Kebijakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi RPJMN 2015 – 2019

30

3.3. Kebijakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi RPJMN 2015 – 2019

Percepatan perbaikan gizi nasional harus diduung oleh sinergi lintas bidang interaksi KL dalam mengukur hasil pembangunan yang dinyatakan oleh Gambar 3.12 di bawah ini. Gambar 3.12. Sinergi lintas bidang interaksi KL dalam mengukur hasil pembangunan Sumber Data : Riskesdas 2013 Isu strategis RPJMN 2015-2019 untuk subbidang Kesehatan dan Gizi Masyarakat adalah sebagai berikut: 1. Peningkatan Kesehatan Ibu, Anak, Remaja dan Lansia DETERMINAN DAMPAK UKURAN KEMKESDINKES SPESIFIK 30 GIZI KEMATIAN IBU AKI ANAK AKB KL SKPD Terkait SENSITIF 70 KESAKITAN PM PrevalensiKasus PTM PrevalensiKasus PREVENTIF-PROMOTIF KURATIF-REHABILITATIF KEGIATAN INDIKATOR TARGET KERANGKA PELAKSANAAN Dana, Regulasi, Lembaga KEGIATAN INDIKATOR TARGET KERANGKA PELAKSANAAN Dana, Regulasi, Lembaga RENCANA STRATEGIS- RENCANA AKSI TERSTRUKTUR TERUKUR 31 2. Percepatan Perbaikan Status Gizi Masyarakat 3. Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 4. Peningkatan Akses Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan yang Berkualitas 5. Pemenuhan Ketersediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Pengawasan Obat dan Makanan 6. Pemenuhan Sumber Daya Manusia Kesehatan 7. Peningkatan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat 8. Peningkatan Manajemen, Penelitian dan Pengembangan, serta Sistem Informasi Kesehatan 9. Pengembangan dan Peningkatan Efektifitas Pembiayaan Kesehatan 10. Pengembangan Jaminan Kesehatan Nasional Adapun arah kebijakan RPJMN 2015-2019 yaitu: 1. Akselerasi Pemenuhan Akses Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak, Remaja, dan Lanjut Usia yang Berkualitas 2. Mempercepat Perbaikan Gizi Masyarakat 3. Meningkatkan Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 4. Meningkatan Akses Pelayanan Kesehatan Dasar yang Berkualitas 5. Meningkatan Akses Pelayanan Kesehatan Rujukan yang Berkualitas 6. Meningkatkan Ketersediaan, Keterjangkauan, Pemerataan, dan Kualitas Farmasi dan Alat Kesehatan 7. Meningkatkan Pengawasan Obat dan Makanan 8. Meningkatkan Ketersediaan, Persebaran, dan Mutu Sumber Daya Manusia Kesehatan 9. Meningkatkan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat 10. Menguatkan Manajemen, Penelitian Pengembangan dan Sistem Informasi 11. Memantapkan Pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional Bidang Kesehatan 12. Mengembangkan dan Meningkatkan Efektifitas Pembiayaan Kesehatan Strategi mempercepat Perbaikan Gizi Masyarakat dilakukan melalui langkah- langkah: 32 a. peningkatan surveilans gizi termasuk pemantauan pertumbuhan; b. peningkatan akses dan mutu paket pelayanan kesehatan dan gizi dengan fokus utama pada 1.000 hari pertama kehidupan, remaja, calon pengantin dan ibu hamil, termasuk pemberian makanan tambahan, terutama untuk keluarga kelompok termiskin dan wilayah DTPK; c. peningkatan promosi perilaku masyarakat tentang kesehatan, gizi, sanitasi, hygiene, dan pengasuhan; d. peningkatan peran masyarakat dalam perbaikan gizi terutama untuk ibu hamil, wanita usia subur, anak, dan balita di daerah DTPK termasuk melalui upaya kesehatan berbasis masyarakat dan Pengembangan Anak Usia Dini Holistik Integratif Posyandu dan Pos PAUD; e. penguatan pelaksanaan dan pengawasan regulasi dan standar gizi; dan f. penguatan peran lintas sektor dalam rangka intervensi sensitif dan spesifik yang didukung oleh peningkatan kapasitas pemerintah pusat, provinsi, dan kabupatenkota dalam pelaksanaan rencana aksi pangan dan gizi. Sasaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJMN untuk meningkatkan status gizi masyarakat perriode 2015-2019 dinyatakan oleh Tabel 3.13 berikut ini. 33 Tabel 3.13. Sasaran RPJMN 2015-2019 tentang peningkatan status gizi No Indikator Status Awal Target 2019 1 Meningkatnya Status Gizi Masyarakat 1. Prevalensi anemia pada ibu hamil persen 37,1 2013 28 2. Persentase Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah BBLR 10,2 2013 8 3. Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif 38,0 2013 50 4. Prevalensi kekurangan gizi underweight pada anak balita persen 19,6 2013 17 5. Prevalensi wasting kurus anak balita persen 12 2013 9,5 6. Prevalensi stunting pendek dan sangat pendek pada anak baduta persen 32,9 2013 28 Sumber Data : Riskesdas 2013 Intergrasi RAN-PG dan gerakan nasional percepatan perbaikan gizi dinyatakan oleh Gambar 3.14 di bawah ini. 34 Gambar 3.14. Intergrasi RAN-PG dan gerakan nasional percepatan perbaikan gizi Sumber Data : Riskesdas 2013 Konsep RAN-PG Tahun 2015 – 2019 Kerangka Pikir Aksi untuk Mencapai SDM Berkualitas, melalui pencapaian status dan perkembangan gizi janin anak yg optimal dipaparkan oleh Gambar 3.15 di bawah ini. 5 PILAR RENCANA AKSI 1. Perbaikan Gizi Masyarakat terutama pada ibu pra-hamil, ibu hamil dan anak 2. Peningkatan Aksesibilitas Pangan yang beragam 3. Peningkatan Pengawasan Mutu dan Keamanan Pangan 4. Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat PHBS 5. Penguatan Kelembagaan Pangan dan Gizi KELUARAN 1. Meningkatnya cakupan ASI Ekslusif, DS, KN dan K4 2. Meningkatnya tingkat keragaman konsumsi dan skor PPH 3. Meningkatnya cakupan jajanan anak sekolah yang memenuhi syarat dan produk PIRT tersertifikasi 4. Meningkatnya jumlah rumah tangga yang melakukan PHBS 5. Meningkatnya jumlah kabkota yang mempunyai SKPD bidang Pangan dan Gizi 6. Meningkatnya peraturan perundangan Pangan dan Gizi 7. Meningkatnya tenaga D3 gizi puskesmas dan PPL kecamatan SASARAN PEMBANGUNAN PANGAN DAN GIZI PADA TAHUN 2015 • Prevalensi anak balita - Gizi kurang : 15.5 - Pendek : 32 • Konsumsi pangan dengan asupan kalori 2.000 Kkalhr 35 Gambar 3.15. Konsep RAN-PG Source: The Lancet, 2013: Executive Summary of The Lancet Maternal and Child Nutrition Series Strategi Gerakan 1000 HPK Hari Pertama Kehidupan Dalam Program Pangan Dan Gizi adalah sebagai berikut: 1. Intervensi fokus pada 1000 Hari Pertama Kehidupan ibu hamil, dan anak sampai usia 2 tahun dan dilanjutkan pada usia balita, anak sekolah, remaja, pra hamil, dewasa, dan manula. 2. Perluasan stakeholder melalui kerjasama lintas sektor, pemerintah dan swasta dengan meningkatkan pemberdayaan masyarakat. Intervensi Gizi Spesifik Berbagai Program - Kesehatan remaja dan gizi ibu prahamil - PMT ibu hamil - Suplementasifortifik asi gizi mikro - Pemberian ASI dan makanan pendamping ASI - PMT anak - Penganekaragaman makanan - Perilaku pemberian makan dan stiulasi - Penanggulangan gizi buruk akut - Manajemen dan pencegahan penyakit - Intervensi gizi dalam kedaruratan Program Gizi Sensitif dan Pendekatannya - Pertanian dan Ketahanan Pangan - Jaminan Sosial Nasional - Perkembangan anak usia dini - Kesehatan mental ibu - Pemberdayaan perempuan - Perlindungan anak - Pendidikan dalam kelas - Sanitasi dan air bersih - Pelayanan kesehatan dan Keluarga Berencana Membangun Lingkungan “PemungkinEnabling” - Evaluasi tepat - Strategi advokasi - Koordinasi vertikal dan horizontal - Akuntabilitas, regulasi insentif, peraturan perundangan - Program kepemimpinan - Investasi kapasitas - Mobilisasi sumberdaya lokal Gizi dan Perkembangan Optimal Janin dan Anak Pemberian makanan, pola asuh, stimulasi tumbuh kembang Pemberian ASI, makanan beragam, bergizi seimbang, aman Beban rendah penyakit infeksi Ketahanan pangan, ketersediaan pangan, akses ekonomi, dan pemanfaatan pangan Sumberdaya pengasuhan dan pemberian makanan pada tataran Ibu, Keluarga , Masyarakat Akses dan penggunaan pelayanan kesehatan, lingkungan sehat dan aman Pengetahuan dan bukti Pemerintahan dan politik Kepemimpinan, kapasitas dan sumber pendanaan Konteks sosial, ekonomi, politik, dan lingkungan nasional dan daerah Manfaat pada Siklus Kehidupan Kesakitankematian Perkembangan kognitif, Prestasi dan kapasitas Kualitas org dewasa Kapasitas kerja bayi dan anak motorik, sosio-emosional belajar Obesitas dan PTM Produktivitas 36 3. Pelibatan akademia, sektor swasta dan masyarakat madani di pusat dan daerah. 4. Peningkatan akuntabilitas serta tatakelola pemerintahan yang baik serta efektif. 5. Menyiapkan monitoring dan evaluasi yang terukur dan indikator keberhasilan yang sejalan dengan RPJMN Sedangkan Program Lintas 1: Percepatan Perbaikan Gizi Masyarakat dijabarkan ke dalam Tabel 3.2 di bawah ini. Tabel 3.2. Program Percepatan Perbaikan Gizi Masyarakat Program Kegiatan Kementerian Kesehatan PROGRAM BINA GIZI DAN KESEHATAN IBU DAN ANAK Pembinaan Gizi Masyarakat Badan POM PROGRAM PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN 1. Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya 2. Penilaian Pangan Olahan 3. Surveilans dan Penyuluhan Keamanan Pangan Kementerian Pertanian PROGRAM PENINGKATAN DIVERSIFIKASI DAN KETAHANAN PANGAN MASYARAKAT 1. Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan 2. Pengembangan penganekaragaman konsumsi pangan dan peningkatan keamanan pangan segar Kementerian PU dan Perumahan Rakyat 37 PROGRAM PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN 1. Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, Pengembangan, Sumber Pembiayaan dan Pola Investasi, serta Pengelolaan Pengembangan Infrastruktur Sanitasi dan Persampahan 2. Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan Pengembangan Sumber Pembiayaan dan Pola Investasi dan Penyelenggaraan Serta Pengembangan Serta Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum Kementerian Perikanan dan Kelautan PROGRAM PENINGKATAN DAYA SAING USAHA DAN PRODUK KELAUTAN DAN PERIKANAN 1. Peningkatan Daya Saing Usaha dan Produk Kelautan dan Perikanan PROGRAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA LAUT, PESISIR DAN PULAU- PULAU KECIL 1. Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pengembangan Usaha Program Kegiatan Kementerian Komunikasi dan Informasi PROGRAM PENGEMBANGAN INFORMASI DAN KOMUNIKASI PUBLIK 1. Pengelolaan dan Penyediaan Informasi 2. Pembinaan dan Pengembangan Kemitraan Lembaga Komunikasi BBKBN PROGRAM KEPENDUDUKAN, KELUARGA BERENCANA DAN PEMBANGUNAN KELUARGA 1. Pembinaan Keluarga Balita dan Anak 2. Pengelolaan program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga Provinsi 38 Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak PROGRAM PERLINDUNGAN ANAK 1. Pemenuhan Hak Kesehatan anak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan PROGRAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NON FORMAL DAN INFORMAL 1. Penyediaan Layanan Pendidikan Anak Usia Dini 2. Penyediaan Layanan Pendidikan Masyarakat Kementerian Agama PROGRAM BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM 1. Pengeloalaan Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PEMERINTAHAN DESA 1. Fasilitasi Pemberdayaan Adat dan Sosial Budaya Masyarakat 39 BAB IV. KEBIJAKAN PANGAN DAN GIZI PROVINSI JAWA TIMUR 4.1 Kondisi Umum Undang-undang No.7 Tahun 1996 yang telah direvisi melalui Undang- undang No.18 Tahun 2012, menyatakan bahwa Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai komponen dasar untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Negara berkewajiban mewujudkan ketersediaan, keterjangkauan, dan pemenuhan konsumsi Pangan yang cukup, aman, bermutu, dan bergizi seimbang, baik pada tingkat nasional maupun daerah hingga perseorangan secara merata di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sepanjang waktu dengan memanfaatkan sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal. Pemenuhan hak atas pangan dicerminkan pada definisi ketahanan pangan yaitu : “kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.”. Definisi ketahanan pangan secara luas, diartikan bahwa : 1 terpenuhinya pangan dengan kondisi ketersediaan yang cukup, yang diartikan dengan ketersediaan pangan dalam arti luas, mencakup pangan yang berasal dari tanaman, ternak, dan ikan untuk memenuhi kebutuhan atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral serta turunannya, yang bermanfaat bagi pertumbuhan kesehatan manusia, 2 terpenuhinya pangan dengan kondisi yang aman, diartikan bebas dari cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia, serta aman dari kaidah agama, 3 terpenuhinya pangan dengan kondisi yang merata, yang diartikan bahwa pangan harus tersedia setiap saat dan merata di seluruh tanah air, 4 terpenuhinya pangan dengan kondisi terjangkau, yang diartikan pangan mudah diperoleh rumah tangga dengan harga yang terjangkau Upaya- upaya untuk menjamin kecukupan pangan dan gizi serta kesempatan 40 pendidikan tersebut akan mendukung komitmen pencapaian Millenium Development Goals MDGs, terutama pada sasaran-sasaran: 1 menanggulangi kemiskinan dan kelaparan; 2 mencapai pendidikan dasar untuk semua; 3 menurunkan angka kematian anak; dan 4 meningkatkan kesehatan ibu pada tahun 2015. Komitmen global lain sebagai landasan pembangunan pangan dan gizi adalah: The global Strategy for Health for All 1981, The World Summit for Children 1990, The Forty-eight World Health Assembly 1995, World Food Summit 1996 dan Health for All in the Twenty-first Century 1998. Sejalan dengan sistem otonomi, pemerintah propinsi, pemerintah kabupaten kota dan atau pemerintah desa sesuai kewenangannya, menjadi pelaksana fungsi-fungsi inisiator, fasilitator dan regulator atas penyelenggaraan ketahanan pangan di wilayahnya masing-masing. Selanjutnya, penyelenggaraan ketahanan pangan di daerah mengacu pada arah kebijakan, strategi, dan sasaran ketahanan pangan nasional serta pedoman, norma, standart dan kriteria yang telah ditetapkan pemerintah pusat serta mengacu pada Rencana Pembangunan di Jawa Timur. Pembangunan ketahanan pangan di wilayah Jawa Timur harus dipandang sebagai bagian tidak terlepaskan dari wawasan ketahanan pangan nasional. Keberhasilan Ketahanan Pangan di Jawa Timur sebagai wilayah yang surplus pangan telah menjadi tolok ukur keberhasilan ketahanan Pangan nasional. Oleh karena itu pemerintah Jawa Timur harus terus berupaya memacu pembangunan ketahanan pangan melalui program–proram yang benar-benar mampu memperkokoh ketahanan pangan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ketahanan pangan yang berdimensi pembangunan Jawa Timur secara menyeluruh akan dapat terlaksana dengan efektif manakala memiliki arah yang jelas dan terukur kinerjanya. Program-program dalam rangka pembangunan ketahanan pangan harus terpadu integrated, terukur keberhasilannya measureable dan berkesinambungan sustainability. Dengan demikian setiap pelaksanaan program-program pembangunan dalam rangka ketahanan pangan dapat diarahkan dengan benar, dapat dipantau perkembangannya dan selanjutnya dapat dievaluasi keberhasilannya. 41 4.2. Peranan RAD-PG dalam Percepatan Perbaikan Gizi Legislasi dasar pelaksanaan RANRAD-PG Pelaksanaan RANRAD–PG memiliki payung hukum yang kuat karena terdapat 3 UU yaitu : • UU No. 18 Tahun 2013 tentang Pangan; • UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan; dan • UU No. 17 Tahun 2007 tentang RPJP 2005 – 2025 Disamping ketiga peraturan perundang-undangan di atas, program ini juga didukung oleh empat peraturan lainnya yaitu : • Perpres No. 5 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015 - 2019 • Perpres No. 42 tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi • Perpres No. 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010 – 2014; • Inpres No. 3 Tahun 2010, dan Oleh karena itu maka pelaksanaan RANRAD–PG merupakan hal penting sebagai amanat Peraturan Perundang-undangan tersebut. Legislasi pendukung pelaksanaan RANRAD-PG Peraturan pendukung pelaksanaan Rencana Aksi Nasional dan Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi juga didukung oleh: • Permen PPN Kepala Bappenas No. 4 Tahun 2013 tentang Pelimpahan Urusan Pemerintahan Kementerian PPN Bappenas kepada Gubernur sebagai Wakil Pemerintah dalam rangka Penyelenggaraan Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2014 • Keberadaan Dana Desa sebagai amanat UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa. Merupakan kesempatan baik bagi percepatan perbaikan gizi khususnya melalui pemenuhan kebutuhan dasar di bidang pangan, gizi dan kesehatan 42 Kedudukan RANRAD-PG dalam perencanaan pembangunan nasional dinyatakan dalam Gambar 4.1 di bawah ini. Gambar 4.1. Kedudukan RANRAD-PG dalam perencanaan pembangunan nasional Sumber Data : Riskesdas 2013 Adapun alur pikir RANRAD-PG dalam percepatan perbaikan gizi dijabarkan melalui Gambar 4.2 di bawah ini. T U JU A N P E M B A N G U N A N M IL E N IU M M D G s RPJPN RPJMN RENSTRA KL VISI dan MISI PRESIDEN RKP DAERAH RKP INPRES No. 1 dan 3 TAHUN 2010 RENSTRA DAERAH APBD PELAKSANAAN PROGRAM APBN RAD-PG RPJMD RAN-PG 43 Gambar 4.2. Alur pikir RANRAD-PG dalam percepatan perbaikan gizi Sumber Data : Riskesdas 2013 