Jenis Jenis Perjanjian PENDAHULUAN

Jadi, perjanjian yang telah dibuat itu mengikat juga, selama tidak dibatalkan oleh hakim atas permintaan pihak yang meminta pembatalan 19 .

D. Jenis Jenis Perjanjian

Secara umum perjanjian dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu perjanjian obligatoir dan non obligatoir. Perjanjian obligatoir adalah perjanjian yang mewajibkan seseorang untuk menyerahkan atau membayar sesuatu. Sedangkan perjanjian non obligatoir adalah perjanjian yang tidak mewajibkan seseorang untuk menyerahkan atau membayar sesuatu. 20 Perjanjian obligatoir terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu: 1. Perjanjian sepihak dan perjanjian timbal balik. Perjanjian sepihak adalah perjanjian yang membebankan prestasi hanya pada satu pihak. Misalnya perjanjian hibah, perjanjian penanggungan borgtocht dan perjanjian pemberian kuasa tanpa upah. Sedangkan perjanjian timbal balik adalah perjanjian yang membebankan prestasi pada kedua belah pihak. Misalnya jual beli 21 . 2. Perjanjian cuma-cuma dan perjanjian atas beban. Perjanjian cuma-cuma adalah perjanjian dimana pihak yang satu memberikan suatu keuntungan kepada pihak yang lain tanpa menerima suatu manfaat bagi dirinya, 19 J.H. Niewenhuis. Pokok-pokok Hukum Perikatan, terjemahan Djasin Saragih. Surabaya: Airlangga University Press. 1985, hlm. 2. 20 Komariah, Op.cit., hlm. 169 – 171. 21 Harlien Budiono, op.cit., hlm. 54-55. Universitas Sumatera Utara misalnya hibah, pinjam-pakai, pinjam-meminjam tanpa bunga, dan penitipan barang tanpa biaya. Sedangkan perjanjian atas beban adalah perjanjian yang mewajibkan pihak yang satu untuk melakukan prestasi berkaitan langsung dengan prestasi yang harus dilakukan oleh pihak lain. Contoh perjanjian atas beban adalah jual-beli, sewa-menyewa, dan pinjam-meminjam dengan bunga 22 . 3. Perjanjian konsensuil, perjanjian riil dan perjanjian formil. Perjanjian konsensuil adalah perjanjian yang mengikat sejak adanya kesepakatan dari kedua belah pihak. Contohnya perjanjian jual-beli dan perjanjian sewa-menyewa 23 . Sedangkan perjanjian riil adalah perjanjian yang tidak hanya mensyaratkan kesepakatan, namun juga mensyaratkan penitipan barang dan perjanjian pinjam pakai 24 . Perjanjian formil adalah perjanjian yang selain dibutuhkan kata sepakat, juga dibutuhkan formalitas tertentu, sesuai dengan apa yang telah ditentukan oleh undang-undang. Contohnya pembebanan jaminan fidusia 25 . 4. Perjajian bernama, perjanjian tak bernama dan perjanjian campuran. Perjanjian bernama adalah perjanjian yang secara khusus diatur di dalam undang-undang. Perjanjian tak bernama adalah perjanjian yang tidak diatur secara khusus di dalam undang-undang. Misalnya perjanjian leasing , franchising dan factoring. Sedangkan perjanjian campuran adalah perjanjian yang merupakan kombinasi dari dua atau lebih perjanjian bernama. Misalnya perjanjian pemondokan kost yang 22 Ibid. hlm. 59. 23 Komariah, op.cit., hlm. 171. 24 Herlien Budiono, op.cit., hlm. 46. 25 Ibid, hlm. 47-48. Universitas Sumatera Utara merupakan campuran dari perjanjian sewa-menyewa dan perjanjian untuk melakukan suatu pekerjaan mencuci baju, menyetrika baju, dan membersihkan kamar 26 . Perjanjian non Obligatoir terbagi menjadi: 1. Zakelijk Oivereenkomst, adalah perjanjian yang menetapkan dipindahkannya suatu hak dari seseorang kepada orang lain. Misalnya balik nama hak atas tanah 27 . 2. Bevifs overeenkomst, adalah perjanjian untuk membuktikan sesuatu. 3. Liberatoir overeenkomst, adalah perjanjian dimana seseorang membebaskan pihak lain dari suatu kewajiban. 4. Vaststelling overeenkomst, adalah perjanjian untuk mengakhiri keraguan mengenai isi dan luas perhubungan hukum di antara para pihak 28 . Sedangkan bentuk perjanjian, dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1. Perjanjian tertulis, yakni suatu perjanjian yang dibuat oleh para pihak dalam bentuk tulisan. Ada tiga jenis perjanjian tertulis: a. Perjanjian dibawah tangan yang ditandatangani oleh para pihak yang bersangkutan saja. b. Perjanjian dengan saksi notaris untuk melegalisir tanda tangan para pihak. 26 Ibid, hlm. 35-36. 27 Komariah, op.cit., hlm. 171- 172. 28 Komariah, op.cit., hlm. 172. Universitas Sumatera Utara c. Perjanjian yang dibuat dihadapan dan oleh notaris dalam bentuk akta notariel. Akta notariel adalah akta yang dibuat dihadapan dan dimuka pejabat yang berwenang untuk itu. 2. Perjanjian lisan, yakni suatu perjanjian yang dibuat oleh para pihak dalam wujud lisan cukup kesepakatan para pihak. Menurut Mariam Darus Badrulzaman bahwa berdasarkan kriterianya terdapat beberapa jenis perjanjian, antara lain 29 : 1. Perjanjian Timbal-Balik Perjanjian timbal-balik adalah perjanjian yang menimbulkan kewajiban pokok bagi kedua belah pihak. 2. Perjanjian Cuma-Cuma Menurut ketentuan Pasal 1314 KUH Perdata, suatu persetujuan yang dibuat dengan cuma-cuma adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu memberikan suatu keuntungan kepada pihak yang lain, tanpa menerima suatu manfaat bagi dirinya sendiri. 3. Perjanjian Atas Beban Perjanjian atas beban adalah perjanjian dimana terhadap prestasi dari pihak yang satu selalu terdapat kontra prestasi dari pihak lain, dan antara kedua prestasi itu ada hubungannya menurut hukum. 29 Mariam Darus Badrulzaman. Kompilasi HukumPerikatan. Bandung: Citra Aditya Bakti. 2001. hlm. 66. Universitas Sumatera Utara 4. Perjanjian Bernama Benoemd overeenkomst Perjanjian bernama adalah perjanjian yang sudah mempunyai nama sendiri, maksudnya adalah bahwa perjanjian-perjanjian tersebut diatur dan diberi nama oleh pembentuk undang-undang, berdasarkan tipe yang paling banyak terjadi sehari-hari. Perjanjian khusus terdapat dalam Bab V sampai dengan Bab XVIII KUH Perdata. 5. Perjanjian Tidak Bernama Onbenoemde Overeenkomst Perjanjian tidak bernama adalah perjanjian-perjanjian yang tidak diatur di dalam KUH Perdata, tetapi terdapat di dalam masyarakat. Jumlah perjanjian ini tidak terbatas dengan nama yang disesuaikan dengan kebutuhan pihak-pihak yang mengadakannya. 6. Perjanjian Obligatoir Perjanjian obligatoir adalah perjanjian yang menimbulkan hak dan kewajiban diantara para pihak. 7. Perjanjian Kebendaan Zakelijk Perjanjian kebendaan adalah perjanjian dengan mana seseorang menyerahkan haknya atas sesuatu benda kepada pihak lain, yang membebankan kewajiban oblilige pihak itu untuk menyerahkan benda tersebut kepada pihak lain levering, transfer. Universitas Sumatera Utara 8. Perjanjian Konsensual Perjanjian konsensual adalah perjanjian dimana antara kedua belah pihak telah tercapai persesuaian kehendak untuk mengadakan perjanjian. Menurut KUH Perdata perjanjian ini sudah mempunyai kekuatan mengikat Pasal 1338. 9. Perjanjian Real Yaitu suatu perjanjian yang terjadinya itu sekaligus dengan realisasi tujuan perjanjian, yaitu pemindahan hak. 10. Perjanjian Liberatoir Perjanjian dimana para pihak membebaskan diri dari kewajiban yang ada Pasal 1438 KUH Perdata. 11. Perjanjian Pembuktian Bewijsovereenkomts Suatu perjanjian dimana para pihak menentukan pembuktian apakah yang berlaku diantara mereka. 