Tabel 4.6 Panjang Jalan di Kecamatan Dolok Pardamean Tahun 2011-2013 Panjang Jalan
Km 2011
2012 2013
Kondisi Jalan Baik
10,89 13,59
14,33 Buruk
44,70 28,70
28,98 Sangat Buruk
11,35 10,20
3,48
Jenis Jalan Beraspal
66,60 67,80
67,80 Lapen
17,60 19,16
19,90 Kerikil
12,40 9,76
9,02 Tanah
0,49 0,49
0,49 Sumber: Statistik Daerah Kecamatan Dolok Pardamean 2014
Sarana dan prasarana akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat. Namun panjangnya jalan merupakan pendukung penting sehingga
harus di dukung dengan kondisi jalan yang baik agar Kecamatan Dolok Pardamean semakin mudah dijangkau dan laju perkembangan semakin cepat
pula. Dari Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa kondisi jalan saat ini cenderung buruk namun selalu mengalami peningkatan menjadi lebih baik setiap tahunnya. Hal ini
juga dibuktikan dari panjangnya jenis jalan beraspal sebesar 67,8 km yang sangat berpengaruh pada akses ke dalam maupun ke luar Kecamatan Dolok Pardamean.
4.2 Karakteristik Responden
Karakteristik responden di daerah penelitian diperoleh berdasarkan survei yang dilakukan kepada 30 responden yakni petani yang melakukan konversi lahan Kopi
Robusta menjadi Kopi Arabika. Karakteristik umum tersebut terdiri dari luas lahan, umur petani, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan dan pengalaman
usahatani.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.7 Karakteristik Responden No
Karakteristik Satuan
Range Rata-rata
1 Luas Lahan
Ha 0,12 – 2
0,62 2
Umur Petani Tahun
29 – 75 48,48
3 Tingkat Pendidikan
Tahun 0 – 17
11,63 4
Jumlah Tanggungan Orang
0 – 6 1,85
5 Pengalaman Usahatani
Tahun 4 – 40
17,73 Sumber: Lampiran 1
Berdasarkan Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa luas lahan Kopi Arabika di daerah penelitian berada pada range 0,12 – 2 Ha dengan rata-rata sebesar 0,62 Ha. Umur
petani yang melakukan usahatani Kopi Arabika berkisar mulai 29 – 75 tahun dengan rataan 48 tahun. Tingkat pendidikan petani Kopi Arabika berada pada
range 0 – 17 tahun dengan rata-rata 11,63 tahun atau setara dengan SMA. Jumlah tanggungan mulai dari 0 – 6 orang dengan rataan sebesar 2 orang. Pengalaman
usahatani para petani berkisar mulai 4 – 40 tahun dengan rata-rata selama 17,73 tahun.
Universitas Sumatera Utara
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Analisis Usahatani Kopi Arabika 5.1.1 Biaya Produksi Usahatani
Biaya produksi merupakan pengorbanan yang perlu dilakukan oleh petani untuk memperoleh input produksi yang akan digunakan dalam mengelola usahatani
untuk menghasilkan output produksi. Biaya produksi dalam penelitian ini terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel selama satu tahun dengan umur tanaman mulai
1-10 tahun. Biaya tetap pada usahatani Kopi Arabika pada penelitian ini berupa biaya penyusutan alat pertanian dan biaya PBB. Sedangkan biaya variabel berupa
biaya bibit, pupuk dan herbisida serta tenaga kerja. Biaya variabel lainnya adalah biaya pasca panen berupa biaya penggilingan. Masing-masing komponen biaya
produksi yang dikeluarkan petani Kopi Arabika di daerah penelitian akan dijabarkan sebagai berikut.
Biaya Tetap
Besarnya biaya PBB tergantung pada lokasi lahan. Semakin jauh dari wilayah kota maka akan semakin murah biaya PBB. Untuk lahan di Kecamatan Dolok
Pardamean biaya PBB sama rata dengan nominal sebesar Rp 15.000 per hektar setiap tahunnya.
Tabel 5.1 Rata-rata Biaya PBB pada Petani Sampel Usahatani Kopi Arabika di Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun Tahun
2015
No Uraian Luas Lahan Ha
Biaya PBB Rp
1 Per Petani
0,62 9.240,00
2 Per Hektar
1,00 15.000,00
Sumber: Lampiran 7 dan 8
Universitas Sumatera Utara
Alat-alat pertanian merupakan sarana penting dalam melaksanakan kegiatan usahatani seperti penanaman, pemupukan, pemeliharaan, panen, dan pasca panen.
Alat-alat pertanian dalam penelitian ini terdiri dari cangkul, garu, angkong, parang, pompa semprot, mesin penggiling, goni, dan terpal.