4.3. Konsep Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi Jawa Timur 2011-2015 Seperti banyak diketahui, baik secara nasional maupun global, ketersediaan pangan yang melimpah melebihi kebutuhan pangan penduduk tidak menjamin bahwa seluruh penduduk terbebas dari kelaparan dan gizi kurang. Konsep ketahanan pangan dan gizi yang luas bertolak pada tujuan akhir 44 dari ketahanan pangan yaitu tingkat kesejahteraan manusia. Oleh karena itu, sasaran pertama Millenium Development Goals MGDs bukanlah tercapainya produksi atau penyediaan pangan, tetapi menurunkan kemiskinan dan kelaparan sebagai indikator kesejahteraan masyarakat. MDGs menggunakan pendekatan dampak bukan masukan. United Nation Development Programme UNDP sebagai lembaga PBB yang berkompeten memantau pelaksanaan MDGs telah menetapkan dua ukuran kelaparan, yaitu jumlah konsumsi energi kalori rata-rata anggota rumah tangga di bawah kebutuhan hidup sehat dan proporsi anak balita yang menderita gizi kurang. Ukuran tersebut menunjukkan bahwa MDGs lebih menekankan dampak daripada masukan. Oleh karena itu, analisis situasi ketahanan pangan harus dimulai dari evaluasi status gizi masyarakat diikuti dengan tingkat konsumsi, persediaan dan produksi pangan; bukan sebaliknya. Status gizi masyarakat yang baik ditunjukkan oleh keadaan tidak adanya masyarakat yang menderita kelaparan dan gizi kurang. Keadaan ini secara tidak langsung menggambarkan akses pangan dan pelayanan sosial yang merata dan cukup baik. Berdasarkan konsep tersebut di atas, maka dalam penyusunan RAD-PG Jawa Timur 2011-2015 mengacu pada pada keluaran Akses Universal Pangan dan Gizi pada tahun 2015, yakni : Penurunan prevalensi gizi kurang anak balita dan Penurunan Prevalensi pendek anak balita, dan pencapaian konsumsi pangan dengan asupan kalori 2000 Kkalkapitahari. Pencapaian harus dilakukan secara bertahap dan indikator keluaran yang terukur, yakni: 1. Meningkatnya cakupan ASI ekslusif, DS jumlah anak yang ditimbang terhadap jumlah seluruh anak di wilayah penimbangan tersebut, KN kunjungan neonatal, dan K4 Kunjungan ke-4 2. Meningkatnya tingkat keragaman konsumsi dan skor Pola Pangan Harapan PPH 3. Meningkatnya cakupan jajanan anak sekolah yang memenuhi syarat dan Pangan industri rumah tangga PIRT tersertifikasi 4. Meningkatnya jumlah rumah tangga yang melakukan perilaku hidup sehat dan bersih PHBS 45 5. Meningkatnya jumlah kabkota yang mempunyai SKPD bidang pangan dan gizi 6. Meningkatnya peraturan perundangan pangan dan gizi 7. Meningkatnya tenaga D3 gizi puskesmas dan PPL kecamatan Pencapaian keluaran ini harus dilakukan melalui serangkaian kegiatan yang dimulai dengan identifikasi tantangan yang dihadapi. Tantangan yang perlu diidentifikasi menyangkut : 1. Sosial dan Budaya : disparitas kemiskinan, disparitas pendidikan, persepsi hak asasi manusia, pemberdayaan keluarga dan kesetaraaan gender, persepsi kesehatan reproduksi, tabu makanan, kepercayaan dan perilaku yang bertentangan dengan kesehatan 2. Sistem pangan dan gizi : sumberdaya manusia, infrastruktur, pembiayaan, implementasi standar pelayanan minimal, ketahanan pangan terkait dengan climate cange, kewaspadaan 3. pangan dan gizi terkait dengan kemiskinan, pengawasan mutu dan keamanan pangan, koordinasi dan kemitraan, pennelitian pangan dan gizi termasuk kurang zat gizi mikro Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi Jawa Timur 2011-2015RAD-PG 2011-2015 perlu diimplementasikan dengan sistematis sesuai dengan tantangan yang dihadapi dan kegiatan yang terstuktur secara integratif dalam 5 pilar rencana aksi, yang terdiri atas : 1. Perbaikan gizi masyarakat terutama pada ibu pra hamil, ibu hamil dan anak 2. Peningkatan aksesibilitas pangan yang beragam 3. Peningkatan pengawasan Mutu dan keamanan pangan 4. Peningkatan perilaku hidup sehat dan bersih PHBS 5. Penguatan kelembagaan pangan dan Gizi. Gambar 4.3 menjelaskan tentang kerangka Konsep Implementasi Rencana Aksi Daerah Pangan Dan Gizi Jawa Timur 2011-2015. 46 Gambar 4.3. Kerangka Konsep Implementasi Rencana Aksi Daerah Pangan Dan Gizi Jawa Timur 2011-2015 Sumber : RAD-PG Jatim 4.4 Kondisi Gizi masyarakat Jawa Timur Tolok ukur yang dapat mencerminkan status gizi masyarakat adalah status gizi pada anak balita yang diukur dengan berat badan dan tinggi badan menurut umur dan dibandingkan dengan standar baku rujukan WHO 2005. 47 Posisi Jawa Timur dalam status gizi berdasarkan berat badan cukup baik dibandingkan dengan Propinsi lain yang ada di Indonesia Gambar 4.4 . Gambar 4.4 Status Gizi Balita berdasarkan berat Badan Menurut Provinsi Sumber : Riskesdas, 2010 dan Dinas Kesehatan Jawa Timur, 2011 Jika dibandingkan dengan target MDGs yang harus dicapai pada tahun 2015 yakni gizi buruk dan kurang sebesar 15.5 , maka Jawa Timur dalam “posisi aman”, karena jauh melampai target MDGs. Gambar 4.5. Gambar 4.5. Status Gizi Balita berdasarkan berat Badan Jawa Timur, 2010 Sumber : Dinas Kesehatan Jawa Timur, 2011 48 Gizi buruk yang terjadi di jawa Timur sebesar 2.5 dan gizi kurang sebesar 9.3 . Namun penurunan gizi buruk dan kurang masih terus harus diturunkan mengingat Jawa Timur populasi penduduknya sangat besar. Status Gizi Balita berdasarkan tinggi badan dan BBTU disajikan dalam Gambar 4.6 dan 4.7. Status gizi balita berdasarkan tinggi dan berat badan. Di samping Target MDGs menekankan pada stus Gizi balita berdasarkan berat badan, juga berdasarkan tinggi badan. Target MDGs pada tahun 2015 diharapkan balita dengan staus sangat pendek dan pendek maksimal 32 . Gambar 4.6 dan 4.7. Status gizi balita berdasarkan tinggi badan dan berat badan Sumber:Riskesdas, 2011 49 Jumlah Balita sangat pendek dan pendek di Jawa Timur sebesar 36 , sehingga dalam masih di atas target MDGs tahun 2015 sebesar 32 . Oleh karena itu diperlukan usaha penurunan sebesar 1 setiap tahunnya. Aksesibilitas pangan Jawa Timur merupakan daerah sentra pangan di Indonesia, bahkan secara umum merupakan propinsi yang terbesar kontribusinya dalam penyediaan pangan nasional. Oleh karena itu pembangunan dalam peningkatan produksi pangan di Jawa timur sekaligus merupakan suatu penyediaan pangan secara nasional. Gambaran Peranan Jawa Timur dalam penyediaan pangan disajikan dalam Gambar 4.8. Gambar 4.8. Peranan Jawa Timur Dalam Penyediaan pangan Nasional Sumber : Badan Ketahanan Pangan diolah Dari Gambar 4.8 dapat kita ketahui bahwa Provinsi Jawa Timur memasok hampir 45 gula nasional, diikuti dengan kedelai dan jagung. Rencana Aksi Percepatan Target Pembangunan Pangan Dan Gizi Rencana aksi percepatan target pembangunan pangan dan gizi dijabarkan dalam strategi dan kebijakan yang akan dijalankan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur. 50 Strategi 1. Perbaikan gizi masyarakat. Peningkatkan ketersediaan dan jangkauan pelayanan kesehatan berkelanjutan yang difokuskan pada intervensi gizi efektif pada ibu pra-hamil, ibu hamil, bayi, dan anak baduta. 2. Peningkatan aksesibilitas pangan yang beragam. Peningkatkan ketersediaan dan aksesibilitas pangan yang difokuskan pada keluarga rawan pangan dan miskin. 3. Peningkatan pengawasan mutu dan keamanan pangan. Peningkatkan pengawasan keamanan pangan yang difokuskan pada makanan jajanan yang memenuhi syarat dan produk industri rumah tangga PIRT tersertifikasi. 4. Peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat PHBS. Peningkatkan pemberdayaan masyarakat dan peran pimpinan formal serta non formal terutama dalam perubahan perilaku atau budaya konsumsi pangan yang difokuskan pada penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal, perilaku hidup bersih dan sehat, serta merevitalisasi posyandu. 5. Penguatan kelembagaan pangan dan gizi. Penguatan kelembagaan pangan dan gizi di tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten dan kota yang mempunyai kewenangan merumuskan kebijakan dan program bidang pangan dan gizi, termasuk sumber daya serta penelitian dan pengembangan. Kebijakan Kebijakan yang akan ditempuh ada lima yaitu: 1. Perbaikan gizi masyarakat. Arah kebijakannya adalah: a Peningkatan pembinaan gizi masyarakat dan b Peningkatan layanan kesehatan bagi para ibu pra-hamil, ibu hamil, dan anak balita 2. Peningkatan aksesibilitas pangan yang beragam. Arah kebijakannya adalah: 51 a Pengembangan ketersediaan pangan melalui peningkatan produksi dan mutu tanaman serealia, aneka kacang dan umbi, tanaman buah, perkebunan, peternakan dan perikanan. b Pengembagnan sistemm distribusi dan stabilitas harga pangan c Pengembangan penganekaragaman konsumsi pangan dan peningkatan keamanan pangan segar. 