12. Perjanjian Untung-Untungan Menurut Pasal 1774 KUH Perdata, yang dimaksud dengan perjanjian untung-untungan adalah suatu perbuatan yang hasilnya, mengenai untung- Universitas Sumatera Utara ruginya, baik bagi semua pihak, maupun bagi sementara pihak, bergantung pada suatu kejadian yang belum tentu. 13. Perjanjian Publik Perjanjian publik yaitu suatu perjanjian yang sebagian atau seluruhnya dikuasai oleh hukum publik, karena salah satu pihak yang bertindak adalah pemerintah, dan pihak lainnya swasta. Diantara keduanya terdapat hubungan atasan dengan bawahan subordinated, jadi tidak dalam kedudukan yang sama co-ordinated. 14. Perjanjian Campuran Perjanjian campuran adalah suatu perjanjian yang mengandung berbagai unsur perjanjian didalamnya. Perjanjian Kredit Perjanjian kredit menurut Hukum Perdata Indonesia merupakan salah satu dari bentuk perjanjian pinjam-meminjam yang diatur dalam Buku Ketiga KUH Perdata. Dalam bentuk apapun juga pemberian kredit itu diadakan pada hakikatnya merupakan salah satu perjanjian pinjam-meminjam sebagaimana diatur dalam Pasal 1757 sampai 1769 KUH Perdata. Pada pasal tersebut diatur ketentuan-ketentuan mengenai perjanjian pinjam-meminjam uang ataupun barang- barang yang habis karena pemakaian dan dipersyaratkan bahwa pihak yang berhutang atau debitor akan mengembalikan pinjamannya pada kreditor dalam Universitas Sumatera Utara jumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula. Selanjutnya disebutkan juga bahwa perjanjian tersebut dapat disertai dengan bunga yang telah diperjanjikan sebelumnya antara pihak-pihak, sehingga perjanjian kredit dapat dimasukkan dalam perjanjian pinjam-meminjam dengan memperjanjikan bunga. Pasal 1765 KUH Perdata mengatakan adalah diperbolehkan memperjanjikan bunga atas peminjaman uang atau barang lain yang menghabis karena pemakainya. Bunga yang diperjanjikan dalam persetujuan itu boleh melampaui bunga menurut undang- undang, dalam segala hal yang tidak dilarang oleh undang-undang Pasal 1767 ayat 2 KUH Perdata. Kredit berasal dari bahasa latin “credere” yang artinya kepercayaan, to belive , atau to trust atau “kepercayaan”, maksudnya adalah bahwa seseorang yang memperoleh kredit berarti orang tersebut memperoleh kepercayaan, sedangkan bagi pemberi kredit berarti telah memberikan kepercayaan kepada seseorang dan yakin bahwa uangnya, pasti akan kembali sesuai dengan perjanjian. Dalam arti yang lebih luas pengertian kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pemberian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji bahwa pembayarannya akan dilakukan pada suatu jangka waktu yang disepakati. 30 Secara yuridis menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan menyebutkan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam- meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Selain pengertian kredit yang terdapat pada Undang-Undang, ada beberapa 30 Rachmadi Usman. Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia. Jakarta: Gramedia. 2001, hlm. 36. Universitas Sumatera Utara pendapat mengenai pengertian kredit yang dikemukakan oleh para pakar kredit, yakni 31 : a. H.M.A Savelberg yang menyatakan bahwa kredit mempunyai arti: 1. Sebagai dasar setiap perikatan verbintenis dimana seseorang berhak menuntut sesuatu dari orang lain, 2. Sebagai jaminan dimana seseorang menyerahkan sesuatu kepada orang lain dengan tujuan untuk memperoleh kembali apa yang diserahkan itu. b. J.A Levy merumuskan pengertian dari kredit yakni, “menyerahkan secara sukarela sejumlah uang untuk dipergunakan secara bebas penerima kredit”. Maksudnya adalah bahwa penerima kredit berhak mempergunakan pinjaman itu untuk keuntungannya dengan kewajiban mengembalikan jumlah pinjaman itu dibelakang hari. c. M. Jklie berpendapat bahwa kredit adalah “Suatu ukuran kemampuan dari seseorang untuk mendapatkan sesuatu yang bernilai ekonomis sebagai ganti rugi dan janjinya untuk membayar kembali hutangnya pada tanggal tertentu”. Pemberian kredit merupakan salah satu bentuk usaha yang dapat dilakukan oleh sebuah bank. Terdapat banyak sekali pengertian-pengertian yang dikemukakan oleh para ahli ekonomi dan perbankan di Indonesia. Undang- 31 Mariam Darus Balruzaman. Perjanjian Kredit Bank. Bandung: Citra Aditia Abadi. 1991. hlm. 24. Universitas Sumatera Utara Undang Republik Indonesia No.7 tahun 1992 tentang Perbankan dimana telah diubah menjadi Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan Pasal 1 angka 11 yang menyatakan bahwa; “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain, yang mewajibkan pihak pinjam-meminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan sejumlah bunga imbalan atau pembagian hasil keuntungan”. Kredit menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI adalah: “Pinjaman uang dengan pembayaran pengembalian secara mengangsur atau pinjaman sampai batas jumlah tertentu yang diizinkan oleh bank atau badan lain. Berdasarkan pengertian tersebut dijelaskan bahwa kredit dapat berupa uang atau tagihan yang dapat dinilai dan diukur dengan uang”. Dari kedua pengertian yang telah disebutkan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pelaksanaan perkreditan juga dapat dilaksanakan dengan pemberian langsung kepada debitur ataupun melalui pembelian kredit yang telah dimiliki oleh pihak lain, baik dibeli secara langsung maupun melalui perusahaan perantara yang berbentuk clearing house, asset management company, special purpose vehicle dan bentuk lainnya yang sejenis. Perjanjian kredit sebagai perjanjian pokok prinsipil yang bersifat riil, maka perjanjian jaminan adalah assesornya. Jadi, ada dan berakhirnya perjanjian jaminan tergantung dari perjanjian pokoknya. “Perjanjian kredit bank adalah perjanjian pendahuluan dari penyerahan uang. Perjanjian pendahuluan ini merupakan hasil kesepakatan antara pemberi dan penerima pinjaman mengenai Universitas Sumatera Utara hubungan-hubungan hukum diantara keduanya. Namun demikian dalam praktek perbankan modern, hubungan hukum dalam kredit tidak semata-mata hanya berbentuk perjanjian pinjam-meminjam saja, melainkan adanya campur tangan dengan bentuk perjanjian yang lainnya seperti perjanjian pemberian kuasa dan perjanjian lainnya”. Mariam Darus Badrulzaman membedakan 4 jenis perjanjian standar, yaitu: 32 1. Perjanjian Standar Sepihak adalah perjanjian yang isinya ditentukan oleh pihak yang kuat kedudukannya dalam hukum-hukum kontrak dalam hal ini adalah kreditur. 2. Perjanjian Standar Timbal-Balik adalah perjanjian yang isinya ditentukan oleh para pihak. Misalnya perjanjian yang pihaknya terdiri dari majikan dan buruh serta yang lainnya. 3. Perjanjian Standar yang Ditetapkan oleh Pemerintah adalah perjanjian terhadap perbuatan hukum tertentu, misalnya perjanjian yang mempunyai objek terhadap tanah, formulir perjanjian atas SK Mendagri tanggal 6 Agustus 1977 No. 1049Dja1977, berupa Akta jual beli model 1156737.f 4. Perjanjian Standar yang Ditentukan dalam Lingkungan Notaris dan Advokat adalah perjanjian-perjanjian yang konsepnya yang sejak semula untuk memenuhi permintaan anggota masyarakat yang meminta bantuan. Dari keempat jenis perjanjian standar diatas dapat dibagi ke dalam dua kelompok besar perjanjian standar yaitu: 32 Mariam Darus Badrulzaman. Op.cit., 2001, hlm. 96. Universitas Sumatera Utara 1. Perjanjian Standar Umum yakni perjanjian yang isinya dibentuk dan dipersiapkan oleh hanya sepihak saja. Perjanjian standar umum ini juga disebut perjanjian standar sepihak. 