2.5 Dukungan Pendampingan dan Pembinaan oleh Tenaga
Profesional dan Tokoh Masyarakat.
Tugas kader Posyandu untuk mengelola dan melayani masyarakat untuk mendukung peningkatan kualitas SDM dini merupakan tugas yang berat dan
dilakukan secara sukarela. Berkaitan dengan hal tersebut, mengingat berbagai keterbatasan yang dimiliki kader, maka keberhasilannya akan sangat tergantung dari
seberapa jauh upaya pelaksanaan tugas kader mendapatkan dukungan pendampingan maupun bimbingan tenaga professional terkait maupun dari para tokoh masyarakat.
Secara teknis pendampingan dapat dilakukan oleh tenaga profesional pada saat posyandu buka, yakni melalui pelayanan pada meja II, III, IV, dengan cara
meningkatkan keterampilan kader dalam menimbang, mencatat hasil penimbangan pada kartu KMS maupun register dan memahami hasil penimbangan, serta
melakukan penyuluhan perorangan tentang hal-hal yang perlu diketahui oleh para ibu baik untuk dirinya maupun untuk anaknya.
Secara teratur pembinaan harus dilakukan oleh pengelola Posyandu di desa untuk memajukan penyelenggaraan Posyandu. Selain itu, pembinaan juga dilakukan
oleh DinasInstansi yang peduli dan terkait dengan kegiatan program Posyandu, seperti Pokjanal Posyandu Kecamatan, unsur Puskesmas Bidan di DesaPolindes,
Dinas Pendidikan, BKKBN, Kepala DesaLurah, Tim Penggerak PKK, dan organisasi kemasyarakatan lainnya yang mengelola Posyandu. Pembinaan dapat dilakukan
secara sendiri atau dalam kesatuan Tim yang dibentuk untuk pembinaan Posyandu, disesuaikan dengan situasi dan kebutuhan setempat Depkes RI, 2001.
Universitas Sumatera Utara
2.6. Pembinaan Posyandu
Istilah pembinaan menurut Kamus Besar Indonesia 2008 yaitu mengusahakan supaya lebih baik maju, sempurna, dan sebagainya. Menurut
Saydam 2000, pengertian pembinaan berarti pembaharuan, penyempurnaan atau usaha, tindakan atau kegiatan yang dilaksanakan secara berdaya guna dan berhasil
guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Peraturan pemerintah No. 7 tahun 1987 bab VIII Pasal 18 menyebutkan
bahwa pembinaan teknis diantaranya meliputi kegiatan pengawasan, pengendalian, dan penilaian pelaksanaan upaya kesehatan. Pembinaan teknis ini dimaksudkan untuk
menciptakan adanya keseragaman serta untuk menjamin hasil guna dan daya guna yang optimal.
Pembinaan posyandu dilaksanakan secara terpadu melalui kelompok kerja posyandu pokja posyandu yang ada di desakelurahan. Tujuan dilakukannya
pembinaan adalah agar posyandu dapat menyelenggarakan berbagai kegiatannya sehingga tujuan didirikannya posyandu dapat dicapai. Pembinaan yang dilakukan
meliputi: peningkatan pengetahuan, keterampilan pengurus dan kader posyandu serta pembinaan administrasi yang mencakup penyelenggaraan dan keuangan Depkes RI,
2006. Bantuan pemerintah dapat berupa fasilitas, bimbingan teknis, pemenuhan
saranaprasarana dasar, seperti: bantuan vaksin, obat-obatan, dacin, sarung timbangan, dan sebagainya. Maka fungsi pembinaan dari pemerintah tetap ada. Oleh
karena itu fungsi pembinaan dari pemerintah itu perlu dikoordinasikan dan diorganisasikan Depkes RI, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Kelembagaan yang mengkoordinasikan fungsi pembinaan dari pemerintah, yang diorganisasikan melalui wadah kelompok kerja operasional posyandu pokjanal
posyandu. Di desakelurahan dikoordinasikan melalui pokja posyandu. Fungsi pembinaan meliputi 3 aspek manajemen, yaitu aspek program, aspek kelembagaan
dan aspek personil atau sumber daya manusia pengelola posyandu Depkes RI, 2006. Pembinaan posyandu dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, antara lain:
1. Rapat koordinasi berkala pokja posyandu, yang bertujuan untuk membahas
kemajuan dan kendala penyelenggaraan posyandu. Dalam melaksanakan kegiatan, posyandu berkoordinasi dengan puskesmas,
dan tenaga medisparamedis yang bertugas pada saat posyandu berlangsung. Rapat koordinasi membutuhkan data dan laporan yang mendukung monitoring pelaksanaan
program, seperti kunjungan rutin ke posyandu dan rapat bulanan ke puskesmas. Diperlukan laporan kegiatan yang terorganisir dengan baik seperti format laporan
yang sudah standar dan adanya kesepakatan jadwal pelaporan MDGs, 2009. Menurut penelitian Rita Prasetyowati mengenai 1998 mengenai hubungan antara
aspek manajemen yang dilakukan petugas koordinator Penyuluhan Kesehatan Masyarakat PKM dengan tingkat perkembangan posyandu Di Kabupaten Dati II
Tegal Tahun 19971998 menyatakan ada hubungan yang bermakna antara aspek perencanaan, penggerakan, pelaksanaan, pengendalian, pengawasan, dan penilaian
dengan tingkat perkembangan posyandu. Untuk itu koordinator PKM melakukan rencana kerja bulanan, rapat kerja bulanan yang rutin dan terjadwal serta
meningkatkan hubungan lintas sektoral, baik vertikal maupun horizontal, dengan
Universitas Sumatera Utara
mengefektifkan kelompok kerja posyandu, dan forum komunikasi antar lintas sektoral terkait.
