4. Berkaitan dengan apa yang terjadi saat ini pada dan antar orang-
orang yang terlibat. 5.
Ada peningkatan dalam penyingkapan, sedikit demi sedikit.
2.2 Komunikasi dalam Organisasi
Haber memberikan defenisi “Komunikasi Organisasi adalah proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam suatu jaringan hubungan yang
saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti
atau yang selalu berubah-ubah” Muhammad Arni 1995:160.
Redding dan Sanborn mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang
kompleks Muhammad Arni 1995:163. Yang termasuk dalam bidang ini
adalah komunikasi internal atau komunikasi dari atasan kepada bawahan downlward communication, komunikasi dari bawahan kepada atasan
upward communication, dan komunikasi horizontal atau komunikasi dari orang-orang yang sama leveltingkatnya dalam organisasi, keterampilan
berbicara, mendengarkan, menulis dan komunikasi evaluasi program. Meskipun dari bermacam-macam persepsi dari para ahli mengenai
komunikasi organisasi ini namun demekian ada beberapa hal yang umum yang dapat disimpulkan, yaitu:
a. Komunikasi Organisasi terjadi dalam suatu sistem terbuka yang
kompleks yang dipengaruhi oleh lingkungan sendiri baik internal maupun eksternal.
Universitas Sumatera Utara
b. Komunikasi organisasi mengikuti pesan dan arusnya.
c. Komunikasi organisasi meliputi orang dan sikapnya, perasaannya,
hubungan dan keterampilannya. Sehingga apabila disimpulkan ketiganya, maka diperoleh bahwa
komunikasi organisasi itu merupakan proses untuk saling menukar pesan dalam rangkaian hubungan yang saling bergantung antara satu dengan yang
lain untuk menyelesaikan suatu masalah yang berlaku di lingkungan yang tidak tentu.
A. Jaringan Komunikasi Formal
Bila pesan mengalir melalui jalan resmi yang ditentukan oleh hirarki resmi organisasi atau oleh fungsi pekerjaan maka pesan itu
menurut jaringan formal. Ada tiga bentuk utama arus pesan dalam jaringan komunikasi formal yang mengikuti struktur organisasi, yaitu:
A.1 Komunikasi ke Bawah Downward Communication
Komunikasi ke bawah menunjukkan arus pesan yang mengalir dari para atasan atau pimpinan kepada bawahannya. Secara
umum komunikasi ke bawah dapat diklasifikasikan atas lima tipe, yaitu:
1. Instruksi Tugas
Yaitu, pesan yang disampaikan kepada bawahan mengenai apa yang diharapkan dilakukan mereka dan bagaimana
melakukannya. Pesan itu mungkin bervariasi seperti perintah langsung, deskipsi tugas, prosedur manual, program latihan
Universitas Sumatera Utara
tertentu, alat-alat Bantu melihat dan mendengar yang berisi pesan-pesan tugas dan sebagainya. Instruksi tugas yang tepat
dan langsung cenderung dihubungkan dengan tugas yang sederhana yang hanya menghendaki keterampilan pengalaman
yang minimal. 2.
Rasional Yaitu, pesan yang menjelaskan mengenai tujuan aktivitas dan
bagaimana kaitan aktivitas itu dengan aktivitas lain dalam organisasi atau objektif organisasi, kualitas dan kuantitas dari
komunikasi rasional ditentukan oleh filosofi dan asumsi pimpinan mengenai bawahannya.
3. Ideologi
Pesan mengenai ideologi ini adalah merupakan perluasan dari pesan rasional. Pada pesan rasional, penenekanannya ada pada
penjelasan tugas dan kaitannya dengan perspektif organisasi, sedangkan pada ideologi sebaliknya. Mencari sokongan dan
antusias dari anggota guna memperkuat loyalitas, moral dan motivasi.