2. Perjanjian Standar Khusus yakni perjanjian standar yang ditetapkan oleh badan-badan khusus, misalnya: pemerintah, PPAT, notaris, perjanjian yang dibuat oleh badan tersebut diatas telah diatur secara resmi dan diatur oleh undang-undang. Dalam perjanjian standar mempunyai ciri-ciri tersendiri dengan perjanjian lain. Ciri-ciri tersebut antara lain: 1. Isi perjanjian standar ditetapkan secara sepihak oleh pihak yang kuat kedudukan ekonominya, 2. Masyarakat debitur sama sekali tidak secara bersama-sama menentukan isi perjanjian, 3. Debitur terpaksa menerima perjanjian ini karena terdorong kebutuhan, 4. Bentuk perjanjian baku ini adalah tertentu dan tertulis, 5. Telah dipersiapkan terlebih dahulu secara massal dan konfektif. Sekarang ini praktek perbankan pada umumnya telah menerapkan penggunaan standar kontrak, perjanjian kredit bank memakai bentuk baku standar umum yang telah ditentukan oleh masing-masing bank. Standar kontrak merupakan perjanjian tertulis yang isinya telah ditentukan secara sepihak oleh bank sebagai pihak kreditur. Dalam prakteknya bentuk perjanjian kredit bank memang telah disediakan pihak bank sedangkan nasabah hanya tinggal mempelajari dan memahaminya dengan baik. Ketika bank telah menyetujui Universitas Sumatera Utara permohonan kredit kepada nasabah, maka bank akan mengajukan formulir perjanjian kredit yang berisi perjanjian antara pihak bank dengan nasabah tersebut, nasabah hanya akan menyetujui apa yang tertera dalam standar kontrak tersebut dan menandatanganinya. Keberadaan perjanjian kredit sangat penting karena berfungsi sebagai dasar hubungan kontraktual antara para pihak. Dalam perjanjian kredit dapat ditelusuri berbagai hal tentang pemberian, pengelolaan ataupun penatalaksanaan kredit itu sendiri. Untuk itu sangat perlu untuk diperhatikan bersama, hal ini penting untuk diperhatikan oleh nasabah karena dalam prakteknya bank selalu memasukkan unsur-unsur dominasi kepentingan dan perlindungan bagi bank bersangkutan dalam melakukan proses kredit pembiayaan. Oleh karena itu, Mariam Darus menjelaskan bahwa dasar berlakunya kontrak standar kredit bank didasarkan oleh nasabah debitur tidak dianggap menyetujui kontrak tersebut, sungguhpun dalam kenyataannya nasabah debitur tidak mengetahui isinya, namun secara formil nasabah debitur menyetujuinya tetapi secara materiil terpaksa menerimanya 33 . Perjanjian kredit ini harus diperhatikan dengan baik karena mempunyai fungsi yang sangat penting berkaitan dengan pelaksanaan kredit itu sendiri. Berkaitan dengan itu, menurut Gatot Wardoyo perjanjian kredit mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut 34 : 1. Perjanjian kredit berfungsi sebagai perjanjian pokok, 33 Mariam Darus Badrulzaman, op.cit., hlm. 57. 34 Hermansyah, op.cit., hlm. 72. Universitas Sumatera Utara 2. Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat bantu mengenai batasan-batasan hak dan kewajiban diantara kreditor dan debitor, 3. Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat utuk melakukan monitoring kredit. Adapun tujuan kredit adalah sebagai berikut 35 : 1. Mencari keuntungan berbentuk bunga yang diterima sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah, 2. Membantu usaha nasabah, berupa pemberian dana investasi maupun dana untuk modal kerja, sehingga pihak debitur dapat mengembangkan dan memperluas usahanya, 3. Membantu pemerintah, semakin banyak kredit yang disalurkan berarti adanya peningkatan pembangunan di berbagai sektor. Dalam pemberian kredit ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh bank dalam rangka melindungi dan mengamankan dana masyarakat yang dikelola bank tersebut untuk disalurkan dalam bentuk kredit, yaitu: 1. Harus dilakukan dengan menggunakan prinsip kehati-hatian; 2. Harus mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitor untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan; 3. Wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan masyarakat yang mempercayakan dananya pada bank; 35 http:nurhidayat-room.blogspot.com201002manajemen- perkreditanpart1.html diakses pada 18 Desember 2012. Universitas Sumatera Utara 4. Harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat. Untuk memperoleh keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitor, maka sebelum memberikan kredit bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak character, kemampuan capacity to create sources of funding, modal capital, agunan collateral, wewenang untuk meminjam competence to borrow dan prospek usaha debitor tersebut condition of economy and sector of business 36 . Pengertian Pinjam-Meminjam Perjanjian pinjam-meminjam menurut Bab XIII Buku III KUH Perdata mempunyai sifat riil. Hal ini disimpulkan dari kata-kata Pasal 1754 KUH Perdata yang berbunyi, “pinjam-meminjam adalah persetujuan denganmana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang menghabis karena pemakaian dengan syarat bahwa pihak yang belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula ”. Dikarenakan suatu perjanjian pinjam-meminjam adalah suatu perjanjian riil, maka perjanjian baru terjadi setelah ada penyerahan, selama benda uang yang dipinjamkan belum diserahkan maka Bab XIII KUH Perdata belum dapat diterapkan. Apabila dua pihak telah sepakat mengenai semua unsur-unsur dalam perjanjian pinjam-mengganti, maka tidak serta-merta bahwa perjanjian tentang pinjam- mengganti itu telah terjadi, yang terjadi baru hanya perjanjian untuk mengadakan 36 Siswanto Sutojo. Analisis Kredit Bank Umum. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo. 1997. Universitas Sumatera Utara perjanjian pinjam-mengganti. Untuk tidak menimbulkan kekeliruan terhadap perjanjian pinjam-meminjam ini, maka harus dibedakan dari perjanjian pinjam-pakai. Beberapa kriteria yang membedakan antara lain: 1. Pada persetujuan pinjam-meminjam, obyek persetujuan boleh berupa barang yang menghabis dalam pemakaian yang dapat diganti dengan barang yang sejenis. Sedang pada perjanjian pinjam-pakai obyek persetujuan tidak boleh berupa barang yang habis terpakai. Maka konsekuensinya pada persetujuan pinjam-meminjam, pengembalian barang boleh dilakukan dengan barang yang sejenis, keadaan dan jumlahnya, sedang pada pinjam-pakai pengembalian barang kepada pihak yang meminjamkan harus dalam keadaan innatura. 2. Pada perjanjian pinjam-meminjam, risiko kerugian dan musnahnya barang yang dipinjam, sepenuhnya menjadi beban pihak peminjam. Sedang pada pinjam-pakai, risiko musnahnya barang sepenuhnya berada pada pihak yang meminjamkan. 3. Pada pinjam-meminjam, si peminjam diwajibkan untuk membayar kontra prestasi atas pemakaian baranguang yang dipinjam. Sedang pada pinjam- pakai, pemakaian atas barang adalah secara cuma-cuma tanpa kontra prestasi. 