3. Peningkatan pengawasan mutu dan keamanan pangan Arah kebijakannya adalah: a pengawasan obat dan makanan b pengawasan produk dan bahan berbahaya c inspeksi dan sertifikasi makanan d peningkatan jumlah dan kompetensi tenaga penyuluh keamanan pangan PKP dan penagwas pangan e bimbingan teknis pada industri rumah tangga pangan IRTP f bimbingan keknis dan monitoring pada kantin sekolah 4. Peningkatan Perilaku Hidup Sehat Dan Bersih PHBS Arah kebijakan adalah menciptakan kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku hidup bersih dan sehat, melalui pendekatan pimpinan, bina suasana dan pemberdayaan masyarakat. Dalam pelaksanaannya dilakukan melalui : a pembinaan PHBS pangan dan Gizi, dan b pengembangan kebijakan sehat bidang pangan dan gizi 5. Penguatan kelembagaan pangan dan gizi. Arah kebijakan adalah: a penguatan kelembagaan Dewan Ketahanan Pangan pada level kabupatenkota b penguatan koordinasi antar institusi di tingka provinsi, koordinasi antar insitusi tingkat provinsi dengan tingkat kabupaten c peningkatan tenaga professional di tingkat pemerintahan paling bawah yakni tingkat kecamatan dan desa 52 d peningkatan kelembagaan masyarakat tingkat desa e perbaikan sistem pendataan pangan dan gizi, dan f penguatan lembaga system kewaspadaan pangan dan gizi di tingkat kabupatenkota sampai tingkat desa. Target sasaran RAD-PG Jawa Timur disajikan dalam Tabel 4.1, 4.2, dan 4.3 sebagai berikut. Tabel 4.1. Sasaran Penurunan Kerawanan Pangan dan Peningkatan Gizi Masyarakat Indikator 2011 2012 2013 2014 2015 Kerawanan Pangan 14,19 13,06 11,92 10,78 9,64 Balita Gizi Buruk 2,4 2,3 2,2 2,1 2,0 Balita Gizi Kurang 9,0 8,8 8,6 8,4 8,2 Penuruan Balita Sangat Pendek dan Pendek 35,5 35,0 34,0 33,0 32 Sumber: BPPD Prov. Jatim Tabel 4.2. Sasaran Ketersediaan dan Konsumsi Pangan di Jawa Timur Tahun Target Beras Jagung Kedelai Kacang tanah Kacang hijau Ubi Kayu Ubi Jalar Daging Telur Susu Ikan 2011 Produksi 7574130 5671372 433928 293934 123405 5137899 231502 329364 337145 545714 888159 Konsumsi 3395284 223315 43392 52448 16390 803115 92604 210613 306495 100799 807417 Surplus 4178846 5448057 390536 241486 107015 4334784 138898 118751 30650 444915 80742 2012 Produksi 7725612 5784800 441530 323386 135745 5651589 254652 336924 374144 559982 989085 Konsumsi 3504978 199907 441530 52868 16728 874592 100366 232950 340131 112344 899168 Surplus 4220634 5584893 270460 119017 4776997 154286 103974 34013 447638 89917 2013 Produksi 7880125 5900496 449225 355660 149320 6216858 280117 344670 411714 574639 1091567 Konsumsi 3567989 176110 449225 53291 17070 947162 108247 255629 374285 124068 992334 Surplus 4312136 5724386 302369 132250 5269696 171870 89041 37429 450571 99233 2014 Produksi 8037727 6018506 457016 391226 164252 6838543 308129 352609 449860 589687 1195627 Konsumsi 3553518 151919 457016 53717 17416 1020836 116247 278658 408964 135972 1086934 Surplus 4484209 5866587 337509 146836 5817707 191882 73951 40896 453715 108693 2015 Produksi 8190725 6133068 464807 422089 177210 7378023 332437 360262 487145 604150 1297331 Konsumsi 3639871 223315 464807 54139 17756 1092860 124069 301166 442859 147607 1179393 Surplus 4550854 5909753 367951 159454 6285163 208368 59096 44286 456543 117939 Sumber: BPPD Prov. Jatim 53 Tabel 4.3. Sasaran Pola Pangan Harapan PPH No Tahun 2011 2012 2013 2014 2015 A Skor PPH Skor PPH 88,1 89,8 91,6 93,3 95 B Kelompok Pangan Satuan gramkapitahari 1 Padi-padian 294,6 298,7 284,8 279,9 275,0 Beras 250,71 247,79 244,86 241,93 239,00 Jagung 15.57 13.83 12.09 10.43 8.60 Terigu 28.36 28.14 27.93 27.71 27.50 2 Umbi-umbian 68.17 73.63 79.09 84.54 90.00 Singkong 56 60.5 65.00 69.50 74.00 Ubi jalar 6.46 6.94 7.43 7.91 8.40 Kentang 5 5.4 5.8 6.20 6.60 Umbi lainnya 0.76 0.84 0.93 1.01 1.10 3 Pangan hewani 99.26 109.44 119.63 129.81 140.0 Daging ruminansia 5.77 6.23 6.69 7.14 7.60 Daging unggas 8.91 9.89 10.86 11.83 12.80 Telur 21.37 23.53 25.69 27.84 30.00 Susu 7.03 7.77 8.51 9.26 10.00 Ikan 56.3 62.2 68.10 74.00 79.90 4 Minyak dan Lemak 20.14 19.66 19.17 18.69 25.00 Minyak kelapa 2.77 2.83 2.89 2.94 3.00 Minyak sawit 19.94 20.36 20.77 21.19 21.60 Minyak lainnya 0.34 0.36 0.37 0.39 0.40 5 BuahBiji berminyak 8.14 9.44 9.63 9.81 10.00 Kelapa 7.69 7.81 7.94 8.07 8.2 Kemiri 1.44 1.46 1.47 1.49 1.5 6 Kacang-kacangan 31.57 31.23 30.89 30.54 35.00 Kedele 30.26 30.54 30.83 31.11 31.40 Kacang tanah 3.66 3.66 3.66 3.66 2.00 Kacang hijau 1.14 1.16 1.17 1.19 1.20 Kacang lainnya 0.3 0.30 0.30 0.30 0.30 7 Gula 28.51 28.89 29.26 29.63 30.00 54 Gula pasir 27.51 27.79 28.06 28.33 28.60 Gula merah 0.7 0.70 0.70 0.70 0.70 8 Sayuran dan buah 234.34 233.26 232.17 231.09 230.0 Sayur 160.09 160.01 159.94 159.87 159.80 Buah 74.26 73.24 72.23 71.21 70.20 9 Lain-Lain 41.17 34.63 28.09 21.54 15.00 Minuman 32.76 27.44 22.13 16.81 11.50 Bumbu-bumbuan 7.13 5.47 3.81 2.16 0.50 Sumber: BPPD Prov. Jatim Prioritas Lokasi Sasaran Dalam rangka efektifitas dan efisiensi rencana aksi pangan dan gizi di Jawa Timur, maka diperlukan pula adanya prioritas lokasi sasaran. Penentuan prioritas didasarkan pada beberapa indikator yang disesuaikan dengan pilar rencana aksi. Tabel 4.4. Indikator Penentuan Prioritas Lokasi Sasaran Rencana Aksi Indikator Prioritas penanganan Penanangan gizi buruk Balita gizi buruk I. 7.6 II. 5.1-7.5 III. 2.6-5 IV. 1-2.5 Penanganan Gizi kurang Balita Gizi kurang I. 17.6 II. 12.6-17.5 III. 7.6-12.5 IV. 7. 5 Penganeragaman konsumsi pangan Angka Kecukupan Energi dalam Kkalkapitahari dan Angka kecukupan Protein dalam grkapitahari tidak tersedia data Skor PPH I. AKE 2000 atau AKP 52 II. AKE 2000 dan AKP 52 Peningkatan perilaku hidup sehat dan bersih PHBS. Rumah tangga PHBS I. 30 II. 31-35 III. 36-40 IV. 41 Daerah Kerawanan pangan Skore Komposit FSVA I. 1-30 II. 31-60 III. 61-100 IV. 101-181 V. 82-262 55 VI. 263 Penanganan Kekurangan Energi Kronis KEK wanita usia subur wanita 15-45 KEK I. 17.6 II. 12.6-17.5 III. 7.6-12.5 IV. 7. 5 Kemanan pangan Industri rumah tangga yang menggunakan bahan tambahan berbahaya Dianggap sama antar daerah Peningkatan produksi pangan Kabupataenkota I. Kabupaten II. Kota Sumber: BPPD Prov. Jatim Berdasarkan indikator tersebut, maka prioritas lokasi sasaran rencana aksi pangan dan Gizi di Jawa Timur disajikan dalam Tabel 4.5. Tabel 4.5. Prioritas Lokasi Sasaran RAD-PG Jawa Timur No Kabupaten Kota Gizi buruk Gizi kurang Pengane ragaman konsumsi PHBS Daerah rawan pangan KEK wanita usia subur Kemanan pangan produksi pangan 1 Kab. Pacitan 4 3 2 1 6 2 2 1 2 Kab. Ponorogo 3 3 2 1 6 1 2 1 3 Kab. Trenggalek 4 3 2 1 6 3 2 1 4 Kab. Tulungagung 3 4 1 2 6 3 2 1 5 Kab. Blitar 4 3 1 2 6 2 2 1 6 Kab. Kediri 3 3 1 2 6 2 2 1 7 Kab. Malang 3 3 2 3 6 2 2 1 8 Kab. Lumajang 3 2 2 1 5 2 2 1 9 Kab. Jember 1 1 2 1 4 3 2 1 10 Kab. Banyuwangi 3 2 2 3 5 1 2 1 11 Kab. Bondowoso 3 2 2 2 4 1 2 1 12 Kab. Situbondo 3 2 2 3 4 1 2 1 13 Kab. Probolinggo 1 2 2 1 3 3 2 1 14 Kab. Pasuruan 1 3 2 2 5 2 2 1 15 Kab. Sidoarjo 3 3 2 3 6 1 2 1 16 Kab. Mojokerto 2 4 2 1 6 3 2 1 17 Kab. Jombang 2 2 2 3 6 3 2 1 18 Kab. Nganjuk 3 3 2 3 6 3 2 1 19 Kab. Madiun 3 3 1 4 6 2 2 1 20 Kab. Magetan 3 4 2 4 6 2 2 1 21 Kab. Ngawi 4 3 2 2 6 2 2 1 22 Kab. Bojonegoro 3 3 2 1 5 2 2 1 23 Kab. Tuban 3 1 2 2 5 2 2 1 24 Kab. Lamongan 2 3 2 2 5 1 2 1 25 Kab. Gresik 3 2 2 3 6 1 2 1 26 Kab. Bangkalan 2 1 2 2 3 1 2 1 27 Kab. Sampang 1 2 2 1 1 3 2 1 28 Kab. Pamekasan 1 1 2 1 3 2 2 1 29 Kab. Sumenep 1 1 1 1 2 1 2 1 30 Kota Kediri 4 3 2 3 na 3 2 2 31 Kota Blitar 3 3 1 3 na 1 2 2 32 Kota Malang 3 3 1 4 na 1 2 2 56 33 Kota Probolinggo 2 3 2 2 na 2 2 2 34 Kota Pasuruan 2 2 1 3 na 3 2 2 35 Kota Mojokerto 4 3 2 4 na 2 2 2 36 Kota Madiun 4 4 2 3 na 3 2 2 37 Kota Surabaya 4 2 1 2 na 1 2 2 38 Kota Batu 4 3 2 4 na 3 2 2 Sumber: BPPD Prov. Jatim Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi 2011-2015 di Jawa Timur RAD- PG 2011-2015 berdasarkan kegiatan dan institusi pelaksana kegiatan yang terstuktur secara integratif diwujudkan dalam 5 pilar rencana aksi, yang terdiri atas : 1. Perbaikan gizi masyarakat terutama pada ibu pra hamil, ibu hamil dan anak 2. Peningkatan aksesibilitas pangan yang beragam 3. Peningkatan pengawasan Mutu dan keamanan pangan 4. Peningkatan perilaku hidup sehat dan bersih PHBS 5. Penguatan kelembagaan pangan dan Gizi. 57 BAB V. METODE PENELITIAN 5.1 Desain, Lokasi, dan Waktu Kegiatan Penelitian ini menggunakan pendekatan dekriptif kualitatif yang menekankan pada analisis data primer dan sekunder guna menghasilkan informasi penting yang dibutuhkan. Penelitian dilakukan di Kabupaten Jember mulai bulan Februari hingga Mei 2015. 