4. Informasi
Pesan informasi dimaksudkan untuk memperkenalkan bawahan dengan praktek-praktek organisasi, peraturan-peratuan
organisasi, keuntungan, kebiasaan dan data lain yang tidak
Universitas Sumatera Utara
berhubungan dengan instruksi dan rasional. Misalnya handbook bagi karyawan adalah contoh pesan informasi.
5. Balikan
Yaitu, pesan yang berisi informasi mengenai ketepatan individu dalam melakukan pekerjaannya. Salah satu bentuk sederhana
dari balikan ini adalah pembayaran gaji karyawan yang telah siap melakukan pekerjaannya atau apabila tidak ada informasi
dari atasan yang mengkritik pekerjaannya, berarti pekerjaannya sudah memuaskan. Tetapi apabila hasil pekerjaan karyawan
kurang baik, balikannya mungkin berupa kritikan atau peringatan terhadap karyawan tersebut.
A.1.1 Faktor yang mempengaruhi komunikasi ke bawah
Arus komunikasi dari atasan kepada bawahan tidaklah selalu berjalan dengan lancar, tetapi dipengaruhi oleh berbagai
faktor, antara lainMuhammad Arni 1995:110:
a. Keterbukaan Kurangnya sifat terbuka pimpinan dan karyawan akan
menyebabkan pembelokan atau tidak mau menyampaikan pesan dan gangguan dalam pesan.
b. Kepercayaan pada pesan tulisan Kebanyakan para pimpinan lebih percaya pada pesan
tulisan dan metode difusi yang menggunakan alat-alat
Universitas Sumatera Utara
elektronik daripada pesan yang disampaikan secara lisan dengan tatap muka.
c. Pesan yang berlebihan Karena banyaknya pesan-pesan yang dikirimkan secara
tulisan maka banyak karyawan yang hanya membaca pesan-pesan tertentu yang hanya dianggap penting bagi
dirinya dan yang lain dibiarkan saja tidak dibaca. d. Timing
Timing atau ketepatan waktu pengiriman pesan mempengaruhi komunikasi kebawah.
e. Penyaringan Pesan-pesan yang dikirimkan kepada bawahan tidaklah
semuanya mereka terima. Tetapi mereka saring mana yang mereka perlukan. Penyaringan pesan ini dapat disebabkan
oleh macam-macam faktor di antaranya perbedaan persepsi di antara karyawan, jumlah mata rantai dalam jaringan
komunikasi, perasaan percaya.
A.2 Komunikasi ke Atas Upward Communication
Komunikasi ke atas adalah pesan yang mengalir dari bawahan kepada atasan atau dari tingkat rendah kepada tingkat yang lebih
tinggi. Menurut Muhammad Arni 1995:117 pimpinan haruslah
mendapatkan informasi dari bawahan mengenai hal-hal berikut:
Universitas Sumatera Utara
a. Apa yang dilakukan bawahan, pekerjaannya, hasil yang
dicapai, kemajuan mereka dan rencana masa yang akan datang.
b. Menjelaskan masalah-masalah pekerjaan yang tidak
terpecahkan yang mungkin memerlukan bantuan tertentu. c.
Menawarkan saran-saran atau ide-ide bagi penyempurnaan organisasi secara keseluruhan.
d. Menyatakan bagaimana pikiran dan perasaan mereka
mengenai pekerjaannya, teman sekerja dan organisasi.
A.3 Komunikasi Horizontal Horizontal Communication
Komunikasi horizontal adalah pertukaran pesan di antara orang-orang yang sama tingkat otoritasnya di dalam organisasi.
Komunikasi horizontal mempunyai tujuan tertentu diantaranya, sebagai berikut:
a. Mengkoordinasikan tugas.
b. Saling membagi informasi untuk perencanaan dan aktivitas.
c. Memecahkan masalah yang timbul di antara orang-orang yang
berada dalam tingkatan yang sama. d.
Menyelesaikan konflik diantara anggota organisasi. e.
Menjamin pemahaman yang sama. f.
Mengembangkan sokongan efektivitas kerja.