4. Pada pinjam-meminjam, barang yang dipinjam langsung menjadi milik si peminjam, terhitung sejak saat penyerahan. Sedang pada pinjam pakai, barang yang dipinjam hanya untuk dipakai saja, sedang hak milik tetap dipegang oleh pihak yang meminjam. Universitas Sumatera Utara Walaupun di dalam definisi yang diberikan Pasal 1754 KUH Perdata tidak disebutkan tentang uang, tetapi melihat kriteria perbedaan di atas, maka uang sebagai obyek perjanjian adalah termasuk dalam perjanjian pinjam-meminjam atau perjanjian hutang-piutang dan bukan perjanjian pinjam-pakai. Pada prinsipnya obyek persetujuan ini adalah segala barang pada umumnya. Tetapi bila ditinjau dari pengertian yang disebutkan Pasal 1754 KUH Perdata di atas, maka obyek utama dari persetujuan ini adalah barang yang dapat habis dalam pemakaian ataupun barang yang dapat diganti dengan keadaan dan jenis yang sama maupun berupa uang. Pada waktu pengembalian, haruslah dengan barang lain dalam jumlah, jenis dan keadaan yang sama. Peminjaman uang termasuk pada persetujuan peminjaman pada umumnya. Oleh karena itu, segala ketentuan yang berkaitan dengan persetujuan pinjam-meminjam barang yang habis terpakai, berlaku juga terhadap persetujuan peminjaman uang 37 . Bentuk-Bentuk dan Ragam Kredit Perbankan 37 Yahya Harahap. Segi-segi Hukum Perjanjian. Bandung: Alumni. 1986, hlm. 302. Universitas Sumatera Utara Menurut Dahlan Siamat, kredit ini dapat digolongkan kedalam empat bentuk yaitu 38 : 1. Penggolongan kredit berdasarkan jangka waktu Maturity, antara lain: a Kredit jangka pendek short-term loan. Yaitu kredit yang jangka waktu pengembaliannya kurang dari satu tahun. Misalnya kredit untuk membiayai kelancaran operasi perusahaan, termasuk didalamnya berupa kredit modal kerja. Kredit jangka pendek dapat diurutkan dalam tiga kelompok, antara lain: i. Kredit dagang trade credit antar perusahaan, ii. Pinjaman dari suatu perusahaan dagang, iii. Surat dagang. b Kredit jangka menengah medium-term loan. Yaitu kredit yang jangka waktu pengembaliannya satu sampai dengan tiga tahun. Biasanya kredit ini untuk menambah modal kerja, misalnya untuk membiayai pengadaan bahan baku. Kredit jangka menengah dapat pula dalam bentuk kredit investasi. c Kredit jangka panjang long-term loan. Yaitu kredit yang jangka waktu pengembaliannya melebihi tiga tahun. Misalnya kredit investasi untuk membiayai suatu proyek dan perluasan usaha. 2. Penggolongan kredit berdasarkan barang jaminan collateral, antara lain: 38 Dahlan Siamat. Lembaga Keuangan edisi 2 Management. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. 1999. Universitas Sumatera Utara a Kredit dengan jaminan secured loan. Yaitu kredit yang disertai penyerahan barang jaminan oleh nasabah. Jenis barang jaminan tersebut sangat tergantung pada jenis kredit yang diberikan. Misalnya kredit komersial untuk modal kerja, jaminannya dapat berupa persediaan. Kredit untuk pembelian mobil atau motor, jaminannya BPKB mobil atau motor tersebut. b Kredit tanpa jaminan unsecured loan. Yaitu kredit yang tidak disertai penyerahan barang jaminan dari nasabah. Jenis kredit ini tidak menggunakan jaminan dalam bentuk fisik, tetapi dalam bentuk bonafiditas dan prospek usaha nasabah yang bersangkutan. Pemberian kredit tanpa jaminan ini dilakukan sepanjang prinsip- prinsip penilaian kredit lainnya telah terpenuhi menurut analisis kredit. 3. Kredit berdasarkan segmen usaha, seperti otomotif, farmasi, tekstil, makanan, konstruksi dan sebagainya. 4. Penggolongan kredit berdasarkan tujuannya, antara lain: a Kredit modal kerja working capital loan. Kredit modal kerja adalah kredit yang diberikan untuk membiayai kegiatan usahanya atau perputaran modal misalnya pemberian barang dagangan dan lainnya. Biasanya kredit jenis ini berjangka waktu pendek yaitu tidak lebih dari satu tahun. Kredit jenis ini biasanya dimanfaatkan oleh debitur untuk membiayai stok barang, hutang dagang, pembelian bahan baku ataupun kebutuhan modal kerja perusahaan Universitas Sumatera Utara lainnya 39 . Kredit produktif productive loan, yaitu kredit yang diberikan dalam rangka membiayai kebutuhan modal kerja debitur sehingga dapat memperlancar produksi. Jenis-jenis kredit produktif terdiri dari: i. Kredit modal, kredit eksploitasi working capital credit, yaitu kredit yang diberikan oleh bank untuk menambah modal kerja debitur. Kredit modal kerja working capital credit diberikan untuk membiayai modal lacar, dimana modal yang diberikan akan habis dalam pemakaian. Adapun modal yang diberikan akan dipergunakan untuk membeli bahan baku, persediaan produk akhir, barang dalam proses produksi, serta hutang sedang jangka waktunya pendek. ii. Kredit investasi invesment credit, yaitu kredit yang diberikan oleh bank kepada perusahaan untuk digunakan melakukan investasi dengan membeli barang-barang modal atau barang-barang yang sifatnya bertahan lama, seperti tanah, mesin dan sebagainya. Kredit yang diberikan untuk membiayai pembelian aktiva tetap misalnya tanah, bangunan, mesin, kendaraan untuk memproduksi barang dan jasa utama yang diperlukan guna relokasi, ekspansi, modernisasi usaha ataupun pendirian usaha baru. 39 http:id.shvoong.combusiness-managementinvesting2145807- pengertian-kredit-modal-kerjaixzz1xZnOwFpS diakses pada tanggal 18 Desember 2012. Universitas Sumatera Utara b Kredit investasi Invesment credit, yaitu kredit yang diberikan oleh bank kepada perusahaan untuk digunakan melakukan investasi dengan membeli barang-barang modal. 5. Penggolongan kredit menurut penggunaannya, antara lain : a Kredit modal kerja working capital credit, yaitu kredit yang diberikan oleh bank untuk menambah modal kerja debitur. b Kredit investasi Invesment credit, yaitu kredit yang diberikan oleh bank kepada perusahaan untuk digunakan melakukan investasi dengan membeli barang-barang modal. 6. Kredit non kas non cash loan, yaitu kredit yang diberikan kepada nasabah yang hanya boleh ditarik apabila suatu transaksi yang telah diperjanjikan telah direalisasikan atau efektif. Fungsi Kredit dan Unsur Unsur Kredit Adapun fungsi transaksi kredit dalam kehidupan perekonomian menurut Muchdarsyah Sinungan adalah sebagai berikut: 40 1. Kredit dapat meningkatkan utilitas kegunaan dari uang. Keberadaan uang atau modal yang disimpan oleh para pemilik uang atau modal pada suatu lembaga keuangan bank atau sejenisnya, akan disalurkan oleh lembaga keuangan tersebut kepada sektor-sektor usaha produktif. Hal ini 40 Muchdarsyah Sinungan. Uang dan Bank. Jakarta: Rineka Cipta. 1991. hlm. 5. Universitas Sumatera Utara akan meningkatkan kegunaan uang tersebut, yang tadinya sebagai simpanan tabungan dan deposito, kini dapat dijadikan modal untuk melaksanakan suatu usaha atau proyek. 2. Kredit meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang. Melalui kredit, peredaran uang kartal maupun uang giral akan lebih berkembang karena kredit menciptakan mobilitas usaha sehingga penggunaan uang akan bertambah, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. 3. Kredit dapat meningkatkan kegairahan berusaha. Dengan adanya kredit, pihak peminjam atau yang diberi kredit akan bekerja semaksimal mungkin agar usaha yang dijalaninya menghasilkan keuntungan yang besar sehingga dapat melunasi kredit tersebut. 