5.2 Tahapan Kegiatan Kegiatan dalam rangka penyusunan Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi RAD-PG Kabupaen Jember adalah sebagai berikut: 1. Kegiatan Persiapan Kegiatan ini dilakukan dalam rangka mempersiapkan disain dan kegiatan kajian yang akan dilakukan, meliputi pembahasan dan penyusunan kerangka pikir kajian, tahapan dan model kegiatan, waktu pelaksanaan dan hasil yang akan dicapai dalam kajian. Dalam kegiatan tersebut juga dilakukan persiapan administrasi, rencana penggunaan tenaga atau sumber daya manusia dan pembuatan instrumen kajian. 2. Kegiatan Pelaksanaan Kegiatan pelaksanaan yang akan dilakukan adalah melakukan pengumpulan data kajian, baik data primer maupun data sekunder untuk kebutuhan analisis dan pembuatan laporan. Data primer diperoleh dari hasil observasi dan wawancara dengan responden dan narasumber ahli yang berasal dari instansi yang terkait dengan topik kajian di wilayah Kabupaten Jember, seperti dinas terkait, dan praktisi pertanian. Pada kegiatan tersebut dilakukan juga pengumpulan data sekunder untuk memperkuat landasan teoritis dan data penunjang yang berkaitan dengan materi kajian desk research. 3. Kegiatan Analisis Data dan Evaluasi 58 Kegiatan ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi dari data-data yang telah diperoleh selama tahap pelaksanaan kajian. Tahapan pelaksanaan kajian dan metode analisis yang digunakan ditunjukkan pada Gambar 5.1. Gambar 5.1. Tahapan Kajian dan Metode Analisisnya Analisis Kondisi Umum Pencapaian Pangan Dan Gizi di Kabupaten Jember Metode Deskriptifi Analisis Wilayah Rawan Pangani di Kabupaten Jember Metode Deskriptif dan Skoring Strategi Pencapaian Pangan dan Gizi di Kabupaten Jember Metode Bayes, Expert Survey atau FGD Perumusan Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi Kabupaten Jember Metode Deskriptif, Expert Survey atau FGD Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi RAD-PG Kabupaten Jember Pengolahan data dilakukan berdasarkan metode analisis yang relevan, antara lain sebagai berikut: a. Untuk memperoleh gambaran situasi mengenai pangan dan gizi di Kabupaten Jember yang mencakup tentang produksi dan 59 ketersediaan pangan, distribusi dan akses pangan diberbagai wilayah kecamatan, pola konsusmsi pangan masyarakat, dan status gizinya dilakukan analisis menggunakan metode statistik deskriptif. Pengolahan data dilakukan dengan cara mengelompokan data, menyusun tabel atau grafik, serta menghitung nilai rata-ratanya. b. Identifikasi dan analisis wilayah rawan pangan di Kabupaten Jember dilakukan dengan menggunakan teknik analisis deskriptif menggunakan skoring merujuk pada indikator kerawanan pangan yang dipeoleh dari FIA Food Insecurity Atlas. c. Perumusan strategi pencapaian pangan dan gizi di Kabupaten Jember dilakukan dengan menggunakan metode bayes, expert survey , dan atau FGD. Strategi yang akan disusun bersifat integratif dan berkesinambungan didasarkan atas kerangka umum arah dan kebijakan pemerintah Kabupaten Jember maupun nasional sebagaimana tercantum dalam RPJMD Kabupaten Jember, tujuan dan sasaran pembangunan milenium MDGs, dan kebijakan operasional dalam perbaikan Indeks Pembangunan Manusia IPM Kabupaten Jember. d. Rumusan RAD-PG Kabupaten Jember disusun menggunakan metode deskriptif, expert survey, dan atau FGD. RAD-PG bersifat operasional dan merupakan derivasi dari strategi pencapaian pangan dan gizi yang telah diperoleh sebelumnya 4. Kegiatan Penyusunan Laporan Hasil analisis data dan bahasan kegiatan dituangkan dalam bentuk Laporan Akhir dan laporan akhir. Pada akhir kegiatan ini disusun pula laporan ringkas dalam bentuk Executive Summary yang merupakan intisari dari laporan akhir. 5.3 Metode Pengumpulan Data Kajian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari para pakar yang mempunyai keahlian dan pengetahuan luas 60 terkait dengan ketahanan pangan. Penggalian informasi dari para pakar dilakukan melalui wawancara pada saat dilangsungkan FGD atau expert survey. Wawancara dilakukan baik secara terstruktur dengan menggunakan alat bantu kuesioner dan secara tidak struktur dengan melakukan wawancara secara mendalam in-depth interview yang bertujuan untuk mengeksplorasi informasi sebanyak-banyaknya. Pakar yang digunakan sebagai responden mengikuti beberapa kriteria, antara lain 1 mempunyai reputasi, kedudukan dan kredibilitas sebagai ahli dibidangnya; 2 mempunyai pengalaman yang cukup dan bersedia untuk diwawancarai. Pakar yang diwawancarai mempunyai keahlian dibidang kesehatan, pertanian, pendidikan, dan sosial ekonomi yang terkait dengan ketahanan dan kerawanan pangan.. Narasumber ahli berasal dari institusi pemerintah, instusi pendidikanperguruan tinggi, dan praktisi. Data sekunder diperoleh dari studi pustaka dalam rangka memperoleh landasan teoritis dan data penunjang yang berkaitan dengan materi kajian desk research. Data diperoleh dengan cara penelusuran pada instansi terkait meliputi Dinas Pertanian, Badan Pusat Statistik BPS, Perusahaan Listrik Negara PLN, Perusahaan Daerah Air Minum PDAM, Dinas Kesehatan, Kantor Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Jember 5.4 Metode Analisis a Analisis Deskriptif Analisis deskriptif dilakukan dengan cara mengumpulkan, meringkas dan menyajikan data hasil penelitian sehingga dapat dianalisis untuk mengetahui karakterisitik dan kecenderungannya secara umum. Analisis ini dilakukan dengan cara mengeksplorasi karakteristik data seperti rata-rata mean, jumlah sum simpangan baku standard deviation, varians variance, rentang range, serta nilai minimum dan maksimum. Hasil analisis disajikan dalam bentuk angka-angka numerik, tabel atau grafis sehingga lebih mudah dipahami, bermakna, dan dapat memberikan informasi yang berguna. Analisis deskriptif dilakukan terhadap data-data penelitian untuk mendapatkan profil mengenai produksi dan ketersediaan pangan, distribusi dan 61 akses pangan, pola konsumsi, dan indikator wilayah rawan pangan di Kabupaten Jember. Jenis dan sumber data ditunjukkan oleh Tabel 5.1. Tabel 5.1. Jenis dan Sumber Data No Jenis Data Sumber Data 1. Data serial perkembangan produksi tanaman pangan per wilayah kecamatan padi, jagung, kedelai, ubi kayu, ubi jalar Dinas Pertanian Kab. Jember 2. Data serial perkembangan jumlah ternak sapi, kambing, ayam, telur dan ikan per wilayah kecamatan BPS, Dinas Peternakan dan Perikanan 3. Data serial ketersediaan pangan Energi, protein, lemak di Kabupaten Jember KantorBadan Ketahanan Pangan Kabupaten Jember 4. Data serial jumlah penduduk perwilayah kecamatan Kabupaten Jember BPS 5. Data serial tingkat konsumsi energi dan protein per kapita per hari Kabupaten Jember KantorBadan Ketahanan Pangan Kabupaten Jember 6. Perkembangan capaian Pola Pangan Harapan PPH Kabupaten Jember KantorBadan Ketahanan Pangan Kabupaten Jember 7. Program-program intervensi pemerintah Kabupaten Jember dalam stabilisasi harga gabah, beras, komoditi pangan lainnya dan operasi pasar beras volume dan frekuensi Bulog; Bappekab Jember 8. Wilayah rawan pangan di Kabupaten Jember KantorBadan Ketahanan Pangan Kabupaten Jember 9. Neraca Bahan Makanan Kabupaten jember KantorBadan Ketahanan Pangan Kabupaten Jember 10. Masalah-masalah keren tanan pangan banjir, fuso yang dihadapi di Kabupaten Jember KantorBadan Ketahanan Pangan Kabupaten Jember; Dinas Pertanian 11. Indikator Kerawanan Pangan: - Jumlah rumah tangga miskin - Jumlah rumah tangga yang memperoleh sambungan PLN - Angka Harapan Hidup - Prevalensi Balita gizi kurang menurut BBU - Jumlah anak yang tidak memperoleh imunisasi - Jumlah rumah tangga yang KantorBadan Ketahanan Pangan Kabupaten Jember; Dinas Kesehatan; BPS 62 mendapat air bersih - Jumlah dokter - Konsumsi pangan penduduk di masing-masing kecamatan - Kepadatan penduduk 12. Program yang berkaitan dengan Pangan dan Gizi Bappekab Jember; KantorBadan Ketahanan Pangan Kabupaten Jember b Teknik Skoring untuk Identifikasi Wilayah Rawan Pangan Indikator yang dipakai dalam penilaian kerawanan pangan terdiri dari tiga aspek, yaitu ketesediaan