Tabel 5.2 Rata-rata Biaya Penyusutan pada Petani Sampel Usahatani Kopi Arabika di Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun
Tahun 2015
No Uraian
Biaya Penyusutan Rp
1 Cangkul
16.800,00 2
Garu 7.200,00
3 Angkong
63.333,33 4
Parang 11.883,33
5 Pompa Semprot
54.500,00 6
Goni 16.100,00
7 Terpal
57.333,33 8
Mesin Penggiling 104.777,78
Per Petani 275.811,11
Per Hektar 471.824,97
Sumber: Lampiran 5
Berdasarkan Tabel 5.2 diketahui bahwa rata-rata biaya penyusutan cangkul sebesar Rp 16.800,00 dengan umur ekonomis cangkul selama 5 tahun. Dalam
penelitian ini, harga cangkul berbeda dalam sepuluh tahun terakhir, yakni pada umur tanaman 1 – 2 tahun sebesar Rp 45.000,00cangkul; umur tanaman 3 – 5
tahun sebesar Rp 40.000,00; umur tanaman 6 – 7 tahun sebesar Rp 35.000,00; dan umur tanaman 8 – 10 tahun sebesar Rp 30.000,00.
Rata-rata biaya penyusutan garu sebesar Rp 7.200,00 dengan umur ekonomis garu selama 5 tahun. Dalam penelitian ini, harga garu berbeda dalam sepuluh
tahun terakhir, yakni pada umur tanaman 1 – 3 tahun sebesar Rp 35.000,00; umur tanaman 4 – 6 tahun sebesar Rp 30.000,00; dan umur tanaman 7 – 10 tahun
sebesar Rp 25.000,00.
Universitas Sumatera Utara
Rata-rata biaya penyusutan angkong sebesar Rp 63.333,33 dengan umur ekonomis selama 6 tahun. Dalam penelitian ini, harga angkong berbeda dalam
sepuluh tahun terakhir, yakni pada umur tanaman 1 – 6 tahun sebesar Rp 300.000,00 dan umur tanaman 7 – 10 tahun sebesar Rp 250.000,00.
Rata-rata biaya penyusutan parang sebesar Rp 11.883,33 dengan umur ekonomis selama 5 tahun. Dalam penelitian ini, harga parang berbeda dalam sepuluh tahun
terakhir, yakni pada umur tanaman 1 – 4 tahun sebesar Rp 32.000,00; umur tanaman 5 – 7 tahun sebesar Rp 30.000,00; dan umur tanaman 8 – 10 tahun
sebesar Rp 25.000,00. Rata-rata biaya penyusutan pompa semprot sebesar Rp 54.500,00 dengan umur
ekonomis selama 6 tahun. Dalam penelitian ini, harga pompa semprot berbeda dalam sepuluh tahun terakhir, yakni pada umur tanaman 1 – 6 tahun sebesar Rp
300.000,00; umur tanaman 7 – 8 tahun sebesar Rp 240.000,00; dan umur tanaman 9 – 10 tahun sebesar Rp 180.000,00.
Rata-rata biaya penyusutan goni sebesar Rp 16.100,00 dengan umur ekonomis selama 1 tahun. Dalam penelitian ini, harga goni berbeda dalam sepuluh tahun
terakhir, yakni pada umur tanaman 1 – 6 tahun sebesar Rp 3.000,00 dan umur tanaman 7 – 10 tahun sebesar Rp 2.000,00.
Rata-rata biaya penyusutan terpal sebesar Rp 57.333,33 dengan umur ekonomis selama 2 tahun. Dalam penelitian ini, harga terpal berbeda dalam sepuluh tahun
terakhir, yakni pada umur tanaman 1 – 2 tahun sebesar Rp 120.000,00; umur tanaman 3 – 6 tahun sebesar Rp 100.000,00; umur tanaman 7 – 8 tahun sebesar
Rp 80.000,00; dan umur tanaman 9 – 10 tahun sebesar Rp 60.000,00.
Universitas Sumatera Utara
Rata-rata biaya penyusutan mesin penggiling sebesar Rp 104.777,78 dengan umur ekonomis selama 10 tahun. Dalam penelitian ini, mesin penggiling terdiri dari
mesin penggiling dengan bahan bakar bensin dan mesin penggiling manual. Harga kedua jenis mesin penggiling ini berbeda dalam sepuluh tahun terakhir. Harga
mesin penggiling dengan bahan bakar bensis pada umur tanaman 1 – 5 tahun sebesar Rp 2.500.000,00; umur tanaman 6 – 8 sebesar Rp 2.000.000,00; dan umur
tanaman 9 – 10 tahun sebesar Rp 1.750.000,00. Harga mesin penggiling manual pada umur tanaman 1 – 4 tahun sebesar Rp 500.000,00 dan umur tanaman 5 – 10
tahun sebesar Rp 300.000,00.
