30
3.3. Kebijakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi RPJMN 2015 – 2019
Percepatan perbaikan gizi nasional harus diduung oleh sinergi lintas bidang interaksi KL dalam mengukur hasil pembangunan yang dinyatakan
oleh Gambar 3.12 di bawah ini. Gambar 3.12. Sinergi lintas bidang interaksi KL dalam mengukur hasil
pembangunan
Sumber Data : Riskesdas 2013
Isu strategis RPJMN 2015-2019 untuk subbidang Kesehatan dan Gizi Masyarakat adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan Kesehatan Ibu, Anak, Remaja dan Lansia
DETERMINAN DAMPAK
UKURAN
KEMKESDINKES SPESIFIK
30 GIZI
KEMATIAN IBU
AKI ANAK
AKB
KL SKPD Terkait SENSITIF
70 KESAKITAN
PM PrevalensiKasus
PTM PrevalensiKasus
PREVENTIF-PROMOTIF KURATIF-REHABILITATIF
KEGIATAN INDIKATOR
TARGET KERANGKA PELAKSANAAN
Dana, Regulasi, Lembaga KEGIATAN
INDIKATOR TARGET
KERANGKA PELAKSANAAN Dana, Regulasi, Lembaga
RENCANA STRATEGIS- RENCANA AKSI TERSTRUKTUR TERUKUR
31 2. Percepatan Perbaikan Status Gizi Masyarakat
3. Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 4. Peningkatan Akses Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan yang
Berkualitas 5. Pemenuhan Ketersediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Pengawasan
Obat dan Makanan 6. Pemenuhan Sumber Daya Manusia Kesehatan
7. Peningkatan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat 8. Peningkatan Manajemen, Penelitian dan Pengembangan, serta Sistem
Informasi Kesehatan 9. Pengembangan dan Peningkatan Efektifitas Pembiayaan Kesehatan
10. Pengembangan Jaminan Kesehatan Nasional Adapun arah kebijakan RPJMN 2015-2019 yaitu:
1. Akselerasi Pemenuhan Akses Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak, Remaja, dan Lanjut Usia yang Berkualitas
2. Mempercepat Perbaikan Gizi Masyarakat 3. Meningkatkan Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
4. Meningkatan Akses Pelayanan Kesehatan Dasar yang Berkualitas 5. Meningkatan Akses Pelayanan Kesehatan Rujukan yang Berkualitas
6. Meningkatkan Ketersediaan, Keterjangkauan, Pemerataan, dan Kualitas Farmasi dan Alat Kesehatan
7. Meningkatkan Pengawasan Obat dan Makanan 8. Meningkatkan Ketersediaan, Persebaran, dan Mutu Sumber Daya
Manusia Kesehatan 9. Meningkatkan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
10. Menguatkan Manajemen, Penelitian Pengembangan dan Sistem Informasi
11. Memantapkan Pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional Bidang Kesehatan
12. Mengembangkan dan Meningkatkan Efektifitas Pembiayaan Kesehatan Strategi mempercepat Perbaikan Gizi Masyarakat dilakukan melalui langkah-
langkah:
32 a. peningkatan surveilans gizi termasuk pemantauan pertumbuhan;
b. peningkatan akses dan mutu paket pelayanan kesehatan dan gizi dengan fokus utama pada 1.000 hari pertama kehidupan, remaja, calon
pengantin dan ibu hamil, termasuk pemberian makanan tambahan, terutama untuk keluarga kelompok termiskin dan wilayah DTPK;
c. peningkatan promosi perilaku masyarakat tentang kesehatan, gizi, sanitasi, hygiene, dan pengasuhan;
d. peningkatan peran masyarakat dalam perbaikan gizi terutama untuk ibu hamil, wanita usia subur, anak, dan balita di daerah DTPK termasuk
melalui upaya kesehatan berbasis masyarakat dan Pengembangan Anak Usia Dini Holistik Integratif Posyandu dan Pos PAUD;
e. penguatan pelaksanaan dan pengawasan regulasi dan standar gizi; dan f. penguatan peran lintas sektor dalam rangka intervensi sensitif dan
spesifik yang didukung oleh peningkatan kapasitas pemerintah pusat, provinsi, dan kabupatenkota dalam pelaksanaan rencana aksi pangan
dan gizi. Sasaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJMN untuk
meningkatkan status gizi masyarakat perriode 2015-2019 dinyatakan oleh Tabel 3.13 berikut ini.