4. Kredit sebagai salah satu alat pengendali stabilitas moneter. Kebijakan kredit bisa digunakan untuk menekan laju inflasi, yaitu dengan menyalurkan kredit hanya pada sektor-sektor usaha yang produktif dan sektor prioritas yang secara langsung berpengaruh pada hajat hidup masyarakat. 5. Kredit sebagai sarana peningkatan pendapatan nasional. Dengan banyaknya pengusaha baik dari industri skala kecil maupun besar yang mendapatkan fasilitas kredit, diharapkan dapat meningkatkan pendapatan mereka dan secara nasional diharapkan akan dapat meningkatkan pendapatan nasional. Universitas Sumatera Utara Ada beberapa hal yang meliputi kredit. Unsur-unsur tersebut adalah hal- hal yang dapat menjamin terjadinya proses kredit. Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam kredit adalah sebagai berikut: 41 1. Kepercayaan Suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan berupa uang, barang atau jasa akan benar-benar diterima kembali di masa tertentu di masa mendatang, artinya kreditur berkeyakinan bahwa debitur akan mengembalikan prestasi, berupa barang, jasa ataupun uang yang telah dipinjamkan dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang. Debitur hendaknya dapat menjaga kepercayaan yang telah diberikan oleh kreditur dengan dapat memenuhi kewajibannya. 2. Kesepakatan Disamping unsur kepercayaan, di dalam kredit juga terkandung unsur kesepakatan antara pemberi kredit kreditur dengan penerima kredit debitur, dimana kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian antara pihak pemberi kredit kreditur dengan penerima kredit debitur yang isinya berupa hak dan kewajiban masing-masing pihak. 3. Jangka Waktu 41 http:kafeilmu.com201102unsur-yang-ada-dalam-kredit.html diakses pada tanggal 19 Desember 2012. Universitas Sumatera Utara Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Suatu masa atau waktu yang akan memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontra prestasi yang akan diterima di masa yang akan datang. Dengan kata lain berupa jangka waktu pengembalian kredit, dari mulai penyerahan prestasi dari kreditur sampai dengan kembalinya prestasi tersebut kepada kreditur. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah, atau jangka panjang. 4. Risiko Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu risiko tidak tertagihnya atau macet pemberian kredit. Risiko ini menjadi tanggungan bank, baik risiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai, maupun oleh risiko yang tidak disengaja. 5. Balas jasa Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan biaya administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank. Sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil. Jenis-Jenis Risiko Kredit Universitas Sumatera Utara Dalam kegiatan bank ketika melakukan kegiatan pendanaan kepada nasabah dalam bentuk pemberian kredit, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan penilaian kredit, oleh karena layak tidaknya kredit yang diberikan akan sangat mempengaruhi stabilitas keuangan bank. Menurut Rahardja 1997, penilaian kredit harus memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Keamanan kredit safety. Harus benar-benar diyakini bahwa kredit tersebut dapat dilunasi kembali, 2. Terarahnya tujuan penggunaan kredit suitability. Kredit akan digunakan untuk tujuan yang sejalan dengan kepentingan masyarakat atau setidaknya tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku. Kredit yang diberikan memberikan keuntungan profitable, baik keuntungan kepada bank maupun kepada nasabah. Namun ada kalanya dimana kreditur maupun debitur menghadapi masalah baik karena faktor di luar dari kendali bank, maupun masalah dari dalam bank sendiri. Dalam kondisi ini kreditur harus melihat dan meninjau kembali kesepakatan yang telah disetujui oleh kedua belah pihak untuk kemudian direvisi kembali oleh kedua belah pihak yang telah melakukan perjanjian dan menjalankan perjanjian tersebut demi menghindari risiko kredit yang kemudian akan merugikan kedua belah pihak. Risiko kredit adalah risiko yang timbul atas pemberian kredit yang pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1. Risiko Bisnis Universitas Sumatera Utara Risiko bisnis adalah risiko yang disebabkan karena faktor-faktor di luar kendali bank, baik yang berasal dari usaha nasabah yang bersangkutan, dampak ekonomi secara makro, gejolak politik, bencana alam, maupun faktor-faktor lainnya yang bersifat memaksa force majeure. Risiko bisnis tersebut tetap dapat terjadi walaupun rangkaian proses pemberian pembiayaan sejak dari penetapan pasar sasaran sampai dengan pengawasan monitoring atau pembinaan kredit telah dilakukan dengan prinsip kehati-hatian dan asas-asas kredit yang sehat, serta didukung adanya itikad baik dari pejabat pembiyaan yang terlibat dalam proses tersebut. Prinsip kehati-hatian dan asas-asas pemberian kredit yang sehat antara lain meliputi: a. Telah dilakukan analisis 5C kredit secara lengkap dan benar, b. Itikad dari seluruh pejabat kredit dalam memprakarsai dan memutus suatu paket kredit benar-benar baik dan semata-mata hanya untuk kepentingan bank syariah, c. Telah dilakukan penilaian, pengikatan, penguasaan dan pengamanan barang-barang agunan secara benar, d. Telah dilakukan pengecekan atas kelengkapan dan kebenaran dokumen secara hati-hati dan lengkap, e. Telah dilakukan pengawasan atas pencairan kredit dengan benar. f. Telah dilakukan monitoring kredit sebagai kelanjutan dari proses pencairan kredit, secara benar dan sungguh-sungguh serta dapat dibuktikan secara administratif misalnya dengan LKN. Universitas Sumatera Utara 2. Risiko nonbisnis Risiko nonbisnis adalah risiko yang timbul bukan akibat faktor-faktor yang bersifat bisnis, tetapi karena itikad tidak baik dari pejabat kredit, antara lain: a. Tidak melakukan analisis dan evaluasi secara benar sesuai prinsip kehati-hatian dan asas-asas kredit yang sehat atas kebutuhan kredit dan analisis risiko, b. Tidak menganalisis struktur kredit sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pemohon untuk melunasi kredit sesuai jangka waktu yang diperjanjikan, c. Pejabat kredit dibujuk danatau diintimidasi, d. Dengan sengaja tidak mauenggan untuk memproses kredit lanjutan tanpa alasan yang jelas, e. Menutup-nutupi kredit yang seharusnya telah bermasalah, karena takut penilaian hasil kerjanya rendah, f. Tidak melakukan monitoring kredit sebagai kelanjutan dari proses pencairan kredit secara benar dan sungguh-sungguh. 