pangan, akses pangan, dan kesehatan dan gizi, sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 5.2. Tabel 5.2. Indikator dan Definisi Komponen Kerawanan Pangan Kategori Indikator Definisi Ketersediaan Pangan Konsumsi normatif per kapita terhadap ketersediaan bersih padi, jagung, kedelai, ubi kayu, dan ubi jalar Mengukur tingkat konsumsi dan kemampuan suatu daerah dalam menyediakan bahan pangan padi, jagung, kedelai, ubi kayu, dan ubi jalar. Akses Pangan - Persen Rumah Tangga miskin - Persen RT terhubung dengan fasilitas listrik - RT Pra-Sejahtera dan RT Sejahtera 1 karena alasan ekonomi dalam klasifikasi Kesejahteraan BKKBN - Persen RT yang memiliki akses fasilitarhadap listrik Kesehatan dan Gizi - Angka Harapan Hidup AHH - Prevalensi balita gizi kurang BBU - Rasio jumlah penduduk per dokter terhadap kepadatan penduduk - Populasi dengan akses ke air minum bersih - Persen anak yang tidak - Rata-rata jumlah tahun hidup yang diharapkan akan dicapai seorang anak pada saat lahir - Persentase anak di bawah umur 5 tahun dengan berat kurang dari tingkat sedang sampai tinggi kurang dari -2 SD berdasarkan standar NCHS per kecamatan - Total populasi dibagi total dokter di kecamatan dibagi dengan kepadatan penduduk - Pembagian jumlah RT yang mendapatkan air bersih dengan total RT per kecamatan - Persen anak yang berumur 12 63 diimunisasi - Tingkat konsumsi pangan sampai 13 bulan yang belum diimunisasi campakkecamatan - Rata-rata konsumsi pangan dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi AKG Data konsumsi diambil dari Pemantauan Konsumsi Gizi PKG Kabupaten Jember. Pemantauan Konsumsi Gizi PKG merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan dalam rangka ketahanan pangan untuk mengetahui besaran rawan pangan secara berkala setiap tiga tahun sekali. PKG menjadi sangat penting karena dapat digunakan sebagai acuan bagi pemerintah untuk mengetahui tingkat kebutuhan konsumsi pangan di wilayah kerja masing-masing. PKG dilakukan agar ketahanan pangan tingkat rumah tangga dapat diketahui. Hasil PKG dapat dipakai sebagai dasar perencanaan pembangunan pangan dan gizi di Kabupaten Jember. Data dianalisis secara deskriptif, selanjutnya diklsifikasikan ke dalam enam kategori kerawanan pangan berdasarkan indikator yang ada. Suatu rumah tangga dikatakan tahan pangan apabila Tingkat Konsumsi Energi di atas 70 persen TKE 70. Jika Tingkat Konsumsi Energi di bawah 70 persen TKE 70, maka rumah tangga tersebut dikatakan rawan pangan Depkes 2000. Indikator yang digunakan dalam analisis kerawanan pangan menyesuaikan dengan indikator FIA Food Insecurity Atlas yang digunakan WFP World Food Programme 2003 dalam analisis kerawanan pangan nasional. Dalam hal ini, untuk meningkatkan akurasinya, telah dilakukan penyesuaian pengukuran. Pada mulanya satuan berat dipakai sebagai indikator ketersediaan, kemudian diganti dengan satuan kalori berdasarkan kecukupan energi. Konsumsi normatif per kapita diukur dengan: 1. Komoditas yang dipertimbangkan padi, jagung, ubi kayu, kedelai dan ubi jalar yang diproduksi di daerah tersebut 2. Ketersediaan pangan dalam satuan kalori 3. Kebutuhan normatif dihitung dalam satuan 270 grkaphari atau 1100 kkalkapitahari. 64 Penilaian pada masing-masing indikator kerawanan pangan dapat dilihat dalam Tabel 5.3. Tabel 5.3. Penilaian pada masing-masing indikator kerawanan pangan Indikator Uraian 1. jumlah rumah tangga miskin Pengukuran A = jumlah Rumah Tangga Pra-Sejahtera B = jumlah Rumah Tangga Sejahtera I C = Total Rumah Tangga di masing-masing kecamatan Rumusan indikator 2 adalah: X2 = A+BC100 Penilaian: 2. 30 3. 25 – 30 4. 20 – 25 5. 25 – 20 6. 10 – 15 7. =10 Sangat Rawan Rawan Agak rawan Cukup tahan Tahan Sangat tahan 2. rumah tangga dengan akses listrik Pengukuran: Rumah Tangga yang menggunakan listrik, baik dari PLN maupun dengan cara lain seperti diesel, kincir air, dll → A Jumlah Rumah Tangga yang terdapat di wilayah tersebut → B Rumusan indikator 3 : X3 = AB100 Penilaian : 1. 75 8. 75 - 80 9. 80 - 85 10. 85 - 90 11. 90 - 95 12. =95 Sangat Rawan Rawan Agak rawan Cukup tahan Tahan Sangat tahan 3. Angka Harapan Hidup AHH Pengukuran: Rata-rata jumlah tahun hidup yang diharapkan akan dicapai Jumlah total anak berumur 1 tahun dibagi dengan jumlah total anak hidup saat dilahirkan Penilaian : 1. 55 2. 55 - 57 3. 57 - 59 4. 59 - 61 5. 61- 63 6. ≤63 Sangat Rawan Rawan Agak rawan Cukup tahan Tahan Sangat tahan 4. Balita Gizi kurang Pengukuran: Jumlah balita → A Jumlah balita gizi kurang → B 65 Rumusan indikator 4 : X4 = AB100 Penilaian : 1. 50 2. 45 – 50 3. 40 – 45 4. 35 – 40 5. 25 – 35 6. = 25 Sangat Rawan Rawan Agak rawan Cukup tahan Tahan Sangat tahan 5. Jumlah penduduk per dokter sesuai dengan kepadatan penduduk Pengukuran : Jumlah penduduk per dokter sesuai dengan kepadatan penduduk merupakan perhitungan dari total populasi dibagi total dokter di kecamatan menghasilkan jumlah penduduk pe dokter Hasilnya kemudian dibagi dengan kepadatan penduduk untuk memperoleh jumlah populasi terkoreksi yang dilayani per dokter. Semakin banyak penduduk yang dilayani seorang dokter di wilayah tertentu menunjukkan semakin rendah akses penduduk terhadap pemeliharaan kesehatan Rumusan indikator 5: X5 = ABC100 A = Jumlah penduduk jiwa B = jumlah dokter orang C = Kepadatan penduduk jiwakm2 Penilaian : 1. = 100 2. 80 - 100 3. 60 - 80 4. 40 - 60 5. 20 - 40 6. 20 Sangat Rawan Rawan Agak rawan Cukup tahan Tahan Sangat tahan 6. Rumah tangga akses ke air bersih Pengukuran : Jumlah rumah tangga yang menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari tahun 2014 A Jumlah rumah tangga menggunakan sumur gali, PAM, sumur pompa, hidrant umum, perpipaan air, mata air B Rumusan indikator 6 : X6 = BA100 Penilaian : 1. = 40 2. 40 – 50 3. 50 – 65 4. 65 – 80 5. 80 – 90 6. =90 Sangat Rawan Rawan Agak rawan Cukup tahan Tahan Sangat tahan 66 7. anak yang tidak diimunisasi Pengukuran : Persentase anak yang berumur 12 – 13 bulan yang diimunisasi A Jumlah anak yang terdapat di wilayah tersebut B Rumusan indikator 7 X7 = 1-BA100 Penilaian : 1. 20 2. 15 - 20 3. 10 - 15 4. 5 - 10 5. 2,5 - 5 6. 2,5 Sangat Rawan Rawan Agak rawan Cukup tahan Tahan Sangat tahan 8. Tingkat konsumsi pangan 70 Pengukuran: Klasifikasi tingkat konsumsi pangan yang dipergunakan adalah menurut Departemen Kesehatan 1996 Penilaian: 1. 50 2. 40 - 50 3. 30 - 40 4. 20 - 30 5. 10 - 20 6. 10 Sangat Rawan Rawan Agak rawan Cukup tahan Tahan Sangat tahan Hasil analisa seluruh indikator yang sangat mempengaruhi kerawanan pangan pada masing-masing kecamatan kemudian diurutkan menurut kategori dengan menggunakan metode rangking. Untuk mengetahui tingkat kerawanan dihitung berdasarkan tingkat kerawanan yang dibagi menjadi enam status kerawanan Dewan Ketahanan Pangan RI Program Pangan Dunia 2003 yang dapat dilihat pada Tabel 5.4. Tabel 5.4. Rangking tingkat kerawanan pangan Tingkat Kerawanan Total Skor Sangat Rawan Rawan Agak rawan Cukup tahan Tahan Sangat tahan 8 – 12 15 – 21 22 – 28 29 – 34 35 – 41 42 – 48 67 c Teknik Bayes untuk Perumusan Strategi Pangan dan Gizi Strategi pangan dan gizi merupakan wujud kebijakan strategis yang dapat diambil oleh pengambil kebijakan untuk menangani dan menanggulangi kerawanan pangan di Kabupaten Jember. Strategi yang nantinya dirumuskan bersifat integratif agar bersifat operasional dan berkesinambungan dengan program-program yang telah direncanakan oleh SKPD yang mempunyai keterkaitan baik langsung maupun secara tidak langsung dalam upaya peningkatan indikator-indikator kerawanan pangan. Karakteristik tersebut menimbulkan konsekuensi akan terdapat beragam alternatif strtategi yang dapat dipilih. Metode FGD dan atau expert survey yang dilakukan dengan wawancara, brainstorming atau melalui bantuan kuisioner berupaya menjaring bermacam alternatif strategi dari para pakar. Kemudian, strategi yang menjadi prioritas dipilih menggunakan metode Bayes berdasarkan kriteria. Beberapa kriteria yang diusulkan antara lain: a. Efektifitas pelaksanaan strategi b. Dampaknya terhadap strategi lainnya c. Kemudahan implementasi strategi d. Kesesuaian strategi dengan kebijakan lainnya e. Dampak eksternalitas strategi Metode Bayes merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk melakukan analisis dalam pengambilan keputusan terbaik dari sejumlah alternatif dengan tujuan menghasilkan perolehan yang optimal. Untuk menghasilkan strategi yang efektif perlu dipertimbangkan berbagai kriteria. Penilaian alternatif strategi pada masing-masing kriteria menggunakan skala hedonik, yaitu sangat kurang bagus 1 sampai sangat bagus 5. Prosedur metode bayes adalah sebagai berikut: 1. Menyusun alternatif-alternatif strategi yang akan dipilih 2. Menentukan kriteria-kriteria yang penting untuk dievaluasi 3. Menentukan tingkat kepentingan setiap kriteria 68 4. Melakukan penilaian terhadap semua alternatif skor 5. Menghitung total skor untuk setiap alternatif strategi 6. Menentukan urutan prioritas strategi berdasarkan skor atau total nilai setiap alternatif. Persamaan matematis metode Bayes adalah sebagai berikut: dimana; TN i = total nilai akhir dari alternatif ke-i Nilai ij = nilai dari alternatif ke-i pada kriteria ke-j Krit j = tingkat kepentingan bobot kriteria ke-j i = 1,2,3,….,n n = jumlah alternatif j = 1,2,3,….,m m = jumlah kriteria Sementara itu, tingkat kepentingan bobot kriteria yang digunakan dalam analisis Bayes ditentukan menggunakan teknik pairwise comparison dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1 Penyusunan matriks perbandingan antar kriteria. 