33 Tabel 3.13. Sasaran RPJMN 2015-2019 tentang peningkatan status gizi
No Indikator
Status Awal Target
2019 1
Meningkatnya Status Gizi Masyarakat 1. Prevalensi anemia pada ibu hamil persen
37,1 2013 28
2. Persentase Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah BBLR
10,2 2013 8
3. Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif
38,0 2013 50
4. Prevalensi kekurangan gizi underweight pada anak balita persen
19,6 2013 17
5. Prevalensi wasting kurus anak balita persen 12 2013
9,5 6. Prevalensi stunting pendek dan sangat pendek
pada anak baduta persen 32,9 2013
28
Sumber Data : Riskesdas 2013
Intergrasi RAN-PG dan gerakan nasional percepatan perbaikan gizi dinyatakan oleh Gambar 3.14 di bawah ini.
34 Gambar 3.14. Intergrasi RAN-PG dan gerakan nasional percepatan perbaikan
gizi
Sumber Data : Riskesdas 2013
Konsep RAN-PG Tahun 2015 – 2019 Kerangka Pikir Aksi untuk Mencapai SDM Berkualitas, melalui pencapaian
status dan perkembangan gizi janin anak yg optimal dipaparkan oleh Gambar 3.15 di bawah ini.
5 PILAR RENCANA AKSI 1.
Perbaikan Gizi Masyarakat terutama
pada ibu pra-hamil, ibu hamil dan anak
2. Peningkatan
Aksesibilitas Pangan yang beragam
3. Peningkatan
Pengawasan Mutu dan Keamanan
Pangan
4. Peningkatan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat PHBS
5. Penguatan
Kelembagaan Pangan dan Gizi
KELUARAN 1.
Meningkatnya cakupan ASI Ekslusif, DS, KN dan K4
2. Meningkatnya tingkat
keragaman konsumsi dan skor PPH
3. Meningkatnya cakupan
jajanan anak sekolah yang memenuhi syarat dan
produk PIRT tersertifikasi
4. Meningkatnya jumlah
rumah tangga yang melakukan PHBS
5. Meningkatnya jumlah
kabkota yang mempunyai SKPD bidang Pangan dan
Gizi
6. Meningkatnya peraturan
perundangan Pangan dan Gizi
7. Meningkatnya tenaga D3
gizi puskesmas dan PPL kecamatan
SASARAN PEMBANGUNAN PANGAN DAN GIZI PADA TAHUN
2015 •
Prevalensi anak balita - Gizi kurang : 15.5
- Pendek : 32 •
Konsumsi pangan dengan asupan kalori 2.000 Kkalhr
35 Gambar 3.15. Konsep RAN-PG
Source: The Lancet, 2013: Executive Summary of The Lancet Maternal and Child Nutrition Series
Strategi Gerakan 1000 HPK Hari Pertama Kehidupan Dalam Program Pangan Dan Gizi adalah sebagai berikut:
1. Intervensi fokus pada 1000 Hari Pertama Kehidupan ibu hamil, dan anak sampai usia 2 tahun dan dilanjutkan pada usia balita, anak sekolah,
remaja, pra hamil, dewasa, dan manula. 2. Perluasan stakeholder melalui kerjasama lintas sektor, pemerintah dan
swasta dengan meningkatkan pemberdayaan masyarakat.
Intervensi Gizi Spesifik Berbagai Program
- Kesehatan remaja
dan gizi ibu prahamil -
PMT ibu hamil -
Suplementasifortifik asi gizi mikro
- Pemberian ASI dan
makanan pendamping ASI
- PMT anak
- Penganekaragaman
makanan -
Perilaku pemberian makan dan stiulasi
- Penanggulangan gizi
buruk akut -
Manajemen dan pencegahan penyakit
- Intervensi gizi dalam
kedaruratan Program Gizi Sensitif dan
Pendekatannya -
Pertanian dan Ketahanan Pangan
- Jaminan Sosial Nasional
- Perkembangan anak usia
dini -
Kesehatan mental ibu -
Pemberdayaan perempuan -
Perlindungan anak -
Pendidikan dalam kelas -
Sanitasi dan air bersih -
Pelayanan kesehatan dan Keluarga Berencana
Membangun Lingkungan “PemungkinEnabling”
- Evaluasi tepat
- Strategi advokasi
- Koordinasi vertikal dan
horizontal -
Akuntabilitas, regulasi insentif, peraturan
perundangan -
Program kepemimpinan -
Investasi kapasitas -
Mobilisasi sumberdaya lokal Gizi dan Perkembangan Optimal
Janin dan Anak
Pemberian makanan, pola
asuh, stimulasi tumbuh
kembang Pemberian ASI,
makanan beragam,
bergizi seimbang,
aman Beban rendah
penyakit infeksi
Ketahanan pangan,
ketersediaan pangan, akses
ekonomi, dan pemanfaatan
pangan Sumberdaya
pengasuhan dan pemberian
makanan pada tataran
Ibu, Keluarga , Masyarakat
Akses dan penggunaan
pelayanan kesehatan,
lingkungan sehat dan aman
Pengetahuan dan bukti Pemerintahan dan politik
Kepemimpinan, kapasitas dan sumber pendanaan Konteks sosial, ekonomi, politik, dan lingkungan
nasional dan daerah
Manfaat pada Siklus Kehidupan
Kesakitankematian Perkembangan kognitif,
Prestasi dan kapasitas Kualitas org dewasa
Kapasitas kerja bayi dan anak
motorik, sosio-emosional belajar
Obesitas dan PTM Produktivitas
36 3. Pelibatan akademia, sektor swasta dan masyarakat madani di pusat dan
daerah. 4. Peningkatan akuntabilitas serta tatakelola pemerintahan yang baik serta