42 Pemberian Kredit Bank secara Umum 42 http:esharianomics.comesharianomicsKredit-2risiko-Kreditrisiko- Kredit diakses pada tanggal 19 Desember 2012. Universitas Sumatera Utara Ada beberapa jenis pemberian kredit secara umum yang ada di Indonesia, dan beberapa jenis produk kredit yang dikeluarkan oleh bank yang ada di Indonesia secara umum yakni: 1. Fasilitas Kredit Langsung Kredit Tunai Fasilitas kredit langsung adalah pemberian kredit dimana pencairan kredit dilakukan dengan tunai atau pemindahbukuan ke dalam rekening debitor. Pada fasilitas kredit langsung ini kreditur memberikan pencairan dana kepada debitur dimana bank menanggung risiko secara langsung saat fasilitas itu digunakan dalam transaksi tersebut terdapat aliran danakas keluar dari bank yang kemudian akan mempengaruhi neraca bank. Pada fasilitas kredit langsung ini ada beberapa jenis kredit yang dapat diberikan secara langsung tunai yakni: a. Revolving Loan RL Revolving loan merupakan kredit untuk pembiayaan modal kerja yang bersifat permanen yang jumlahnya tercermin dalam perusahaan. Ciri dan jenis ini adalah: i. Penarikan dananya sesuai dengan kebutuhan debitur dengan menggunakan promessurat sanggup dengan syarat tidak melebihi jumlah plafon yang telah disepakati antara bank dan debitur, Universitas Sumatera Utara ii. Porsi pinjaman yang telah dilunasi dapat ditarik kembali selama plafonnya masih mencukupi dan jangka waktu kredit masih berlaku, iii. Memiliki jangka waktu maksimum 1 tahun namun tidak tertutup kemungkinan untuk diperpanjang. b. Fixed Loan FL Fixed loan merupakan fasilitas pinjaman yang diberikan kepada debitur untuk membiayai investasi pembelian fixed asset debitur atau modal kerja yang penggunaannya bersifat seasonalhanya sekali penggunaan saja. Ciri dan jenis pinjaman ini adalah: i. Penarikan dananya sekaligus sejumlah plafon yang telah disepakati antara bank dengan debitur dengan menggunakan promessurat sanggup, ii. Pembayaran kembali dapat dilakukan secara berkala angsuran tiga bulan, enam bulan, sembilan bulan atau dua belas bulan atau secara sekaligus pada akhir masa kredit, iii. Porsi pinjaman yang telah dilunasi dapat ditarik kembali. c. Pinjaman Rekening Koran PRK Pinjaman rekening koran PRK adalah jenis pinjaman dimana plafon pinjamannya dicantumkan pada rekening koran debitur sesuai dengan kesepakatan antara bank dengan debitur berdasarkan perjanjian kreditpengakuan hutang. Jenis pinjaman ini umumnya digunakan untuk Universitas Sumatera Utara membiayai modal kerja debitur sehari-hari. Ciri pinjaman ini adalah debitur bebas melakukan penarikan atau pengembalian pinjaman dengan menggunakan cek, bilyet giro atau surat pemindahbukuan lainnya selama masa berlakunya perjanjian kredit dan penarikannya tidak melewati plafon pinjaman. d. Kredit konsumtif Kredit konsumtif adalah kredit yang diberikan untuk keperluan konsumsipembelian barang dan untuk kepentingan debitur. Kredit konsumtif terdiri dari: i. Kredit Pemilikan Rumah KPR Yaitu pinjaman jangka panjang yang langsung diberikan kepada konsumencalon pemilik untuk membiayai pembelian rumah, ruko dan memugar atau memperbaiki rumah atau ruko yang telah dimiliki oleh konsumen, dimana jaminannya adalah objek yang dibiayai oleh kredit tersebut. Pembayaran pinjamannya dilakukan secara bertahapdiangsur oleh debitur dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan jadwal yang ditentukan oleh bank. ii. Kredit Pemilikan Mobil KPM. Yaitu pinjaman yang langsung diberikan kepada konsumencalon pemilik untuk pembelian kendaraan bermotor mobil baik baru maupun bekas dimana jaminannya adalah objek yang dibiayai oleh kredit tersebut. Pembayaran pinjaman dilakukan secara Universitas Sumatera Utara bertahapdiangsur oleh debitur dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan jadwal yang ditentukan oleh bank. iii. Kredit Pemilikan Apartemen KPA. Yaitu pinjaman jangka panjang yang diberikan kepada konsumencalon pemilik untuk apartemen dimana jaminannya adalah objek yang dibiayai oleh kredit tersebut. Pembayaran pinjaman dilakukan secara bertahapdiangsur oleh debitur sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan oleh bank. 2. Fasilitas Kredit Tidak Langsung kredit non tunai Fasilitas kredit tidak langsung kredit non tunai adalah kredit tidak dibayar pada saat pinjaman dibuat. Fasilitas kredit yang diberikan nasabah dimana bank belum menanggung risiko secara langsung karena tidak terdapat aliran kasdana dari bank dan tidak mempengaruhi neraca, tetapi hanya dicatat sebagai contingent accountrekening administratif off balance sheet transaction , namun bank akan menanggung risiko sebesar jumlah fasilitas dikurangi setoran jaminancash margin jika debitur ingkar janji atau wanprestasi yang pada akhirnya bank akan menagih dari nasabah atau dikonversikan dalam bentuk pinjaman. Berikut yang termasuk ke dalam penggolongan ini misalnya: a. Bank Garansi, adalah suatu surat pernyataan yang diberikan oleh bank untuk kepentingan nasabahnya sebagai jaminan kepada pihak ketiga demi terjaminnya pembayaran atas penyelesaian transaksi antara nasabah dengan pihak ketiga sesuai perjanjian yang telah disepakati. Universitas Sumatera Utara Apabila dikemudian hari pihak yang dijamin nasabah tidak dapat melaksanakan kewajiban kepada pihak ketiga sesuai dengan kesepakatan mereka atau wanprestasicedera janji maka bank wajib membayar kepada pihak ketiga sebesar nilai bank garansi tersebut. b. Letter of Credit, adalah suatu dokumeninstrumen yang dikeluarkan oleh opening bank atas nama nasabah applicant yang memberikan kuasa kepada penerima LC beneficiary untuk menarik weseldraft, yang akan dibayar oleh sebuah bank bilamana semua persyaratan yang ada pada LC telah dipenuhi. Dengan kata lain LC merupakan sebuah cara pembayaran internasional yang memungkinkan eksportir menerima pembayaran tanpa menunggu berita dari luar negeri setelah barang dan berkas dokumen dikirimkan ke luar negeri kepada pemesan. Adapun jenis-jenis LC adalah sebagai berikut: i. Revocable LC adalah LC yang sewaktu-waktu dapat dibatalkan atau diubah secara sepihak oleh opener atau oleh issuing bank tanpa memerlukan persetujuan dari penerima LC beneficiary, ii. Irrevocable LC adalah LC yang tidak bisa dibatalkan selama jangka berlaku validity tertentu yang dimana waktu pembatalan telah ditentukan dalam LC tersebut dan opening bank tetap menjamin untuk menerima wesel- wesel yang ditarik atas LC tersebut. Pembatalan mungkin juga dilakukan, tetapi harus atas persetujuan semua pihak yang bersangkutan dengan LC tersebut, Universitas Sumatera Utara iii. Irrevocable dan Confirmed LC, LC jenis ini diangggap paling sempurna dan paling aman dari sudut penerima LC beneficiary karena pembayaran atau pelunasan wesel yang ditarik atas LC ini dijamin sepenuhnya oleh opening bank maupun oleh advising bank, bila segala syarat-syarat dipenuhi, serta tidak mudah dibatalkan karena sifatnya yang irrevocable , iv. Clean Letter of Credit, dalam LC ini tidak dicantumkan syarat-syarat lain untuk penarikan suatu wesel. Artinya, tidak diperlukan dokumen-dokumen lainnya, bahkan pengambilan uang dari kredit yang tersedia dapat dilakukan dengan penyerahan kuitansi biasa, v. Documentary Letter of Credit, yakni penarikan uang atau kredit yang tersedia harus dilengkapi dengan dokumen- dokumen lain sebagaimana disebut dalam syarat-syarat dari LC, vi. Documentary LC dengan Red Clause, jenis LC ini, penerima LC beneficiary diberi hak untuk menarik sebagian dari jumlah LC yang tersedia dengan penyerahan kuitansi biasa atau dengan penarikan wesel tanpa memerlukan dokumen lainnya, sedangkan sisanya dilaksanakan seperti dalam hal documentary LC. LC ini