2 Melakukan perbandingan berpasangan antar kriteria menggunakan skala Saaty, yaitu mulai dari 1 hingga 9. Definisi skala perbandingan dapat dilihat pada Tabel 5.5. 69 Tabel 5.5 Definisi Skala Saaty Skala Difinisi Penjelasan 1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen sama kuat pada sifatnya 3 Eelemen yang satu sedikit lebih penting dibandingkan elemen lainnya Pertimbangan sedikit lebih menyokong satu elemen atas elemen lainnya 5 Elemen yang satu sangat penting disbanding elemen lainnya Satu elemen dengan kuat disokong dan dominasinya telah terlihat dalam praktek 7 Elemen yang satu jelas lebih penting dibandingkan elemen lainnya Satu elemen dengan kuat disokong dan dominasinya telah terlihat dalam praktek 9 Elemen yang satu mutlak lebih penting dibandingkan elemen lainnya Bukti yang menyokong elemen yang satu memiliki tingkat penegasan tertinggi 2,4,6,8 Nilai-nilai diantara 2 pertimbangan Komponen diperlukan diantara 2 pertimbangan kebalikan Jika elemen I mendapat nilai 7 dibandingkan elemen j, maka elemen j mempunyai nilai 17 bila dibandingkan elemen i 3 Nilai-nilai perbandingan yang telah dilakukan harus diperoleh tingkat konsistensinya, misalnya bila dalam melakukan perbandingan, hasil yang didapat AB dan BC, maka secara logis seharusnya AC. Untuk menghitung tingkat konsistensinya ini digunakan rumus Consistency Ratio. 4 Melakukan analisis pengolahan secara horisontal utnuk menentukan nilai eigen dengan persamaan sebagai berikut: a. Perkalian baris Z n ij n j i a Z 1 = Π = b. Perkalian vektor prioritas atau vektor eigen = = = Π Π = n i n j n ij n j a eVP 1 1 1 1 eVP i adalah elemen vektor prioritas ke-i. 70 b. Perhitungan nilai eigen maksimum λ max VA = a ij x VP dengan VA = V ai VB = VAVP dengan VB = V bi VA = VB = Vektor antara Vb i untuk i = 1, 2, ..., n [5] Perhitungan nilai indeks konsistensi CI Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui konsistensi jawaban yang akan berpengaruh kepada kesahihan hasil. 1 max − − = n n CI λ Untuk mengetahui apakah CI dengan besaran tertentu cukup baik atau tidak, perlu diketahui rasio yang dianggap baik, yaitu apabila CR ≤ 0.1. RI CI CR = Nilai RI merupakan nilai random indeks yang dikeluarkan oleh Oarkridge Laboratory sebagimana ditunjukkan sebagai berikut: Dimana; Z i : vektor eigen baris ke-i i eVP : elemen vektor prioritas ke-i. a ij : elemen untuk baris ke-i lalu ke-j n : jumlah elemen VP i : vektor prioritas baris ke-i VA i : vektor antar baris ke-i λ max : nilai eigen maksimum CI : consistency index CR : consistency ratio RI : random consistency index 71 5.5 Definisi Operasional Definisi operasional dalam kajian ini dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Tingkat kerawanan pangan adalah keadaan ketidakcukupan pangan rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan fisiologis bagi pertumbuhan dan kesehatan hidup aktif dan produktiff pada waktu tertentu yang dilihat dari akses pangan, kesehatan, dan gizi. 2. Akses pangan adalah keadaan ekonomi yang mendukung kemudahan rumah tangga untuk memperoleh pangan. 3. Persen miskin adalah persentase rumah tangga yang masuk kategori Rumah tangga Pra-Sejahtera dan Rumah tangga Sejahtera I dibandingkan total rumah tangga di masing-masing kecamatan. 4. Persen listrik adalah persentase rumah tangga yang mendapat sambungan listrik di kecamatan tersebut dan tercatat resmi di PLN. 5. Kesehatan dan gizi adalah satuan aspek kerawanan pangan yang berkaitan dengan sarana dan pelayanan yang mendukung kesehatan rumah tangga di kecamatan Kabupaten Jember. 6. Angka Harpan Hidup AHH adalahh rata-rata jumlahh tahun hidup yang diharapkan akan dicapai seorang anak pada saat lahir. 7. Prevalensi gizi kurang adalah penjumlahan antara prevalensi balita yang berstatus gizi kurang dan buruk di masing-masing kecamatan yang diambil dari data hasil Pemantauan Status Gizi PSG Balita 0 – 59 bulan tahun 2006. 8. Rasio jumlah penduduk per dokter adalah perbanndingan antara total populasi dengan total dokter di kecamatan dibagi dengan kepadatan penduduk. 9. Persen akses air bersih adalah persentase pembagian antara jumlah rumah tangga yang memperoleh air bersih yang berasal dari sumur gali, PAM, sumur pompa, hidrant umum, perpipaan air, mata air, dengan jumlah rumah tangga di masing-masing kecamatan. 10. Persen anak tidak imunisasi adalah persentase anak yang berumur 12 – 13 bulan yang tidak mmendapat imunisasi campak. Imunisasi yang dipakai sebagai acuan adalah imunisasi campak, dengan asumsi anak yang telah 72 diimunisasi campak berarti telah mendapat imunisasi sebelumnya BCG, DPT, dan Polio. 11. Tingkat konsumsi pangan adalah perbandingan jumlah kebutuhan energi yang dikonsumsi dengan angka kecukupan energi AKE yang dianjurkan. 12. Ketersediaan tingkat kecamatan adalah jumlah pangan yang harus tersedia untuk memenuhi kebutuhan pangan rumah tangga di kecamatan. 13. Konsumsi normatif adalah rasio kebutuhan pangan pokok penduduk per tahun dibandingkan dengan produksi tanaman pangan setara beras per tahun di tiap kecamatan. 14. Programintervensi pemerintah adalah kegiatan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten Jember melalui SKPD terkait untuk mencegah dan menanggulangi kerawannan pangan. 15. Rekomendasi adalah saran yang diajukan sesuai dengan hasil kajian untuk mencegah dan menanggulagi masalah yang berkaitan dengan kerawanan pangan di tiap kecamatan. 16. Indikator adalah sesuatu yang dapat memberikan indikasi terjadinya kerawanan pangan di suatu wilayah. 73 5.6 Jadwal Kegiatan Adapun jadwal kegiatan pelaksanaan pekerjaan Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi Kabupaten Jember dinyatakan oleh Tabel 8. Tabel 5.6. Jadwal Kegiatan NO BENTUK KEGIATAN Minggu 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 2 1 Persiapan • Persiapan Administrasi • Persiapan Konsep • Persiapan Instrument Kegiatan • PersiapanTenaga 2 Pelaksanaan Tahap Pertama • Survey Pendahuluan di Lapang • Koordinasi antar Lembaga • Pembuatan Laporan Akhir 3 Pelaksanaan Tahap Kedua • Survey Lanjutan • Melengkapi Data yang Dibutuhkan 4 Pengolahan Data • Klasifikasi Data dan Tabulasi Data • Pengolahan Data dengan Alat Analisis 5 Analisis Data • Melakukan Analisis atas Hasil Pengolahan Data 6 Penyusunan Draft Laporan Akhir • Menyusun Hasil Kegiatan dan Pembahasan • Diskusi dengan Instansi Terkait 7 PenyusunanLaporanAkhir • Revisi Hasil Pembahasan Draft Lapran Akhir • Pengadaan Lapran Akhir • Penyusunan dan Pengadaan Executive Summary 74 BAB VI. ANALISIS DATA PANGAN DAN GIZI KABUPATEN JEMBER 6.1 Analisis Kondisi Umum Pangan dan Gizi Kabupaten Jember merupakan salah satu daerah penghasil beras terbesar di Indonesia. Pada tahun 2014 luas panen tanaman padi adalah sebesar 162.619 Ha dengan produksi total beras sebesar 930.027 ton. Sentra produksi padi ada di kecamatan Gumukmas, Sumberbaru, Tanggul, dan Bangsalsari. Tanaman pangan yang berpotensi di Kabupaten Jember selain beras adalah jagung dengan luas panen 57.118 Ha dengan produksi total 384.896 ton, kedelai dengan luas panen 9.456 Ha dengan produksi total 21.348 ton, kacang dengan luas panen 2.805 Ha dengan produksi total 4.035 ton, singkong dengan luas panen 2.741 Ha dengan produksi total 47.803 ton, dan ubi jalar dengan luas panen 813 Ha dengan produksi total 47.803 ton Jember dalam Angka 2012. Kondisi pertanian yang cukup besar, idealnya mampu memenuhi kebutuhan akan pangan bagi penduduk. Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional Tahun 2012, jumlah penduduk Kabupaten Jember adalah sebesar 2.362.179 jiwa, meningkat 0,70 bila dibandingkan Tahun 2011 sebesar 2.345.851 jiwa. Peningkatan jumlah penduduk tersebut mempengaruhi tingkat kepadatan penduduk yang juga mengalami peningkatan dari 712,30 jiwakm² pada tahun 2011 menjadi 717,26 jiwakm² pada tahun 2012. Kepadatan penduduk yang cukup tinggi terjadi pada wilayah ibu kota kabupaten seperti Kecamatan Kaliwates, Sumbersari, Patrang dengan tingkat kepadatan masing-masing 4.485,20 jiwakm², 3.408,34 jiwakm² dan 2.553,96 jiwakm². Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Anas, dkk beserta Dosen Universitas Jember, diperoleh informasi sebagai berikut. 1. Kondisi ketersediaan pangan di Kabupaten Jember dari tahun 1991 sd 2006: a. Rata-rata ketersediaan beras dari tahun 1991 sd 2006 di Kabupaten Jember ialah surplus. b. Rata-rata ketersediaan jagung dari tahun 1991 sd 2006 di Kabupaten Jember ialah surplus. 75 c. Rata-rata ketersediaan kedelai dari tahun 1991 sd 2006 di Kabupaten Jember ialah minus. d. Rata-rata ketersediaan kacang tanah dari tahun 1991 sd 2006 di Kabupaten Jember ialah minus. e. Rata-rata ketersediaan ubi kayu dari tahun 1991 sd 2006 di Kabupaten Jember ialah minusdefisit. f. Rata-rata ketersediaan ubi jalar dari tahun 1991 sd 2006 di Kabupaten Jember minusdefisit. 2. Dari analisis ketahanan pangan tiap kecamatan di Kabupaten Jember tahun 1991-2006 dapat diketahui bahwa kecamatan dengan trend linier indeks ketahanan pangan yang menurun ialah Kecamatan Arjasa dan Kecamatan Jelbuk. 3. Peningkatan indeks ketahanan pangan yang terjadi pada tiap kecamatan di Kabupaten Jember rata-rata disebabkan oleh adanya kenaikan PDRB di tiap kecamatan. 4. Dari analisis ketahanan pangan rumah tangga, diperoleh hasil bahwa masyarakat Desa Panduman termasuk dalam golongan kurang tercukupi atau kurang tahan pangan. 5. Dari analisis ketahanan pangan rumah tangga, diperoleh hasil bahwa masyarakat Desa Puger Wetan termasuk dalam golongan tahan pangan. Di bawah ini merupakan informasi tentang Angka Kecukupan Protein dan Energi masyarakat Desa Panduman. Tabel 6.1. Angka Kecukupan Protein dan Energi Masyarakat Desa Panduman Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember Tahun 2008 Keterangan Rata-rata Konsumsi Protein per hari gramkap 30,19 Kecukupan Protein per hari gramkap 50,00 Tingkat Kecukupan Protein TKP 60,37 Konsumsi Energi per hari gramkap 1 495,41 Kecukupan Energi per hari gramkap 2 550,00 Tingkat Kecukupan Energi TKE 58,64 Angka Kecukupan Gizi Pangan AKG 59,51 Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2008 76 Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tingkat kecukupan protein di Desa Panduman sebesar 60,37, yang lebih kecil dari 75, yaitu hal ini menunjukkan bahwa tingkat kecukupan protein di Desa Panduman belum tercukupi atau kurang tahan pangan. Tingkat pengkonsumsian protein per orang per hari yang mencapai 30,19 gram, bisa dikatakan belum mencukupi standart ketentuan yang telah ditetapkan dalam Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi tahun 1998, yaitu sebesar 50 gram per orang per hari. Perhitungan tingkat kecukupan energi di Desa Panduman berada dibawah 75, yaitu sebesar 58,64. Hal ini bisa dikatakan bahwa, kecukupan energi di Desa Panduman kurang tercukupi. Tingkat pengkonsumsian energi per orang per hari, sebesar 1 495,41 kalori, belum bisa mencukupi standart ketentuan, yang telah ditetapkan dalam Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi tahun 1998, yaitu sebesar 2.550 kalori per orang per hari. Tingkat konsumsi protein, dan energi pada masyarakat Desa Panduman, belum mencukupi standart ketentuan yang telah ditetapkan dalam Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi tahun 1998, dikarenakan ibu rumah tangga kurang kreatif, dalam pemilihan pemenuhan konsumsi bahan makanan setiap harinya. Pemilihan menu rumah tangga relatif monoton, sehingga kandungan energi, dan protein kurang bervariasi. Rata-rata masyarakat Desa Panduman, melengkapi makanan pokok dengan lauk pauk, seperti; tempe, tahu, ikan laut, dan telur ayam, yang kesemuanya, merupakan jenis makanan yang mengandung protein yang tinggi. Namun demikian, jumlah gram per harinya, kurang mencukupi tingkat kecukupan protein. Ketersediaan energi yang didasarkan pada kecukupan kalori, hanya menggantungkan pada bahan makanan pokok saja. Padahal kalori yang ada di bahan makanan pokok, yaitu; beras masih kurang, bila tidak ditunjang dengan makanan, atau minuman lain yang mengandung kalori tinggi. Karena masyarakat Desa Panduman kurang dalam hal konsumsi energi dan protein, maka masyarakat rentan terserang penyakit yang disebabkan oleh kekurangan energi dan protein seperti Kwashiorkor, Marasmus, dan Marasmic Kwashiorkor. 77 Tabel 6.2. Angka Kecukupan Protein dan Energi Masyarakat Desa Puger Wetan Kecamatan Puger Kabupaten Jember Tahun 2008 Keterangan Rata-rata Konsumsi Protein per hari gramkap 51,37 Kecukupan Protein per hari gramkap 50,00 Tingkat Kecukupan Protein TKP 102,75 Konsumsi Energi per hari gramkap 1 480,03 Kecukupan Energi per hari gramkap 2 550,00 Tingkat Kecukupan Energi TKE 58,04 Angka Kecukupan Gizi Pangan AKG 80,39 Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2008 Hasil perhitungan diatas menunjukkan bahwa tingkat kecukupan protein di Desa Puger Wetan sebesar 102,75 , yang lebih besar dari 75, yaitu hal ini menunjukkan bahwa tingkat kecukupan protein di Desa Puger Wetan sudah tercukupi atau tahan pangan. Tingkat pengkonsumsian protein per orang per hari yang mencapai 51,37 gram, bisa dikatakan sudah mencukupi standart ketentuan yang telah ditetapkan dalam Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi tahun 1998, yaitu sebesar 50 gram per orang per hari. Hal ini karena di Kabupaten Jember bagian selatan seperti di Desa Puger Wetan terdapat laut yang menjadi batas Kabupaten Jember di sisi selatan. Masyarakat Jember di bagian selatan kebutuhan proteinnya tercukupi karena akses yang mudah untuk mendapatkan ikan laut. Perhitungan tingkat kecukupan energi di Desa Puger Wetan berada dibawah 75, yaitu sebesar 58,04. Hal ini bisa dikatakan bahwa, kecukupan energi di Desa Puger Wetan kurang tercukupi. Tingkat pengkonsumsian energi per orang per hari, sebesar 1 480,03 kalori, belum bisa mencukupi standart ketentuan yang telah ditetapkan dalam Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi tahun 1998 yaitu sebesar 2 550 kalori per orang per hari. Tingkat konsumsi protein pada masyarakat Desa Puger Wetan sudah mencukupi standart ketentuan yang telah ditetapkan dalam Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi tahun 1998. Rata-rata masyarakat Desa Panduman melengkapi makanan pokok dengan lauk pauk seperti; tempe, tahu, ikan laut, 78 dan telur ayam, yang kesemuanya merupakan jenis makanan yang mengandung protein yang tinggi. Namun demikian, masyarakat Desa Puger Wetan kurang memperhatikan konsumsi energi yang didasarkan pada kecukupan kalori, hanya menggantungkan pada bahan makanan pokok seperti; beras, jagung dan bahan makanan lain yang mengandung kalori tinggi. Karena masyarakat Desa Puger wetan kurang cukup dalam hal konsumsi energi, masyarakat Desa Puger Wetan rentan terserang penyakit yang ditimbulkan oleh kekurangan energi yang sering disebut Marasmus. Tanda-tanda anak yang mengalami Marasmus adalah badan kurus kering, rambut rontok dan flek hitam pada kulit. Pada ibu hamil kekurangan energi mempunyai dampak kesehatan terhadap ibu dan anak dalam kandungan, antara lain meningkatkan risiko bayi dengan berat lahir rendah, keguguran, kelahiran premature dan kematian ibu dan bayi baru lahir. Masyarakat Desa Puger Wetan lebih mementingkan konsumsi protein karena kebutuhan protein dapat di dapat dari ikan laut tanpa harus membeli karena letak desa yang dekat dengan laut. Selain itu, masyarakat mengkonsumsi ikan laut dari pemberian tetangga maupun kerabat yang baru pulang dari menangkap ikan di laut. Jadi, meskipun tidak mempunyai uang untuk membeli, tetapi masyarakat Desa Puger Wetan dapat mencukupi kebutuhan protein.

6.2 Analisis Wilayah Rawan Pangan