6. Mengembangkan kegiatan lain sesuai dengan kebutuhan.
7. Melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan kepada Kepala DesaLurah dan Ketua
Pokjanal Posyandu Kecamatan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 54 Tahun 2007.
2.3. Kader Posyandu
Kader adalah warga masyarakat setempat yang terpilih atau ditunjuk oleh mayarakat dengan kata lain kader kesehatan merupakan wakil dari warga setempat,
yang membantu masyarakat dalam masalah kesehatan agar diperoleh kesesuaian antara fasilitas pelayanan dan kebutuhan masyarakat yang bersangkutan. Kader
sebagai pembaharu diharapkan mampu membawa nilai baru yang sesuai dengan nilai yang ada di daerahnya, dengan menggali segi-segi positifnya. Untuk dapat berperan
sebagaimana yang diharapkan dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, maka dibutuhkan para kader yang dipercayai oleh masyarakat Depkes RI, 2006.
Untuk dapat melaksanakan peran dan fungsinya maka pengertian kader secara lebih jelas adalah tenaga sukarela yang berasal dari masyarakat dan mendapat
kepercayaan dari masyarakat setempat. Setelah mendapat pelatihan mereka terpanggil untuk memelihara dan mengembangkan kegiatan yang ada dan mengatasi masalah
yang timbul di masyarakat Depkes RI, 2006. Untuk keadaan tertentu, karena kesibukan yang dimiliki, tidak mudah mencari
anggota masyarakat yang bersedia aktif secara sukarela sebagai kader posyandu. Untuk mengatasinya kedudukan dan peranan kader posyandu dapat digantikan oleh
tenaga profesional terlatih yang bekerja secara purnaparuh waktu sebagai kader
Universitas Sumatera Utara
posyandu dengan mendapat imbalan khusus dari dana yang dikumpulkan oleh dan dari masyarakat Depkes RI, 2006.
Menurut Depkes RI 2006 kriteria kader ialah: 1 Berusia dewasa; 2 Sehat jasmani dan rohani; 3 Dapat membaca dan menulis huruf latin; 4 Diterima dan
dipilih oleh masyarakat; 5 Berminat dan mampu melaksanakan tugas sebagai kader posyandu; 6 Mengusai bahasa Indonesia dan bahasa daerah setempat dengan benar;
7 Memahami tatacara, adat, budaya, kepercayaan, kebiasaan dan etika masyarakat setempat.
2.4. Kualitas Pelayanan Posyandu
Pengertian kualitas mutu menurut Azwar 1996 adalah yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang disatu pihak
dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan, dan dipihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar yang telah ditetapkan.
Menurut Azwar 1993, beberapa batasan tentang mutu pelayanan:
1. Mutu adalah tingkat kesempurnaan dari penampilan sesuatu yang sedang diamati
Winston Dictionary, 1956. 2.
Mutu adalah sifat yang dimiliki oleh suatu program Donabedian, 1980 3.
Mutu adalah totalitas dari wujud serta ciri-ciri dari statu barang atau jasa yang dihasilkan, yang didalamnya terkandung sekaligus pengertian akan adanya rasa
aman danatau terpenuhinya kebutuhan para pengguna barang atau jasa yang dihasilkan tersebut Din ISO 8402, 1986.
4. Mutu adalah kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan Crosby, 1984.
Universitas Sumatera Utara
Unsur-unsur yang memengaruhi kualitas mutu suatu pelayanan dapat diamati dari persepsi penyedia pelayanan, penyelenggara pelayanan maupun
pengguna pelayanan. Azwar 1996 terdapat 4 unsur yang memengaruhi kualitas pelayanan kesehatan, yaitu:
1. Unsur masukan
Yang dimaksud dengan unsur masukan ialah hal yang diperlukan terselenggaranya pelayanan kesehatan, meliputi unsur tenaga man, dana
money dan sarana material. Apabila tenaga dan sarana kuantitas dan kualitas tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan akan berpengaruh pada kualitas
pelayanan serta ketersediaan dana yang tidak sesuai dengan kebutuhan dapat mempengaruhi kualitas pelayanan.