Universitas Sumatera Utara
B. Hambatan-Hambatan Komunikasi Dalam Organisasi
Ketidak efektifan komunikasi dalam suatu organisasi dapat dsebabkan oleh berbagai macam hambatan manusiawi dan teknis.
Bentuk-bentuk hambatan itu menurut Soekanto dan Hondoko T. Hani
1991:185 dapat diklasifikasikan kedalam empat kategori, yaitu: diri pribadi, antar pribadi, organisasional dan teknologi.
1. Faktor Hambatan Dalam Diri Sendiri
a. Persepsi Selektif
Persepsi selektif adalah suatu proses menyeluruh dimana seseorang dapat menyeleksi, mengorganisasikan dan
mengartikan segala sesuatu yang terjadi dalam lingkungannya. Dalam hal ini individu mempunyai kecenderungan untuk
melihat dan mendengar hanya terbatas pada apa yang diinginkannya.
b. Perbedaan Individual Dalam Keterampilan Komunikasi
Disamping perbedaan persepsi, individu juga memiliki perbedaan dalam hal kemampuan untuk mengembangkan dan
menerapkan keterampilan komunikasi. Ada individu yang merupakan pembicara yang baik tetapi menjadi pendengar yang
jelek. Ada yang tidak mampu mengungkapkan sesuatu secara verbal lisan tetapi mampu menulis berita-berita dengan sangat
jelas dan ringkas.
Universitas Sumatera Utara
2. Faktor Hambatan Antar Pribadi
a. Iklim
Iklim akan mempengaruhi proses komunikasi. Pada saat pimpinan dan bawahan berkomunikasi, perasaan-perasaan yang
muncul akan membatasi atau mendorong isi maupun frekuensi komunikasi mereka. Suasana yang kurang mendukung dapat
dengan mudah menjadi sebuah penolakan bagi aliran komunikasi yang dilakukan. Hal ini dapat mengakibatkan
ketidakpercayaan dari komunikan terhadap komunikator b.
Kepercayaan Tingkat kepercayaan komunikan terhadap komunikator sangat
dipengaruhi oleh pandangan dan reaksi komunikan terhadap gagasan dan tindakan komunikator. Ketidakpercayaan dapat
menyebabkan salah satu pihak bersikap defensive sehingga dapat mengurangi kemungkinan untuk mlakukan komunikasi
yang efektif. c.
Kreadibilitas Kreadibilitas berhubungan erat dengan kepercayaan.
Kreadibilitas itu sendiri menyangkut unsur: kejujuran, keahlian atau kemampuan, dinamisme atau antusiasme dan keterbukaan
atau objektivitas. Para pegawai akan lebih mempercayai informasi yang berasal dari sumber yang menurut mereka paling
jujur, adil dan objektif.
Universitas Sumatera Utara
d. Kesamaan komunikator dan komunikan
Adanya kesamaan seperti unsure jenis kelamin, ras atau suku bangsa, sikap, minat dan kemampuan seseorang akan dapat
meningkatkan efektivitas komunikasi antara komunikator dan komunikan.
3. Faktor Hambatan Organisasional
a. Status
Status seseorang dalam organisasi bergantung pada posisi yang sedang ia duduki. Kenyataan menunjukkan bahwa:
• Orang yang memiliki status lebih tinggi biasanya lebih senang melakukan komunikasi dengan mereka yang sama derajatnya
daripada mereka yang sama derajatnya dan mereka yang berstatus lebih rendah.
• Semakin lebar perbedaan status, semakin besar kecenderungan bahwa informasi akan mengalir dari individu
yang berstatus lebih tinggi ke individu yang berstatus lebih rendah dan ini tidak berlaku sebaliknya.
• Individu yang berstatus lebih tinggi pada umumnya lebih mendominasi pembicaraan dibandingkan dengan individu
yang berstatus lebih rendah. b.