efektif. 5. Menyiapkan monitoring dan evaluasi yang terukur dan indikator
keberhasilan yang sejalan dengan RPJMN Sedangkan Program Lintas 1: Percepatan Perbaikan Gizi Masyarakat dijabarkan
ke dalam Tabel 3.2 di bawah ini. Tabel 3.2. Program Percepatan Perbaikan Gizi Masyarakat
Program Kegiatan
Kementerian Kesehatan PROGRAM BINA GIZI DAN KESEHATAN
IBU DAN ANAK Pembinaan Gizi Masyarakat
Badan POM PROGRAM PENGAWASAN OBAT DAN
MAKANAN 1. Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya
2. Penilaian Pangan Olahan 3. Surveilans dan Penyuluhan Keamanan Pangan
Kementerian Pertanian PROGRAM PENINGKATAN
DIVERSIFIKASI DAN KETAHANAN PANGAN MASYARAKAT
1. Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan
2. Pengembangan penganekaragaman konsumsi pangan dan peningkatan keamanan pangan segar
Kementerian PU dan Perumahan Rakyat
37
PROGRAM PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR
PERMUKIMAN 1. Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan,
Pengembangan, Sumber Pembiayaan dan Pola Investasi, serta Pengelolaan Pengembangan
Infrastruktur Sanitasi dan Persampahan 2. Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan
Pengembangan Sumber Pembiayaan dan Pola Investasi dan Penyelenggaraan Serta
Pengembangan Serta Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
Kementerian Perikanan dan Kelautan PROGRAM PENINGKATAN DAYA SAING
USAHA DAN PRODUK KELAUTAN DAN PERIKANAN
1. Peningkatan Daya Saing Usaha dan Produk Kelautan dan Perikanan
PROGRAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA LAUT, PESISIR DAN PULAU-
PULAU KECIL 1. Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan
Pengembangan Usaha
Program Kegiatan
Kementerian Komunikasi dan Informasi PROGRAM PENGEMBANGAN
INFORMASI DAN KOMUNIKASI PUBLIK 1. Pengelolaan dan Penyediaan Informasi
2. Pembinaan dan Pengembangan Kemitraan Lembaga Komunikasi
BBKBN PROGRAM KEPENDUDUKAN,
KELUARGA BERENCANA DAN PEMBANGUNAN KELUARGA
1. Pembinaan Keluarga Balita dan Anak 2. Pengelolaan program Kependudukan, Keluarga
Berencana dan Pembangunan Keluarga Provinsi
38
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak PROGRAM PERLINDUNGAN ANAK
1. Pemenuhan Hak Kesehatan anak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
PROGRAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NON FORMAL DAN INFORMAL
1. Penyediaan Layanan Pendidikan Anak Usia Dini 2. Penyediaan Layanan Pendidikan Masyarakat
Kementerian Agama PROGRAM BIMBINGAN MASYARAKAT
ISLAM 1. Pengeloalaan Urusan Agama Islam dan
Pembinaan Syariah Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PEMERINTAHAN
DESA 1. Fasilitasi Pemberdayaan Adat dan Sosial Budaya
Masyarakat
39 BAB IV. KEBIJAKAN PANGAN DAN GIZI PROVINSI JAWA TIMUR
4.1 Kondisi Umum Undang-undang No.7 Tahun 1996 yang telah direvisi melalui Undang-
undang No.18 Tahun 2012, menyatakan bahwa Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari
hak asasi manusia yang dijamin di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai komponen dasar untuk mewujudkan
sumber daya manusia yang berkualitas. Negara berkewajiban mewujudkan ketersediaan, keterjangkauan, dan pemenuhan konsumsi Pangan yang cukup,
aman, bermutu, dan bergizi seimbang, baik pada tingkat nasional maupun daerah hingga perseorangan secara merata di seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia sepanjang waktu dengan memanfaatkan sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal. Pemenuhan hak atas pangan dicerminkan pada
definisi ketahanan pangan yaitu : “kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang
cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya
masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.”. Definisi ketahanan pangan secara luas, diartikan bahwa : 1
terpenuhinya pangan dengan kondisi ketersediaan yang cukup, yang diartikan dengan ketersediaan pangan dalam arti luas, mencakup pangan yang berasal
dari tanaman, ternak, dan ikan untuk memenuhi kebutuhan atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral serta turunannya, yang bermanfaat bagi
pertumbuhan kesehatan manusia, 2 terpenuhinya pangan dengan kondisi yang aman, diartikan bebas dari cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang
dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia, serta aman dari kaidah agama, 3 terpenuhinya pangan dengan kondisi yang merata,
