 2,20 dan ketinggian 1.501 meter sebesar 0,70.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2 Kecepatan Angin, Kelembaban Udara, dan Curah HujanHari Kabupaten Simalungun Tahun 2011-2013
No Uraian
2011 2012
2013
1 Rata-rata Kecepatan
Angin mdtk 0,27
0,25 0,21
2 Rata-rata Kelembaban
Udara 85
84 85
3 Rata-rata Hari Hujan
haribulan 15
14 15
4 Rata-rata Curah Hujan
223 229
314 5
Rata-rata Suhu Udara
o
C 25,0
25,2 25,2
Sumber: Statistik Daerah Kecamatan Dolok Pardamean 2014 Menurut Panggabean 2011 kualitas kopi yang baik hanya dapat diperoleh dari
buah yang telah masak dan melalui pengolahan yang tepat. Buah kopi yang baru dipanen harus segera diolah. Pasalnya, buah kopi mudah rusak dan menyebabkan
perubahan cita rasa pada seduhan kopi. Secara umum, urutan proses pengolahan kopi sebagai berikut:
1. Pemetikan buah
2. Penerimaan di pabrik atau gudang
3. Sortasi buah
4. Pengeringan buah
5. Pengupasan kulit buah pulping
6. Pengeringan biji
7. Pengupasan kulit tanduk hulling
8. Pengeringan akhir
9. Sortasi biji grading
10. Pengemasan
11. Penyimpanan
12. Pendistribusian atau pemasaran
Universitas Sumatera Utara
Menurut Budiman 2012 terdapat perbedaan ciri-ciri antara kopi jenis arabika dan robsuta. Berikut ciri-ciri Kopi Arabika:
a. Aromanya wangi sedap mirip percampuran bunga dan buah. Hidup di daerah
sejuk dan dingin b.
Memiliki rasa asam yang tidak dimiliki oleh kopi jenis robusta c.
Memiliki bodi atau rasa kental saat diserap di mulut d.
Rasa kopi arabika lebih mild atau halus e.
Kopi arabika juga terkenal pahit Ciri-ciri Kopi Robusta:
a. Memiliki rasa yang lebih seperti cokelat
b. Bau yang dihasilkan khas dan manis
c. Warnanya bervariasi sesuai dengan cara pengolahan
d. Memiliki tekstur yang lebih kasar dari arabika
Dalam penentuan harga maka kelas mutu adalah salah satu faktor yang
mempengaruhi harga. Semakin sedikit jumlah biji kopi yang cacat maka harganya pun semakin tinggi dan sebaliknya, semakin banyak cacat kopi maka harganya
semakin rendah Saragih, 2007.
2.2 Landasan Teori