Transmisi Hirarki Perbedaan hirarki merupakan aspek pokok pengembangan sebuah
organisasi. Hirarki dimaksudkan untuk memudahkan pencapaian
Universitas Sumatera Utara
kegiatan-kegiatan melalui informasi yang disalurkan secara sistematik keseluruh bagian organisasi. Namun kesulitan
komunikasi juga akan timbul, jika semakin banyak tingkatan yang harus dilalui pesan atau informasi maka semakin lama waktu
yang dibutuhkan untuk sampai ketempat tujuan sehingga ketepatan berita akan semakin kecil pula.
4. Faktor Hambatan Teknologi
Salah satu hambatan yang terbesar takurasi komunikasi adalah anggapan bahwa setiap kata yang sama akan mengandung pengertian
yang sama pula. Latar belakang seseorang, kepentingan dan pendidikan seseorang akan menentukan pengertian terhadap pesan
yang diterima sebagai contoh perintah atasan untuk mengerjakan tugas “secepat mungkin” dapat mengandung arti satu jam, satu hari
bahkan satu minggu. Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Tidak ada
manusia yang tidak akan terlibat dalam komunikasi. Pentingnya komunikasi bagi manusia tidaklah dapat dipungkiri begitu juga
halnya bagi suatu organisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik suatu organisasi dapat berjalan lancar dan berhasil dan begitu pula
sebaliknya, kurangnya atau tidak adanya komunikasi organisasi dapat macet atau berantakan.
Komunikasi dalam organisasi membuat kita mampu menggunakan dua hal,yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Menunjukkan bagaimana para anggota bekerja sebagai seorang
organisator. 2.
Bagaimana operasi jaringan kerja yang menaikkan mereka satu sama lain, jadi bagaimana kedudukan mereka sebagai human
actors.
Pengertian Efektivitas Kerja
Pemerintah sebagai pembangkit partisipasi seluruh masyarakat juga harus mampu melihat dan mengantisipasi keadaan, dalam arti lebih baik
mencegah akan terjadinya kemungkinan kendala daripada menganggulangi dikemudian hari. Sebagai instansi yang memiliki kewenangan Sekretariat
Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara dalam melangsungkan Pilkada sangat membutuhkan pegawai yang dapat bekerja secara
profesional dan berhati-hati dalam menuntaskan tugas-tugasnya. Dalam hal ini Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi
Sumatera Utara membutuhkan pegawai yang memiliki tanggungjawab kerja serta memiliki skill yang dapat membantu mensukseskan Pemilihan
Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008. Pegawai juga diharapkan mampu bekerja secara lebih efektif agar kemampuan yang
dimiliki setipa pegawai dapat dimanfaatkan dengan baik dan terciptanya efektivitas kerja pegawai.
Emerson Handayaningrat, 1993:88 mengatakan efektivitas
merupakan pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam membina efektivitas kerja tersebut
Universitas Sumatera Utara
beberapa analisis organisasi berusaha menandai hal-hal yang menonjol walaupun sebenarnya jika dijejerkan terdapat deretan panjang hal-hal yang
dapat menjadi kriteria evaluasi dan efektivitas kerja tersebut.
Selanjutnya Handoko 1993:7 mengatakan bahwa efektivitas adalah
kemampuan untuk sumber daya, dana, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya, untuk menghasilkan
sejumlah barang jasa dengan mutu tertentu tepat pada waktunya. Berarti efektivitas sebagai orientasi kerja menyoroti 4 hal, yakni:
1. Sumber daya, dana, sarana dan prasarana yang dapat digunakan sudah
ditentukan dan dibatasi. 2.
Jumlah dan mutu barang atau jasa yang dihasilkan sudah ditentukan. 3.
Batas waktu untuk menghasilkan barang dan jasa tersebut sudah ditentukan.
4. Tata cara yang ditempuh untuk menyelesaikan tugas sudah ditentukan.
Kemudian berdasarkan sintesis dari penemuan ini kita dapat menarik beberapa kesimpulan yang berarti sehubungan dengan variabel yang
berakibat langsung kepada keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi.