yang diartikan bahwa pangan harus tersedia setiap saat dan merata di seluruh tanah air, 4 terpenuhinya pangan dengan kondisi terjangkau, yang diartikan
pangan mudah diperoleh rumah tangga dengan harga yang terjangkau Upaya- upaya untuk menjamin kecukupan pangan dan gizi serta kesempatan
40 pendidikan tersebut akan mendukung komitmen pencapaian Millenium
Development Goals MDGs, terutama pada sasaran-sasaran: 1 menanggulangi kemiskinan dan kelaparan; 2 mencapai pendidikan dasar untuk semua; 3
menurunkan angka kematian anak; dan 4 meningkatkan kesehatan ibu pada tahun 2015. Komitmen global lain sebagai landasan pembangunan pangan dan
gizi adalah: The global Strategy for Health for All 1981, The World Summit for Children 1990, The Forty-eight World Health Assembly 1995, World Food
Summit 1996 dan Health for All in the Twenty-first Century 1998. Sejalan dengan sistem otonomi, pemerintah propinsi, pemerintah
kabupaten kota dan atau pemerintah desa sesuai kewenangannya, menjadi pelaksana fungsi-fungsi inisiator, fasilitator dan regulator atas penyelenggaraan
ketahanan pangan di wilayahnya masing-masing. Selanjutnya, penyelenggaraan ketahanan pangan di daerah mengacu pada arah kebijakan, strategi, dan
sasaran ketahanan pangan nasional serta pedoman, norma, standart dan kriteria yang telah ditetapkan pemerintah pusat serta mengacu pada Rencana
Pembangunan di Jawa Timur. Pembangunan ketahanan pangan di wilayah Jawa Timur harus
dipandang sebagai bagian tidak terlepaskan dari wawasan ketahanan pangan nasional. Keberhasilan Ketahanan Pangan di Jawa Timur sebagai wilayah yang
surplus pangan telah menjadi tolok ukur keberhasilan ketahanan Pangan nasional. Oleh karena itu pemerintah Jawa Timur harus terus berupaya memacu
pembangunan ketahanan pangan melalui program–proram yang benar-benar mampu
memperkokoh ketahanan
pangan sekaligus
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pembangunan ketahanan pangan yang berdimensi pembangunan Jawa Timur secara menyeluruh akan dapat terlaksana dengan efektif manakala
memiliki arah yang jelas dan terukur kinerjanya. Program-program dalam rangka pembangunan ketahanan pangan harus terpadu integrated, terukur
keberhasilannya measureable dan berkesinambungan sustainability. Dengan demikian setiap pelaksanaan program-program pembangunan dalam
rangka ketahanan pangan dapat diarahkan dengan benar, dapat dipantau perkembangannya dan selanjutnya dapat dievaluasi keberhasilannya.
41 4.2. Peranan RAD-PG dalam Percepatan Perbaikan Gizi
Legislasi dasar pelaksanaan RANRAD-PG Pelaksanaan RANRAD–PG memiliki payung hukum yang kuat karena
terdapat 3 UU yaitu : • UU No. 18 Tahun 2013 tentang Pangan;
• UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan; dan • UU No. 17 Tahun 2007 tentang RPJP 2005 – 2025
Disamping ketiga peraturan perundang-undangan di atas, program ini juga didukung oleh empat peraturan lainnya yaitu :
• Perpres No. 5 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015 - 2019 • Perpres No. 42 tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan
Perbaikan Gizi • Perpres No. 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010 – 2014;
• Inpres No. 3 Tahun 2010, dan Oleh karena itu maka pelaksanaan RANRAD–PG merupakan hal penting
sebagai amanat Peraturan Perundang-undangan tersebut. Legislasi pendukung pelaksanaan RANRAD-PG
Peraturan pendukung pelaksanaan Rencana Aksi Nasional dan Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi juga didukung oleh:
• Permen PPN Kepala Bappenas No. 4 Tahun 2013 tentang Pelimpahan Urusan Pemerintahan Kementerian PPN Bappenas kepada Gubernur
sebagai Wakil Pemerintah dalam rangka Penyelenggaraan Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2014
• Keberadaan Dana Desa sebagai amanat UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa. Merupakan kesempatan baik bagi percepatan perbaikan gizi
khususnya melalui pemenuhan kebutuhan dasar di bidang pangan, gizi dan kesehatan
42 Kedudukan RANRAD-PG dalam perencanaan pembangunan nasional
dinyatakan dalam Gambar 4.1 di bawah ini. Gambar 4.1. Kedudukan RANRAD-PG dalam perencanaan pembangunan
nasional
Sumber Data : Riskesdas 2013
Adapun alur pikir RANRAD-PG dalam percepatan perbaikan gizi dijabarkan melalui Gambar 4.2 di bawah ini.