Biaya Variabel
Bibit yang digunakan merupakan subsidi dari pemerintah dengan harga Rp 500batang. Penggunaan bibit di daerah penelitian tergantung luas areal tanam
kopi. Pada lahan 0,5 Ha menggunakan jarak tanam 2 x 2 meter sedangkan pada lahan 0,5 Ha menggunakan jarak tanam 2,5 x 2,5 meter. Sehingga rata-rata
penggunaan bibit di daerah penelitian sebanyak 1600 – 2500 batang per hektar.
Tabel 5.3 Rata-rata Biaya Bibit pada Petani Sampel Usahatani Kopi Arabika di Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten
Simalungun Tahun 2015
No Uraian
Biaya Bibit Rp
1 Per Petani
558.666,70 2
Per Hektar 950.000,00
Sumber: Lampiran 7 dan 8
Pupuk dan obat-obatan merupakan pendukung yang sangat penting untuk
keberlangsungan hidup tanaman Kopi Arabika. Pemupukan adalah proses yang dilakukan petani dengan pemberian unsur hara baik secara kimia maupun organik.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan unsur hara pada lahan dan juga tanaman
Universitas Sumatera Utara
akan semakin mempunyai produksi yang baik. Pemupukan sangat baik dilakukan pada tanaman jika petani mempunyai modal untuk menggunakan pupuk dengan
dosis yang sesuai dengan perkembangan tanaman tersebut.
Tabel 5.4 Rata-rata Biaya Penggunaan Pupuk dan Herbisida pada Petani Sampel Usahatani Kopi Arabika di Kecamatan Dolok Pardamean,
Kabupaten Simalungun Tahun 2015
No Uraian
Jumlah Penggunaan
Biaya Rp
1 Kompos
1.152,40 kg 621.146,67
2 Urea
208,43 kg 270.109,33
3 TSP
107,50 kg 200.940,00
4 Gramoxone
5,37 liter 192.083,33
Per Petani 1.284.279,33
Per Hektar 2.279.896,77
Sumber: Lampiran 4 Jenis pupuk dan herbisida yang digunakan seperti Kompos, Urea, TSP dan
Gramoxone. Harganya beragam namun cukup terjangkau karena tergolong pupuk subsidi. Penggunaan pestisida cenderung sedikit karena kurangnya pengetahuan
dan ketersediaan modal petani sampel. Dalam penelitian ini, rata-rata penggunaan pupuk per petani terdiri atas 1.152,4 kg Kompos; 208,43 kg Urea; 107,5 kg TSP.
Rata-rata penggunaan herbisida per petani yakni 5,37 liter Gramoxone. Sehingga keseluruhan biaya pupuk dan herbisida sebesar Rp 1.284.279,33 per petani dan
Rp 2.279.896,77 per hektar. Dalam penelitian ini terdapat perbedaan harga pupuk dan herbisida selama
sepuluh tahun terakhir. Harga kompos pada umur tanaman 1 – 5 tahun sebesar Rp 600,00kg dan umur tanaman 6 – 10 tahun sebesar Rp 500,00kg. Harga Urea
pada umur tanaman 1 – 5 tahun sebesar Rp 1.400,00kg dan umur tanaman 6 – 10 tahun sebesar Rp 1.250,00kg. Harga TSP pada umur tanaman 1 – 5 tahun sebesar
Universitas Sumatera Utara
Rp 2.000,00kg dan umur tanaman 6 – 10 tahun sebesar Rp 1.800,00kg. Harga Gramoxone pada umur tanaman 1 – 5 tahun sebesar Rp 60.000,00L dan umur
tanaman 6 – 10 tahun sebesar Rp 55.000,00L. Tenaga kerja merupakan salah satu faktor penting dalam usahatani karena
merupakan penunjang terhadap keberlangsungan usahatani. Dalam pengelolaan usahatani terdiri dari tenaga kerja dalam keluarga TKDK dan tenaga kerja luar
keluarga TKLK. Dalam penelitian ini terdapat beberapa kegiatan usahatani yakni pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, panen, dan
penggilingan. Rata-rata jumlah penggunaan tenaga kerja sebanyak 66,88 HKO per petani dan 112,44 HKO per hektar. Rata-rata distribusi biaya penggunaan
tenaga kerja pada usahatani Kopi Arabika dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.5 Rata-rata Biaya Penggunaan Tenaga Kerja pada Petani Sampel Usahatani Kopi Arabika di Kecamatan Dolok Pardamean,
Kabupaten Simalungun Tahun 2015
No Uraian
TKDK HKO TKLK HKO
1 Pengolahan Tanah
1,17 8,00
2 Penanaman
1,17 5,83
3 Pemupukan
1,53 3,43
4 Pemeliharaan
0,47 1,77
5 Panen
17,28 38,22
6 Penggilingan
8,11 0,93
Total HKO Per Petani 66,88
Total HKO Per Hektar 112,44
Biaya Tenaga Kerja Per Petani Rp 2.873.166,67
Biaya Tenaga Kerja Per Hektar Rp 5.135.940,12
Sumber: Lampiran 6
Dalam penelitian ini, terdapat perbedaan upah tenaga kerja dalam sepuluh tahun terakhir. Upah tenaga kerja pada umur tanaman 1 – 8 tahun sebesar Rp
50.000,00HKO sedangkan pada umur tanaman 9 – 10 tahun sebesar Rp
Universitas Sumatera Utara
30.000,00HKO. Dimana tenaga kerja berasal dari penduduk sekitar atau dapat dikatakan tetangga para petani sampel itu sendiri. Upah yang diberikan belum
termasuk biaya makan dan ongkos tenaga kerja dan dalam hal ini biaya tersebut disediakan oleh petani pemilik usatahani Kopi Arabika.
