BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada
publik. Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight PUAB ON. Pergerakan di suku
bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga deposito, dan pada gilirannya suku bunga kredit perbankan. Berdasarkan Pusat
Informasi Pasar Uang PIPU Bank Indonesia 2016 diketahui bahwa rata-rata suku bunga deposito dari keseluruhan bank pemerintah adalah sebesar 7,5.
2.2.5 Analisis Sensitivitas
Menurut Gitingger dan Hans 1993, analisis sensitivitas adalah menganalisis kembali suatu proyek untuk melihat apa yang akan terjadi pada proyek tersebut
bila ada sesuatu yang tidak sejalan dengan rencana. Hal ini dibutuhkan dalam analisis proyek, biasanya didasarkan pada proyeksi yang mengandung banyak
ketidakpastian dan perubahan yang akan terjadi di masa yang akan datang, proyek dapat berubah-ubah sebagai akibat empat permasalahan utama yaitu:
a. Perubahan harga jual produk
b. Keterlambatan pelaksanaan proyek
c. Kenaikan biaya
d. Perubahan volume produksi
2.3 Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Karo 2009 yang berjudul Analisis Usahatani Kopi di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo
menunjukkan bahwa usahatani kopi di daerah penelitian secara finansial layak untuk diusahakan
Universitas Sumatera Utara
dan dikembangkan. Hal tersebut dilihat dari nilai NPV 0 yaitu sebesar 8.386.247,8, nilai IRR i 15 yaitu sebesar 16,95 sedangkan nilai
Net BC 1 yaitu sebesar 30,80. Dengan rata-rata pendapatan per petani adalah sebesar Rp 11.536.269,54 atau Rp 15.642.088,95 per hektar.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kristi 2014 yang berjudul Analisis Pendapatan Usahatani Kopi Arabika Coffea arabica di Desa Dolokmargu,
Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan diperoleh kesimpulan
bahwa usahatani kopi layak untuk diusahakan berdasarkan nilai NPV 0 yaitu sebesar 6.705.506,31, nilai IRR i yaitu sebesar 49,3 sedangkan nilai Net BC 1
yaitu sebesar 40,38. Dengan pendapatan per petani adalah sebesar Rp 12.881.212,20 atau Rp 35.169.213,02 per hektar.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sinaga 2014 yang berjudul Studi Kelayakan Pengembangan Packing House Komoditi Hortikultura di Desa Siboras
Kecamatan Pematang Silimahuta Kabupaten Simalungun diperoleh kesimpulan
bahwa berdasarkan kriteria investasi pengembangan packing house diperoleh nilai NPV pada SOCC 12 sebesar Rp 1.041.912.375,45, EIRR sebesar 29,52 dan Net
BC sebesar 2,40 berarti layak untuk dilaksanakan. Dilihat dari analisis sensitivitas, jika biaya meningkat sebesar 10 dan 20 proyek masih tetap layak dilaksanakan
karena masih memiliki kelenturan untuk menanggung peningkatan biaya.
2.4 Kerangka Pemikiran
Kopi merupakan salah satu komoditi pertanian yang memiliki penggemar dari berbagai kalangan sehingga selalu menjadi trend dari masa ke masa. Sampai saat
ini kopi dijadikan tokoh utama dalam banyak hal termasuk bisnis. Permintaan dan penawaran kopi masih bersaing hingga saat ini. Banyak petani tertarik untuk
Universitas Sumatera Utara
mengembangkan usahatani kopi guna meningkatkan produksi kopi dan memperoleh pendapatan yang maksimal.
Pengelolaan usahatani merupakan kemampuan petani dalam mengorganisir serta
mengoordinasikan faktor-faktor produksi yang dimiliki dengan sebaik-baiknya sehingga mampu memberikan hasil produksi pertanian sebagaimana yang
diharapkan. Ukuran dari keberhasilan pengelolaan adalah ketika penerimaan melebihi biaya produksi yang dikeluarkan sehingga memberikan keuntungan bagi
petani itu sendiri. Besarnya biaya produksi ditentukan dari penggunaan input produksi seperti bibit,
pupuk, obat-obatan, tenaga kerja dan lahan. Total biaya produksi diperoleh dengan cara mengalikan jumlah penggunaan input produksi dengan harga masing-
masing ditambah biaya penyusutan alat-alat pertanian yang digunakan. Penerimaan petani adalah banyaknya jumlah produksi dikali dengan harga jual.
Selisih antara total penerimaan dengan total biaya produksi adalah pendapatan bersih usahatani kopi yang diterima petani. Dari pendapatan bersih tersebut dapat
dianalisis kelayakan usahatani kopi. Usahatani tersebut dikatakan layak apabila menguntungkan dan dikatakan tidak layak apabila usahatani yang dijalankan
mengalami kerugian atau pendapatan bersih yang diperoleh lebih kecil dari total biaya produksi yang dikeluarkan untuk menjalankan usahatani tersebut.
Untuk memastikan tingkat kelayakan usahatani, juga dilakukan analisis
sensitivitas untuk mengetahui tingkat kepekaan usahatani terhadap perubahan yang terjadi, seperti kenaikan biaya produksi maupun penurunan harga jual.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uraian diatas dapat disusun kerangka pemikiran sebagai berikut.
Keterangan: : Menyatakan Hubungan
: Menyatakan Pengaruh
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran
Usahatani Kopi
Produksi Input
Produksi
Penerimaan Harga Jual
Biaya Produksi
Pendapatan
Kelayakan Usahatani
NPV IRR
Net BC
Layak Tidak
Layak Analisis
Sensitivitas
Universitas Sumatera Utara
2.5 Hipotesis Penelitian