T U
JU A
N
P E
M B
A N
G U
N A
N M
IL E
N IU
M M
D G
s RPJPN
RPJMN RENSTRA
KL VISI dan
MISI PRESIDEN
RKP DAERAH
RKP INPRES No. 1 dan
3 TAHUN 2010
RENSTRA DAERAH
APBD PELAKSANAAN
PROGRAM APBN
RAD-PG
RPJMD RAN-PG
43 Gambar 4.2. Alur pikir RANRAD-PG dalam percepatan perbaikan gizi
Sumber Data : Riskesdas 2013
4.3. Konsep Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi Jawa Timur 2011-2015 Seperti banyak diketahui, baik secara nasional maupun global,
ketersediaan pangan yang melimpah melebihi kebutuhan pangan penduduk tidak menjamin bahwa seluruh penduduk terbebas dari kelaparan dan gizi
kurang. Konsep ketahanan pangan dan gizi yang luas bertolak pada tujuan akhir
44 dari ketahanan pangan yaitu tingkat kesejahteraan manusia. Oleh karena itu,
sasaran pertama Millenium Development Goals MGDs bukanlah tercapainya produksi atau penyediaan pangan, tetapi menurunkan kemiskinan dan
kelaparan sebagai indikator kesejahteraan masyarakat. MDGs menggunakan pendekatan dampak bukan masukan. United Nation Development Programme
UNDP sebagai lembaga PBB yang berkompeten memantau pelaksanaan MDGs telah menetapkan dua ukuran kelaparan, yaitu jumlah konsumsi energi kalori
rata-rata anggota rumah tangga di bawah kebutuhan hidup sehat dan proporsi anak balita yang menderita gizi kurang. Ukuran tersebut menunjukkan bahwa
MDGs lebih menekankan dampak daripada masukan. Oleh karena itu, analisis situasi ketahanan pangan harus dimulai dari evaluasi status gizi masyarakat
diikuti dengan tingkat konsumsi, persediaan dan produksi pangan; bukan sebaliknya. Status gizi masyarakat yang baik ditunjukkan oleh keadaan tidak
adanya masyarakat yang menderita kelaparan dan gizi kurang. Keadaan ini secara tidak langsung menggambarkan akses pangan dan pelayanan sosial yang
merata dan cukup baik. Berdasarkan konsep tersebut di atas, maka dalam penyusunan RAD-PG
Jawa Timur 2011-2015 mengacu pada pada keluaran Akses Universal Pangan dan Gizi pada tahun 2015, yakni : Penurunan prevalensi gizi kurang anak balita
dan Penurunan Prevalensi pendek anak balita, dan pencapaian konsumsi pangan dengan asupan kalori 2000 Kkalkapitahari. Pencapaian harus
dilakukan secara bertahap dan indikator keluaran yang terukur, yakni: 1. Meningkatnya cakupan ASI ekslusif, DS jumlah anak yang ditimbang
terhadap jumlah seluruh anak di wilayah penimbangan tersebut, KN kunjungan neonatal, dan K4 Kunjungan ke-4
2. Meningkatnya tingkat keragaman konsumsi dan skor Pola Pangan Harapan PPH
3. Meningkatnya cakupan jajanan anak sekolah yang memenuhi syarat dan Pangan industri rumah tangga PIRT tersertifikasi
4. Meningkatnya jumlah rumah tangga yang melakukan perilaku hidup sehat dan bersih PHBS
45 5. Meningkatnya jumlah kabkota yang mempunyai SKPD bidang pangan dan
gizi 6. Meningkatnya peraturan perundangan pangan dan gizi
7. Meningkatnya tenaga D3 gizi puskesmas dan PPL kecamatan Pencapaian keluaran ini harus dilakukan melalui serangkaian kegiatan
yang dimulai dengan identifikasi tantangan yang dihadapi. Tantangan yang perlu diidentifikasi menyangkut :
1. Sosial dan Budaya : disparitas kemiskinan, disparitas pendidikan, persepsi hak asasi manusia, pemberdayaan keluarga dan kesetaraaan gender,
persepsi kesehatan reproduksi, tabu makanan, kepercayaan dan perilaku yang bertentangan dengan kesehatan
2. Sistem pangan dan gizi : sumberdaya manusia, infrastruktur, pembiayaan, implementasi standar pelayanan minimal, ketahanan pangan terkait dengan
climate cange, kewaspadaan 3. pangan dan gizi terkait dengan kemiskinan, pengawasan mutu dan
keamanan pangan, koordinasi dan kemitraan, pennelitian pangan dan gizi termasuk kurang zat gizi mikro
Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi Jawa Timur 2011-2015RAD-PG 2011-2015 perlu diimplementasikan dengan sistematis sesuai dengan
tantangan yang dihadapi dan kegiatan yang terstuktur secara integratif dalam 5 pilar rencana aksi, yang terdiri atas :
1. Perbaikan gizi masyarakat terutama pada ibu pra hamil, ibu hamil dan anak 2. Peningkatan aksesibilitas pangan yang beragam
3. Peningkatan pengawasan Mutu dan keamanan pangan 4. Peningkatan perilaku hidup sehat dan bersih PHBS
5. Penguatan kelembagaan pangan dan Gizi. Gambar 4.3 menjelaskan tentang kerangka Konsep Implementasi
Rencana Aksi Daerah Pangan Dan Gizi Jawa Timur 2011-2015.