merupakan kombinasi open LC dengan documentary LC. Universitas Sumatera Utara vii. Revolving LC, LC jenis ini memungkinkan kredit yang tersedia dipakai ulang tanpa mengadakan perubahan syarat khusus pada LC tersebut. Misalnya, untuk jangka waktu enam bulan, kredit tersedia setiap bulannya US 1.200, berarti secara otomatis setiap bulan selama enam bulan kredit tersedia sebesar US 1.200, tidak peduli apakah jumlah itu dipakai atau tidak. viii. Back to Back LC, dalam LC ini, penerima LC beneficiary biasanya bukan pemilik barang, tetapi hanya perantara. Oleh karena itu, penerima LC ini terpaksa meminta bantuan banknya untuk membuka LC untuk pemilik barang-barang yang sebenarnya dengan menjaminkan LC yang diterimanya dari luar negeri. ix. Transferable LC, penerima LC beneficiary berhak meminta kepada bank yang diamanatkan untuk melakukan pembayaranakseptasi kepada setiap bank yang berhak melakukan negosiasi, untuk menyerahkan hak atas kredit sepenuhnyasebagian kepada pihak ketiga. Syarat-Syarat dan Proses Mengajukan Kredit di Bank secara Umum Dalam mengajukan kredit ke bank, calon debitur wajib memenuhi persyaratan dan mengikuti proses yang ada sebagai mekanisme atau aturan yang harus dipatuhi oleh calon debitur agar permohonan kredit yang diajukan dapat Universitas Sumatera Utara disetujui. Beberapa tahapan yang harus dilalui oleh calon debitur sebelum permohonan kredit disetujui oleh bank, yakni: 1. Proses Permohonan Kredit Dalam pengajuan kredit, secara umum bank membagi debiturnya menjadi dua golongan besar, yaitu debitur perorangan dan debitur perusahaan, berikut ini adalah persyaratan yang diminta bank dari masing- masing golongan debiturnya yakni: a. Debitur Perorangan Debitur perorangan merupakan debitur yang berasal dari berbagai macam latar belakang profesi dan dari tiap-tiap profesi mempunyai ciri khasnya sendiri yang oleh bank dibedakan lagi menjadi tiga golongan, yaitu wirausaha, karyawan dan professional. Persyaratan yang diminta untuk debitur perorangan yakni: i. Warga Negara Indonesia, ii. Usia minimal 21 dua puluh satu tahun atau sudah menikah sesuai dengan undang-undang yang berlaku, iii. Usia maksimal 70 tujuh puluh tahun saat kredit lunas, iv. Memiliki penghasilan tetap yang dapat diverifikasi kebenarannya bagi pemohon yang berstatus Pegawai Negeri Sipil, Pegawai Tetap LembagaInstansiBUMNBUMDPerusahaan Swasta, Profesional dokter, notaris, dll, Universitas Sumatera Utara v. Memiliki usaha produktif bagi pemohon yang berstatus wiraswasta pengusaha, vi. Usaha yang dijalankan memiliki perizinan sesuai ketentuan yang berlaku, dan bagi usaha yang tidak memerlukan izin menurut ketentuan cukup dengan surat keterangan usaha dari Kepala Desa LurahCamat setempat, vii. Tidak mempunyai tunggakan kredit perbankan danatau tidak termasuk dalam daftar hitam dan daftar kredit macet Bank Indonesia, viii. Memiliki rekening tabungan di bank yang bersangkutan, ix. Melengkapi dan menyerahkan dokumen: 1 Fotocopy identitas diri seperti KTPSIMPasport pemohon suamiistri, 2 Fotocopy Kartu Keluarga bagi yang telah menikah, 3 Fotocopy buku nikahsurat ceraikematian, 4 Pasfoto suami dan istri, ukuran 4x6 inci, masing-masing 2 lembar, 5 Fotocopy Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP untuk kredit diatas Rp.100.000.000,- Seratus Juta Rupiah, 6 Fotocopy bukti kepemilikan barang agunan dan SPT PBB tahun terakhirberjalan yang telah dibayar, 7 Fotocopy legalitas dan perizinan sesuai usaha yang dijalankan, Universitas Sumatera Utara 8 Laporan keuangan usaha tahun berjalan yang telah ditandatangani pemohon, 9 Laporan keuangan unaudited 2 tahun terakhir untuk kredit diatas Rp.500.000.000,- Lima Ratus Juta Rupiah sampai dengan Rp.5.000.000.000.000,- Lima Milyar Rupiah, 10 Laporan keuangan audited 2 tahun terakhir untuk kredit diatas Rp.5.000.000.000,- Lima Milyar Rupiah, 11 Untuk pemohon yang berstatus pegawaiprofesional melengkapi: a Slip gaji terakhir asliSurat Keterangan Penghasilan dari tempat bekerja dan wajib diverifikasi kebenarannya, b Fotocopy Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai, c Fotocopy izin-izin praktek profesi. b. Debitur Perusahaan Debitur perusahaan adalah debitur yang berbentuk perusahaan yang meliputi bentuk usaha seperti PT, CV, Firma dan lain sebagainya. Persyaratan yang diminta antara lain: i. Memiliki perizinan usaha sesuai dengan ketentuan yang berlaku, seperti: Surat Izin Usaha Perdagangan, Tanda Daftar Perusahaan, Surat Izin Tempat Usaha, Izin Gangguan, NPWP, dll, Universitas Sumatera Utara ii. Untuk Badan Usaha Berbadan Hukum dalam bentuk Perseroan Terbatas dan Yayasan harus dilengkapi dengan pengesahan dari Kementerian Hukum dan Hak Azazi Manusia sedangkan Koperasi harus dilengkapi dengan pengesahanpersetujuan dari Kementrian Koperasi dan UKM, baik pada saat pendiriannya maupun perubahan-perubahannya, iii. Untuk Badan Usaha dalam bentuk CV dan Firma, agar didaftarkan kepada Panitera Pengadilan Negeri setempat, iv. Perusahaan dan pengurus tidak termasuk daftar hitam dan daftar pinjaman macet Bank Indonesia, v. Memiliki rekening di Bank Sumut, vi. Melengkapi dan menyerahkan dokumen: 1 Fotocopy identitas diri seperti KTPSIMPasport pemohon dan pengurus, 2 Fotocopy identitas diri dari para pengurus perusahaan direktur dan komisaris, 3 Pasfoto pemohonpengurus, ukuran 3x4 inci masing-masing 2 lembar, 4 Surat Permohonan Kredit dari perusahaan, 5 Fotocopy Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP, 6 Fotocopy kepemilikan barang agunan, 7 Fotocopy legalitas dan perizinan usaha, 8 Company Profile perusahaan, Universitas Sumatera Utara 9 Laporan keuangan unaudited 2 tahun terakhir untuk kredit diatas Rp.500.000.000,- Lima Ratus Juta Rupiah sampai dengan Rp.5.000.000.000.,- Lima Milyar Rupiah, 10 Laporan keuangan audited 2 tahun terakhir untuk kredit ≥ Rp.5.000.000.000.000,- Lima Milyar Rupiah atau ≤ Rp.5.000.000.000.000,- Lima Milyar Rupiah, namun memenuhi salah satu kriteria sebagai berikut: a Debitur perusahaan dalam bentuk Perseroan Terbatas PT yang memenuhi salah satu kriteria: i. Merupakan Perseroan Terbuka, ii. Bidang usaha perseroan berkaitan dengan pengerahan dana masyarakat, iii. Mengeluarkan surat pengakuan hutan, iv. Memiliki jumlah aktiva atau kekayaan paling sedikit Rp.50.000.000.000,- Lima Puluh Milyar Rupiah. b Perusahaan Perseroan Persero, Perusahaan Umum Perum, dan Perusahaan Daerah. 