Biaya penggilingan merupakan biaya yang diperlukan untuk melakukan proses
penggilingan dengan menggunakan mesin giling berbahan bakar bensin. Dalam penelitian ini, biaya yang dikeluarkan berupa biaya bensin dengan kebutuhan 3
liter bulan. Rata-rata penggunaan biaya bensin untuk penggilingan Kopi Arabika
dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 5.6 Rata-rata Biaya Penggilingan pada Petani Sampel Usahatani Kopi
Arabika di Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun Tahun 2015
No Uraian
Biaya Penggilingan Rp
1 Per Petani
327.600,00 2
Per Hektar 252.000,00
Sumber: Lampiran 7 dan 8 Total Biaya Produksi
Secara keseluruhan, total biaya produksi usahatani Kopi Arabika dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.7 Rata-rata Biaya Produksi pada Petani Sampel Usahatani Kopi Arabika di Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten
Simalungun Tahun 2015
No Uraian
Biaya Produksi Rp
1 Per Petani
4.563.883,78 2
Per Hektar 8.048.061,86
Sumber: Lampiran 9 dan 10
Total biaya produksi terdiri dari total biaya tetap dan variabel seperti biaya pupuk serta herbisida, biaya penyusutan alat-alat pertanian, biaya tenaga kerja, dan biaya
Universitas Sumatera Utara
Pajak Bumi Bangunan PBB. Dari Tabel 5.7 dapat dilihat bahwa total biaya produksi sebesar Rp 4.563.883,78 per petani atau Rp 8.048.061,86 per hektar.
5.1.2 Penerimaan Usahatani
Penerimaan adalah nilai yang diperoleh dari seluruh hasil produksi pertanian dengan harga jual produksi. Harga jual Kopi Arabika di daerah penelitian tidak
terlalu sering mengalami fluktuasi pada waktu-waktu tertentu sehingga diasumsikan harga jual kopi biji putih sebesar Rp 23.000,00kg. Jumlah
penerimaan usahatani Kopi Arabika dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.8 Rata-rata Penerimaan pada Petani Sampel Usahatani Kopi Arabika di Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten
Simalungun Tahun 2015
No Uraian Produksi Kg
Penerimaan Rp
1 Per Petani
761,41 15.761.256,00
2 Per Hektar
1.217,99 25.212.396,50
Sumber: Lampiran 9 dan 10
5.1.3 Pendapatan Usahatani
Pendapatan adalah total penerimaan yang diperoleh petani dikurangi dengan jumlah biaya selama proses produksi berlangsung. Pendapatan petani sampel Kopi
Arabika di Kecamatan Dolok Pardamean Kabupaten Simalungun sebesar Rp 11.197.372,22 per petani dan Rp 17.164.334,65 per hektar. Pendapatan yang
diperoleh lebih besar daripada biaya produksi sehingga hal ini menunjukkan usahatani Kopi Arabika menguntungkan.
Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.9 Total Biaya Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan pada Petani Sampel Usahatani Kopi Arabika di Kecamatan Dolok Pardamean
Kabupaten Simalungun Tahun 2015
No Uraian
Per Petani Rp Per Hektar Rp
1 Biaya Tetap
PBB 9.240,00
15.000,00 Penyusutan
275.811,11 471.824,97
2 Biaya Variabel
Bibit 558.666,70
950.000,00 Pupuk dan Herbisida
1.284.279,33 2.279.896,77
Tenaga Kerja 2.873.166,67
5.135.940,12 Penggilingan
327.600,00 252.000,00
3
Biaya Produksi
4.563.883,78 8.048.061,86
4
Penerimaan
15.761.256,00 25.212.396,50
5 Pendapatan
11.197.372,22 17.164.334,65
Sumber: Lampiran 7, 8, 9 dan 10
5.2 Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Kopi Arabika