46 Gambar 4.3. Kerangka Konsep Implementasi Rencana Aksi Daerah Pangan Dan
Gizi Jawa Timur 2011-2015
Sumber : RAD-PG Jatim
4.4 Kondisi Gizi masyarakat Jawa Timur Tolok ukur yang dapat mencerminkan status gizi masyarakat adalah
status gizi pada anak balita yang diukur dengan berat badan dan tinggi badan menurut umur dan dibandingkan dengan standar baku rujukan WHO 2005.
47 Posisi Jawa Timur dalam status gizi berdasarkan berat badan cukup baik
dibandingkan dengan Propinsi lain yang ada di Indonesia Gambar 4.4 . Gambar 4.4 Status Gizi Balita berdasarkan berat Badan Menurut Provinsi
Sumber : Riskesdas, 2010 dan Dinas Kesehatan Jawa Timur, 2011
Jika dibandingkan dengan target MDGs yang harus dicapai pada tahun 2015 yakni gizi buruk dan kurang sebesar 15.5 , maka Jawa Timur dalam
“posisi aman”, karena jauh melampai target MDGs. Gambar 4.5. Gambar 4.5. Status Gizi Balita berdasarkan berat Badan Jawa Timur, 2010
Sumber : Dinas Kesehatan Jawa Timur, 2011
48 Gizi buruk yang terjadi di jawa Timur sebesar 2.5 dan gizi kurang sebesar 9.3
. Namun penurunan gizi buruk dan kurang masih terus harus diturunkan mengingat Jawa Timur populasi penduduknya sangat besar.
Status Gizi Balita berdasarkan tinggi badan dan BBTU disajikan dalam Gambar 4.6 dan 4.7. Status gizi balita berdasarkan tinggi dan berat badan. Di
samping Target MDGs menekankan pada stus Gizi balita berdasarkan berat badan, juga berdasarkan tinggi badan. Target MDGs pada tahun 2015
diharapkan balita dengan staus sangat pendek dan pendek maksimal 32 . Gambar 4.6 dan 4.7. Status gizi balita berdasarkan tinggi badan dan berat badan
Sumber:Riskesdas, 2011
49 Jumlah Balita sangat pendek dan pendek di Jawa Timur sebesar 36 , sehingga
dalam masih di atas target MDGs tahun 2015 sebesar 32 . Oleh karena itu diperlukan usaha penurunan sebesar 1 setiap tahunnya.
Aksesibilitas pangan Jawa Timur merupakan daerah sentra pangan di Indonesia, bahkan
secara umum merupakan propinsi yang terbesar kontribusinya dalam penyediaan pangan nasional. Oleh karena itu pembangunan dalam peningkatan
produksi pangan di Jawa timur sekaligus merupakan suatu penyediaan pangan secara nasional. Gambaran Peranan Jawa Timur dalam penyediaan pangan
disajikan dalam Gambar 4.8. Gambar 4.8. Peranan Jawa Timur Dalam Penyediaan pangan Nasional
Sumber : Badan Ketahanan Pangan diolah
Dari Gambar 4.8 dapat kita ketahui bahwa Provinsi Jawa Timur memasok hampir 45 gula nasional, diikuti dengan kedelai dan jagung.
Rencana Aksi Percepatan Target Pembangunan Pangan Dan Gizi Rencana aksi percepatan target pembangunan pangan dan gizi
dijabarkan dalam strategi dan kebijakan yang akan dijalankan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
50 Strategi
1. Perbaikan gizi masyarakat. Peningkatkan ketersediaan dan jangkauan pelayanan kesehatan berkelanjutan yang difokuskan pada intervensi gizi
efektif pada ibu pra-hamil, ibu hamil, bayi, dan anak baduta. 2. Peningkatan aksesibilitas pangan yang beragam. Peningkatkan ketersediaan
dan aksesibilitas pangan yang difokuskan pada keluarga rawan pangan dan miskin.