Menurut hasil penelitian Dana, dkk 2005 bahwa pembinaan posyandu posyandu belum sepenuhnya dilakukan oleh petugas kesehatan, hal tersebut
dikarenakan kurangnya kesadaran dan kemauan sendiri, tetapi karena disuruh oleh atasan.
Untuk meningkatkan pemanfaatan posyandu perlu koordinasi lintas sektoral, karena jajaran pemerintah yang terlibat dalam posyandu masih terbatas dari petugas
puskesmas. Instansi lain seperti petugas kecamatan ataupun instansi yang lainnya belum terlibat dalam kegiatan posyandu. Instansi lain di kecamatan yang tergabung
dalam tim Pokjanal sangat dibutuhkan keterlibatannya dalam pembinaan posyandu baik melalui lembaga PKK maupun melalui pembinaan terhadap kepala desalurah,
kepala dusun ataupun kelian banjar. Tim Pokjanal Posyandu juga perlu secara aktif terlibat dalam kegiatan posyandu, serta dapat memfasilitasi kegiatan posyandu dan
penentuan jadwal posyandu. Widiastuti, 2006. Menurut Supriyanto 1998 yang mengutip pendapat Dana, dkk 2005 bahwa
penilaian kebutuhan posyandu merupakan penilaian mengenai informasi tentang kegiatan pelaksanaan program atau hasil kerja dengan suatu kriteria atau tujuan yang
telah ditetapkan, yang hasilnya dapat digunakan untuk memperbaiki, mempertahankan atau mengakhiri program. Dalam pengambilan keputusan, penilaian
merupakan sumber informasi yang digunakan untuk perencanaan yang lebih baik di masa yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
2. Kunjungan bimbingan dan fasilitas yang bertujuan untuk melihat operasionalisasi
kegiatan posyandu, mengetahui kendala yang dihadapi dan memberikan saran penyelesaian dan perbaikannya, baik dalam aspek administratif maupun teknis
medis. Kegiatan posyandu akan berjalan dengan baik jika didukung dengan fasilitas
yang memadai. Fasilitas yang disediakan hendaknya harus cukup dan sesuai dengan tugas dan fungsi yang harus dilaksanakan serta ada tersedianya waktu, tempat yang
tepat, sesuai dan layak untuk menunjang kegiatan posyandu. Siagian, 1998. Kunjungan bimbingan berupa pengawasan yang dilakukan pada posyandu
untuk mendeteksi penyimpangan dan kemudian memberikan solusi dan tindak lanjut yang berakhir pada perbaikan kegiatan. Pengawasan yang dilakukan mengacu pada
ketepatan pelaksanaan sesuai dengan prosedur minimal yang telah ditetapkan. Pengawasan posyandu yang terbatas akan berpengaruh pada pengelolaan posyandu
dalam peningkatan cakupan kegiatannya. Supervisi petugas puskesmas merupakan bimbingan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan Saripawan Hasan
Basri, 2007. 3.
Menghadiri rapatpertemuan yang diselenggarakan masyarakat, khususnya yang membahas masalah posyandu dengan tujuan untuk memberikan dukungan moril
dalam penyelenggaraan posyandu. Dalam peningkatan kualitas pelayanan posyandu, petugas puskesmas,kader
bersama dengan tokoh-tokoh masyarakat secara bersama-sama agar berusaha memecahkan permasalahan mengenai posyandu dalam setiap kesempatan pertemuan,
rapat ataupun pertemuan masyarakat lainnya. Adanya dukungan sosial oleh
Universitas Sumatera Utara
masyarakat sekitar social support dalam kegiatan posyandu, akan membantu meningkatkan informasi tentang kualitas pelayanan posyandu di masyarakat Jazid,
1991. Menurut pendapat Widagdo 2006 Peranan pemimpin dan tokoh masyarakat
akan sangat penting dalam pertemuan-pertemuan, sebab dalam setiap kesempatan selalu menjelaskan manfaat program posyandu. Para pimpinan masyarakat hendaknya
aktif dalam mengajak warga masyarakat untuk mengelola kegiatan posyandu sehingga akan meningkatkan kualitas pelayanan di posyandu.
4. Memberikan penghargaan kepada pengurus dan kader posyandu yang
berpartisipasi dalam bentuk pemberian tanda penghargaan, bantuan pelatihan, studi banding ke posyandu lain atau pemberian seragam posyandu Depkes RI,
2006. Menurut Suryatim 2001 pemberian penghargaan terhadap loyalitas kader
akan sangat membantu untuk mempertahankan keaktifan kader posyandu, sehingga akan membuat kinerja kader semakin meningkat.
Pelatihan bagi kader bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sekaligus dedikasi kader agar timbul kepercayaan diri untuk melaksanakan tugas
sebagai kader posyandu dalam melayani masyarakat, baik di posyandu maupun saat melakukan kunjungan rumah Depdagri Otda, 2001.
Pelatihan bagi kader sangat diperlukan dari petugas kesehatan yang berguna untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader dalam melaksanakan tugas
dan fungsinya Junadi, 1990.
Universitas Sumatera Utara
2.7. Kerangka Konsep Penelitian