2. Unsur Lingkungan
Yang dimaksud dengan unsur lingkungan adalah keadaan sekitar yang memengaruhi pelayanan kesehatan, meliputi unsur kebijakan, organisasi dan
manajemen yang baik serta berjalan seimbang sehingga akan memberikan suasana kerja yang baik. Keadaaan ini akan membuat petugas pelayanan memiliki
jaminan dari pekerjaan yang akan dilaksanakannya. 3.
Unsur Proses Yang dimaksud dengan unsur proses adalah semua tindakan yang dilakukan pada
pelayanan kesehatan. Pelaksanaan pelayanan memerlukan suatu panduan berupa prosedur tetap sehingga kualitas pelayanan dapat diukur, dievaluasi, serta
dipertanggungjawabkan. Tindakan tersebut secara umum dapat dibedakan atas dua macam yaitu tindakan medis dan non medis. Secara umum disebutkan
Universitas Sumatera Utara
apabila kedua tindakan ini tidak disesuaikan dengan standar yang telah ditetapkan, maka sulit diharapkan baiknya kualitas pelayanan.
4. Unsur Keluaran.
Unsur keluaran adalah yang menunjukkan pada penampilan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan performance. Penampilan yang dimaksud disini banyak
macamnya. Pertama, penampilan aspek medis. Kedua, penampilan aspek non medis. Secara umum disebutkan apabila keduanya penampilan ini tidak sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan maka berarti pelayanan kesehatan diselenggarakan bukan yang berkualitas.
Menurut Depdagri RI 2001, kegiatan posyandu dapat diukur dari aspek asupan input, proses, luaran output, dan dampak outcome sebagai berikut:
a. Indikator asupan input:
1. Jumlah Posyandu yang telah lengkap sarana dan obat-obatnya.
2. Jumlah kader yang telah dilatih dan aktif bekerja.
3. Jumlah kader yang mendapat akses untuk meningkatkan ekonominya.
4. Adanya dukungan pembiayaan dari masyarakat setempat, pemerintah dan
lembaga donor untuk kegiatan Posyandu. b.
Indikator proses: 1.
Meningkatnya frekuensi pelatihan kader Posyandu. 2.
Meningkatnya frekuensi pendampingan dan pembinaan Posyandu. 3.
Meningkatnya jenis pelayanan yang dapat diberikan. 4.
Meningkatnya partisipasi masyarakat untuk Posyandu. 5.
Menguatnya kapasitas pemantauan pertumbuhan anak.
Universitas Sumatera Utara
c. Indikator luaran output:
1. Meningkatkan cakupan bayi dan balita yang dilayani.
2. Pencapaian cakupan seluruh balita.
3. Meningkatnya cakupan ibu hamil dan ibu menyusui yang dilayani.
4. Meningkatnya cakupan kasus yang dipantau dalam kunjungan rumah.
d. Indikator dampak outcome:
1. Meningkatnya status gizi balita.
2. Berkurangnya jumlah anak yang berat badannya tidak cukup naik.
3. Berkurangnya prevalensi penyakit anak cacingan , diare, ISPA.
4. Berkurangnya prevalensi anemia ibu hamil dan ibu menyusui.
5. Mantapnya pola pemeliharaan anak secara baik di tingkat keluarga.
6. Mantapnya kesinambungan Posyandu.
Menurut Depkes 2006, seperangkat indikator yang digunakan sebagai penentu tingkat perkembangan pelayanan posyandu sebagaimana tertera pada
tabel 2.1.
Tabel 2.1 Tabel Indikator Posyandu
No Indikator
Pratama Madya
Purnama Mandiri
1. Frekuensi penimbangan
8 8
8 8
2. Rerata kader tugas
5 ≥5
≥5 ≥5
3. Rerata cakupan DS
50 50
≥50 ≥50
4. Cakupan kumulatif KIA
50 50
≥50 ≥50
5. Cakupan kumulatif KB
50 50
≥50 ≥50
6. Cakupan kumulatif Imunisasi
50 50
≥50 ≥50
7. Program tambahan
- -
+ +
8. Cakupan dana sehat
50 50
≥50 ≥50
Universitas Sumatera Utara
2.5 Dukungan Pendampingan dan Pembinaan oleh Tenaga