3. Peningkatan pengawasan mutu dan keamanan pangan. Peningkatkan pengawasan keamanan pangan yang difokuskan pada makanan jajanan
yang memenuhi syarat dan produk industri rumah tangga PIRT tersertifikasi.
4. Peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat PHBS. Peningkatkan pemberdayaan masyarakat dan peran pimpinan formal serta non formal
terutama dalam perubahan perilaku atau budaya konsumsi pangan yang difokuskan pada penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber
daya lokal, perilaku hidup bersih dan sehat, serta merevitalisasi posyandu. 5. Penguatan kelembagaan pangan dan gizi. Penguatan kelembagaan pangan
dan gizi di tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten dan kota yang mempunyai kewenangan merumuskan kebijakan dan program bidang
pangan dan gizi, termasuk sumber daya serta penelitian dan pengembangan.
Kebijakan
Kebijakan yang akan ditempuh ada lima yaitu: 1. Perbaikan gizi masyarakat.
Arah kebijakannya adalah: a Peningkatan pembinaan gizi masyarakat dan
b Peningkatan layanan kesehatan bagi para ibu pra-hamil, ibu hamil, dan anak balita
2. Peningkatan aksesibilitas pangan yang beragam. Arah kebijakannya adalah:
51 a Pengembangan ketersediaan pangan melalui peningkatan produksi
dan mutu tanaman serealia, aneka kacang dan umbi, tanaman buah, perkebunan, peternakan dan perikanan.
b Pengembagnan sistemm distribusi dan stabilitas harga pangan c Pengembangan
penganekaragaman konsumsi
pangan dan
peningkatan keamanan pangan segar. 3. Peningkatan pengawasan mutu dan keamanan pangan
Arah kebijakannya adalah: a pengawasan obat dan makanan
b pengawasan produk dan bahan berbahaya c inspeksi dan sertifikasi makanan
d peningkatan jumlah dan kompetensi tenaga penyuluh keamanan pangan PKP dan penagwas pangan
e bimbingan teknis pada industri rumah tangga pangan IRTP f bimbingan keknis dan monitoring pada kantin sekolah
4. Peningkatan Perilaku Hidup Sehat Dan Bersih PHBS Arah kebijakan adalah menciptakan kondisi bagi perorangan, keluarga,
kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan perilaku hidup bersih dan sehat, melalui pendekatan pimpinan, bina suasana dan pemberdayaan masyarakat.
Dalam pelaksanaannya dilakukan melalui : a pembinaan PHBS pangan dan Gizi, dan
b pengembangan kebijakan sehat bidang pangan dan gizi 5. Penguatan kelembagaan pangan dan gizi.
Arah kebijakan adalah: a penguatan kelembagaan Dewan Ketahanan Pangan pada level
kabupatenkota b penguatan koordinasi antar institusi di tingka provinsi, koordinasi
antar insitusi tingkat provinsi dengan tingkat kabupaten c peningkatan tenaga professional di tingkat pemerintahan paling
bawah yakni tingkat kecamatan dan desa
52 d peningkatan kelembagaan masyarakat tingkat desa
e perbaikan sistem pendataan pangan dan gizi, dan f penguatan lembaga system kewaspadaan pangan dan gizi di tingkat
kabupatenkota sampai tingkat desa. Target sasaran RAD-PG Jawa Timur disajikan dalam Tabel 4.1, 4.2, dan 4.3
sebagai berikut. Tabel 4.1. Sasaran Penurunan Kerawanan Pangan dan Peningkatan Gizi
Masyarakat Indikator
2011 2012
2013 2014
2015 Kerawanan Pangan
14,19 13,06
11,92 10,78
9,64 Balita Gizi Buruk
2,4 2,3
2,2 2,1
2,0 Balita Gizi Kurang
9,0 8,8
8,6 8,4
8,2 Penuruan Balita Sangat
Pendek dan Pendek 35,5
35,0 34,0
33,0 32
Sumber: BPPD Prov. Jatim
Tabel 4.2. Sasaran Ketersediaan dan Konsumsi Pangan di Jawa Timur
Tahun Target
Beras Jagung
Kedelai Kacang
tanah Kacang
hijau Ubi
Kayu Ubi
Jalar Daging
Telur Susu
Ikan 2011
Produksi 7574130