Gibson 1995:25 dalam hal ini membagi keefektifan individu adalah:
kemampuan, keahlian, pengetahuan, sikap , dan motivasi: sedangkan keefektifan kelompok dipengaruhi oleh kepaduan, kepemimpinan, struktur,
status dan norma: terakhir keefektifan organisasi dipengaruhi oleh teknologi, pilihan strategis, struktur, proses dan budaya.
Universitas Sumatera Utara
Indrawijaya 2000:214 prestasi yang dicapai oleh sebuah organisasi
juga merupakan prestasi perseorangan, karena efektivitasprestasi organisasi pada dasarnya adalah efektivitas perseorangan atau dengan perkataan lain
bila setiap anggota pada organisasi secara terkoordinir melakukan dan mengerjakan tugas serta tanggung jawab masing-masing dengan baik,
efektivitas organisasi secara keseluruhan akan timbul.
Efektivitas itu sendiri menurut Sarwoto 1979:127 memberikan gambaran bagaimana kerja mampu tercapai dengan baik. Gibson Wahid
1983:56 koordinasi yang dilakukan akan berkaitan dengan efektivitas kerja, karena pencapaian yang telah disepakati atas dasar usaha bersama
dimana tingkat pencapaian sasaran itu menunjukkan tingkat efektivitas yakni bagaimana mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Sedangkan menurut Steers 1985: 124 efektivitas dapat didefinisikan
sebagian besar bertumbu pada pencapaian tujuan organisasi, efektivitas dijalankan berdasarkan kapasitas suatu organisasi untuk memperoleh dan
memanfaatkan sumber daya yang langka dan berharga seperlu mungkin dalam usahanya mengejar tujuan opersional. Lebih lanjut dikatakan bahwa
pengukuran efektivitas yang paling umum dipakai dalam organisasi, sebagai berikut:
1. Program kerja, yaitu suatu rencana kerja yang telah dijadikan sasaran
yang akan dicapai oleh organisasi.
Universitas Sumatera Utara
2. Pelaksanaan kerja, yaitu suatu usaha yang sungguh-sungguh dari setiap
pegawai untuk mencapai program kerjatujuan yang telah ditentukan lebih lanjut.
3. Hasil pekerjaan, yaitu hasil yang dapat dicapai oleh setiap pegawai.
Berdasarkan beberapa pendapat dan penjelasan mengenai efektivitas diatas dapat kita simpulkan bahwa efektivitas yaitu suatu bentuk usaha yang
dilaksanakan secara bersama terhadap pencapaian tujuan organisasi yang dicapai sesuai dengan standar yang berlaku dalam organisasi yang
bersangkutan, jelas bahwa efektivitas adalah suatu kerjaan yang dilaksanakan oleh seseorang untuk menghasilkan kegunaan yang
diinginkan.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Deskripsi Lokasi Gambaran Umum Sekretariat KPU-SU
Pada Pasal 22E Amandemen Ketiga Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 menyatakan bahwa “Pemilihan Umum
diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap dan mandiri”. Para pembuat undang-undang harus
berpegang pada aturan konstitusional ini dalam mengatur
penyelenggaraan pemilihan umum CETRO, 2005;1.
Maka sehubungan dengan hal tersebut diatas dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 8 ayat 4 Undang-Undang Nomor 3
Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2000, perlu membentuk
Komisi Pemilihan Umum dengan Keputusan Presiden Nomor 70 Tahun 2001 tentang Pembentukan Komisi Pemilihan Umum pada
tanggal 5 Juni 2001Keputusan Presiden Nomor 70 Tahun 2001.
Secara tidak langsung, setelah pembentukan Komisi Pemilihan Umum maka untuk memperbantukan Komisi Pemilihan Umum yang
terletak di Jakarta tersebut, dibentuk Sekretariat Komisi Pemilihan Umum yang terdapat di seluruh Provinsi Se-Indonesia beserta
KabupatenKota yang terdapat di daerah masing-masing Provinsi.
Universitas Sumatera Utara