25 berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku kalium. Konsentrasi kalium
dalam sampel dihitung berdasarkan persamaan garis regresi dan kurva kalibrasi. 3.6.6.3 Kalsium
3.6.6.3.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Kalsium
Larutan baku kalsium 1000 µgmL dipipet sebanyak 2,5 mL, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL dan dicukupkan hingga garis tanda
dengan akuademineralisata. Dari larutan tersebut 50 µgmL dipipet masing- masing 1,0 mL; 2,0 mL; 3,0 mL; 4,0 mL; 5,0 mL dimasukkan ke dalam labu
tentukur 50 mL dan diencerkan dengan akua demineralisata hingga garis tanda sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 1 µgmL; 2 µgmL; 3 µgmL; 4
µgmL; 5µgmL, lalu dilakukan pengukuran pada panjang gelombang 422,7 nm dengan tipe nyala udara-asetilen.
3.6.6.3.2 Penetapan Kadar Kalsium dalam Kol Segar
Larutan sampel hasil destruksi dipipet sebanyak 4 mL dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 mL dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akua
demineralisata Faktor pengenceran = 1004 = 25 kali. Lalu diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang
422,7 nm dengan tipe nyala udara-asetilen. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku kalsium. Konsentrasi kalsium
dalam sampel dihitung berdasarkan persamaan garis regresi dan kurva kalibrasi.
3.6.6.3.3 Penetapan Kadar Kalsium dalam Kol Rebus
Larutan sampel hasil destruksi dipipet sebanyak 4 mL dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 mL dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akua
demineralisata Faktor pengenceran = 1004 = 25 kali. Lalu diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang
Universitas Sumatera Utara
26 422,7 nm dengan tipe nyala udara-asetilen. Nilai absorbansi yang diperoleh harus
berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku kalsium. Konsentrasi kalsium dalam sampel dihitung berdasarkan persamaan garis regresi dan kurva kalibrasi.
3.6.6.4 Natrium 3.6.6.4.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Natrium
Larutan baku natrium 1000 µgmL dipipet sebanyak 0,5 mL, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL dan dicukupkan hingga garis tanda dengan
akuademineralisata. Dari larutan tersebut 10 µgmL dipipet masing-masing 1,0 mL; 2,0 mL; 3,0 mL; 4,0 mL; 5,0 mL dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL
dan diencerkan dengan akua demineralisata hingga garis tanda sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 0,2 µgmL; 0,4 µgmL; 0,6 µ gmL; 0,8 µgmL;
1,0µgmL, lalu dilakukan pengukuran pada panjang gelombang 589,0 nm dengan tipe nyala udara-asetilen.
3.6.6.4.2 Penetapan Kadar Natrium dalam Kol Segar
Larutan sampel hasil destruksi dipipet sebanyak 40 mL dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 mL dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akua
demineralisata Faktor pengenceran = 10040 = 2,5 kali. Lalu diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang
gelombang 589,0 nm dengan tipe nyala udara-asetilen. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku natrium.
Konsentrasi natrium dalam sampel dihitung berdasarkan persamaan garis regresi dan kurva kalibrasi.
3.6.6.4.3 Penetapan Kadar Natrium dalam Kol Rebus
Larutan sampel hasil destruksi dipipet sebanyak 40 mL dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 mL dan dicukupkan hingga garis tanda dengan
Universitas Sumatera Utara
27 akuademineralisata Faktor pengenceran = 10040 = 2,5 kali. Lalu diukur
absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 589,0 nm dengan tipe nyala udara-asetilen. Nilai absorbansi yang
diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku natrium. Konsentrasi natrium dalam sampel dihitung berdasarkan persamaan garis regresi
dan kurva kalibrasi. Kadar besi,kalium, kalsium dan natrium dalam sampel dapat dihitung
dengan cara sebagai berikut : Kadar µgg
=
Konsentrasi µgmL × Volume mL ×Faktor Pengenceran Berat Sampel g
3.6.7 Analisis Data Secara Statistik 3.6.7.1 Penolakan Hasil Pengamatan
Kadar mineral besi, kalium, kalsium dan natrium yang diperoleh dari hasil pengukuran masing-masing larutan sampel dianalisis dengan metode standar
deviasi dengan rumus Sudjana, 2005:
SD =
1 -
n X
- Xi
2
∑
Keterangan : Xi = Kadar sampel
X
= Kadar rata-rata sampel n
= jumlah pengulangan Untuk mencari t
hitung
digunakan rumus : t
hitung
= n
SD X
Xi −
dan untuk menentukan kadar mineral di dalam sampel dengan interval kepercayaan 99, α = 0.05, dk = n-1, dapat digunakan rumus :
Universitas Sumatera Utara