11 Laporan keuangan perusahaan tahun berjalan yang ditandatangani pemohon, 12 Studi kelayakan proyek untuk kredit di atas Rp.5.000.000.000 lima milyar, 13 Analisa Mengenai Dampak Lingkungan AMDAL bagi proyek yang dapat mempengaruhi sosial ekonomi masyarakat Universitas Sumatera Utara setempat, seperti proyek-proyek yang menghasilkan limbah, dsb. Mariam Darus mengemukakan dalam perjanjian kredit dan perjanjian jaminan terdapat kekosongan hukum, sehingga merupakan penyebab dari terjadinya kredit macet. Menurut beliau, kekosongan hukum dalam perjanjian kredit terlihat dalam hal-hal sebagai berikut: 43 a. Momentum terjadinya perjanjian kredit. Perjanjian kredit yang bersifat riil menghendaki agar terjadinya perjanjian kredit itu ialah pada saat penyerahan uang. Dalam kenyataannya perjanjian kredit itu terjadi pada saat ditandatangani. b. Bunga, dalam KUH Perdata terdapat ketentuan mengenai bunga yang dapat diperjanjikan bunga konvensional dalam prakteknya tidak ada ketentuan tentang batas maksimum dari tingkat suku bunga, dalam undang-undang tentang riba terdapat ketentuan tentang batas tingkat suku bunga yang jika dilampaui bunga itu dikategorikan sebagai riba. Kriteria dari riba adalah jika bunga yang diperjanjikan sedemikian rupa menimbulkan ketidakseimbangan yang luar biasa di antara kewajiban kreditur dan debitur. c. Kontrak baku standar kontrak perjanjian baku belum diawasi oleh pemerintah, sehingga klausula yang ditentukan secara sepihak oleh kreditur dan debitur sesuai dengan sifatnya yang ditentukan sepihak 43 Mariam Darus Balruzaman. Aneka Hukum Bisnis. Bandung: Penerbit Alumni. 1994. hlm. 108. Universitas Sumatera Utara oleh penyedia kredit. Untuk keseimbangan itu perjanjian baku perlu diawasi oleh pemerintah. d. Kredit produktif konsumtif. Untuk menjamin hak asasi masyarakat, maka kriteria kredit produktif dan konsumtif perlu diatur dengan undang-undang. e. Kredit macet. Untuk menjaga kredit macet tidak terjadi dalam perjanjian quasi kredit, seperti perjanjian anjak, perjanjian kartu kredit, perjanjian leasing, maka perjanjian itu perlu diatur dalam undang-undang. 2. Proses Analisa Kredit Dalam analisis kredit, pihak kreditur melakukan identifikasi risiko yang dimana identifikasi ini bertujuan untuk menjaga dan melindungi bank dari risiko yang mungkin akan timbul. Analisa kredit didasarkan pada kecermatan dan kemampuan meminimalkan risiko, namun harus disadari bahwa risiko tersebut tidak akan hilang seratus persen. Kegagalan bisnis senantiasa muncul di luar kemampuan para pihak. Baik itu risiko bisnis maupun risiko non bisnis. Proses analisa kredit dilaksanakan sebagai langkah awal untuk mengendalikan risiko yang akan dihadapi oleh bank, menetapkan jenis dan persyaratan kredit yang akan diberikan, serta bahan pertimbangan dan rekomendasi dari petugas atau pejabat kredit mengenai permohonan calon debitur kepada komite kredit, ada beberapa tahap proses yang harus dilalui yaitu: Universitas Sumatera Utara a. Pengajuan kredit, yaitu melalui permohonan yang diawali dengan perbincangan calon debitur dengan bank atau melalui pengajuan tertulis, permohonan ini harus disertai dengan: 1. NPWP Nomor Pokok Wajib Pajak; 2. TDP Tanda Daftar Perusahaan; 3. SIUP Surat Ijin Usaha Perdagangan; 4. SITU Surat Ijin Tempat Usaha; 5. Akte Pendirian Perusahaan dan akte-akte perubahannya bila perusahan tersebut berbentuk Badan Hukum; 6. Laporan Keuangan; 7. Rekening Koran Bank; 8. Bukti Kepemilikan Barang yang akan dijadikan jaminan; 9. KTP Kartu Tanda Penduduk dan Kartu Keluarga; b. Pengumpulan data bisnis dan jaminan oleh bank. Jika bank menilai permohonan kredit layak diproses bank akan menghubungi calon debitur untuk membuat pertemuan. Bank akan berusaha mengenal bisnis calon debitur yang sejelas-jelasnya dan juga akan meminta keterangan mengenai jaminan yang akan diberikan kepada bank, misalnya jaminannya adalah tanah, maka harus jelas batas-batas tanah. Bila jaminannya adalah rumah, maka harus jelas hak kepemilikan rumah, kondisi rumah, letak rumah dan hal-hal lainnya yang mendukung keluarnya kredit yang dimintakan oleh calon debitur. Universitas Sumatera Utara c. Analisis kredit, dimana ada dua golongan data yang dianalisis, yang pertama analisis kredit terhadap data kuantitatif seperti menghitung kebutuhan modal kerja yang dibutuhkan, kemampuan membayar bunga dan pokok pinjaman, analisis keuangan dan lain-lain. Yang kedua adalah analisis terhadap data kualitatif, misalnya cara calon debitur menghadapi persaingan, kemampuan manajemen dalam mengelola bisnis dan lain-lain. d. Penyusunan atau pengajuan persetujuan proposal. Berdasarkan hasil analisis kredit yang dilakukan, bank akan sampai pada kesimpulan mengenai kelayakan proposal kredit. Jika layak accountcredit officer akan menyusun proposal kredit untuk diajukan ke pejabat kredit yang berwenang agar disetujui. e. Mengecek kembali track record calon debitur kepada bank sentral, apakah calon debitur tersebut memiliki track record yang bagus dalam melakukan pengambilan kredit sebelumnya di bank lain tempat calon debitur pernah melakukan pinjaman kredit atau terdapat masalah dalam pengembalian atau angsuran pelunasan kredit. f. Pengumpulan data pelengkap. Apabila proposal sudah disetujui, maka calon debitur harus melengkapi dokumen yang dibutuhkan dalam rangka merealisasikan permohonan kredit yang sudah disetujui seperti dokumen jaminan yang asli, kelengkapan data calon debitur dan sebagainya. Kemudian data tersebut diperiksa oleh bagian unit legal bank. Unit ini akan memeriksa misalnya kelengkapan dokumen atau akta pendirian perusahaan untuk menentukan pihak-pihak yang Universitas Sumatera Utara berwenang mewakili perusahaan untuk menandatangani perjanjian kredit, memeriksa sertifikatsurat-surat berharga ke instansi terkait untuk memastikan bahwa surat-surat yang dijaminkan tidak bermasalah atau dalam kondisi sengketa dan sebagainya. g. Pengikatan kredit dengan jaminan, dengan menandatangani perjanjian kredit dan jaminan, bank dan calon debitur menyepakati berbagai hak dan kewajiban yang berkaitan dengan kredit yang diberikan bank, ada dua perjanjian yang akan ditandatangani, yaitu: a Perjanjian kredit yang berisi berbagai aspek yang berkaitan dengan kredit, misalnya jumlah, mata uang, suku bunga, jangka waktu, persyaratan penarikan dana, pembayaran bunga dan pokok, dan sebagainya. b Perjanjian jaminan yang merupakan bagian yang tidak terpisah dari suatu kredit. Misalnya pemberian kuasa kepada bank untuk menjual mobil apabila terjadi kredit bermasalah, pemasangan hak tanggungan untuk jaminan tanahbangunan, pengalihan hak tagihan dan sebagainya. 3. Proses Persetujuan Setelah melalui proses analisis data oleh pihak bank maka proses selanjutnya adalah proses persetujuan. Ada pun proses persetujuan pemberian kredit adalah sebagai berikut: a. Berdasarkan data informasi yang ada; Universitas Sumatera Utara b. Data tersebut dituangkan dalam bentuk proposal kredit yang terdiri dari perjanjian kredit, penyerahan surat-surat yang dijadikan jaminan, beserta dokumen-dokumen lainnya yang diajukan ke Komite Kredit untuk memperoleh persetujuan; c. Melakukan tindakan berupa Administrasi Kredit, dimana kegiatan ini sepenuhnya adalah pekerjaan bank. Misalnya menyimpan jaminan dan dokumennya di tempat yang aman dan tahan api, dan memasukkan data ke sistem komputer, menghitung bunga, melakukan pemotongan cicilan kewajiban dan sebagainya; d. Tahap terakhir adalah pencairan dana kredit dicairkan sesuai dengan perjanjian dan kesepakatan. Pencairan dana oleh debitur biasanya dilakukan dengan cara mentransfer jumlah nominal uang yang akan dipakai oleh debitur ke rekening debitur sesuai dengan limit yang telah disepakati oleh kreditur. Universitas Sumatera Utara BAB III PRINSIP DALAM PERBANKAN DAN PENERAPANNYA

A. Prinsip-Prinsip dalam Perbankan