5671372 433928
293934 123405
5137899 231502
329364 337145
545714 888159
Konsumsi 3395284
223315 43392
52448 16390
803115 92604
210613 306495
100799 807417
Surplus 4178846
5448057 390536
241486 107015
4334784 138898
118751 30650
444915 80742
2012 Produksi
7725612 5784800
441530 323386
135745 5651589
254652 336924
374144 559982
989085 Konsumsi
3504978 199907
441530 52868
16728 874592
100366 232950
340131 112344
899168 Surplus
4220634 5584893
270460 119017
4776997 154286
103974 34013
447638 89917
2013 Produksi
7880125 5900496
449225 355660
149320 6216858
280117 344670
411714 574639
1091567 Konsumsi
3567989 176110
449225 53291
17070 947162
108247 255629
374285 124068
992334 Surplus
4312136 5724386
302369 132250
5269696 171870
89041 37429
450571 99233
2014 Produksi
8037727 6018506
457016 391226
164252 6838543
308129 352609
449860 589687
1195627 Konsumsi
3553518 151919
457016 53717
17416 1020836
116247 278658
408964 135972
1086934 Surplus
4484209 5866587
337509 146836
5817707 191882
73951 40896
453715 108693
2015 Produksi
8190725 6133068
464807 422089
177210 7378023
332437 360262
487145 604150
1297331 Konsumsi
3639871 223315
464807 54139
17756 1092860
124069 301166
442859 147607
1179393 Surplus
4550854 5909753
367951 159454
6285163 208368
59096 44286
456543 117939
Sumber: BPPD Prov. Jatim
53 Tabel 4.3. Sasaran Pola Pangan Harapan PPH
No Tahun
2011 2012
2013 2014
2015 A
Skor PPH Skor PPH
88,1 89,8
91,6 93,3
95 B
Kelompok Pangan Satuan gramkapitahari
1 Padi-padian
294,6 298,7
284,8 279,9
275,0 Beras
250,71 247,79
244,86 241,93
239,00 Jagung
15.57 13.83
12.09 10.43
8.60 Terigu
28.36 28.14
27.93 27.71
27.50 2
Umbi-umbian 68.17
73.63 79.09
84.54 90.00
Singkong 56
60.5 65.00
69.50 74.00
Ubi jalar 6.46
6.94 7.43
7.91 8.40
Kentang 5
5.4 5.8
6.20 6.60
Umbi lainnya 0.76
0.84 0.93
1.01 1.10
3 Pangan hewani
99.26 109.44
119.63 129.81
140.0 Daging ruminansia
5.77 6.23
6.69 7.14
7.60 Daging unggas
8.91 9.89
10.86 11.83
12.80 Telur
21.37 23.53
25.69 27.84
30.00 Susu
7.03 7.77
8.51 9.26
10.00 Ikan
56.3 62.2
68.10 74.00
79.90 4
Minyak dan Lemak 20.14
19.66 19.17
18.69 25.00
Minyak kelapa 2.77
2.83 2.89
2.94 3.00
Minyak sawit 19.94
20.36 20.77
21.19 21.60
Minyak lainnya 0.34
0.36 0.37
0.39 0.40
5 BuahBiji berminyak
8.14 9.44
9.63 9.81
10.00 Kelapa
7.69 7.81
7.94 8.07
8.2 Kemiri
1.44 1.46
1.47 1.49
1.5 6
Kacang-kacangan 31.57
31.23 30.89
30.54 35.00
Kedele 30.26
30.54 30.83
31.11 31.40
Kacang tanah 3.66
3.66 3.66
3.66 2.00
Kacang hijau 1.14
1.16 1.17
1.19 1.20
Kacang lainnya 0.3
0.30 0.30
0.30 0.30
7 Gula
28.51 28.89
29.26 29.63
30.00
54
Gula pasir 27.51
27.79 28.06
28.33 28.60
Gula merah 0.7
0.70 0.70
0.70 0.70
8 Sayuran dan buah
234.34 233.26
232.17 231.09
230.0 Sayur
160.09 160.01
159.94 159.87
159.80 Buah
74.26 73.24
72.23 71.21
70.20 9
Lain-Lain 41.17
34.63 28.09
21.54 15.00
Minuman 32.76
27.44 22.13
16.81 11.50
Bumbu-bumbuan 7.13
5.47 3.81
2.16 0.50
Sumber: BPPD Prov. Jatim
Prioritas Lokasi Sasaran Dalam rangka efektifitas dan efisiensi rencana aksi pangan dan gizi di
Jawa Timur, maka diperlukan pula adanya prioritas lokasi sasaran. Penentuan prioritas didasarkan pada beberapa indikator yang disesuaikan dengan pilar
rencana aksi. Tabel 4.4. Indikator Penentuan Prioritas Lokasi Sasaran
Rencana Aksi Indikator
Prioritas penanganan Penanangan gizi buruk
Balita gizi buruk I. 7.6
II. 5.1-7.5 III. 2.6-5
IV. 1-2.5
Penanganan Gizi kurang Balita Gizi kurang
I. 17.6 II. 12.6-17.5
III. 7.6-12.5 IV. 7. 5
Penganeragaman konsumsi pangan
Angka Kecukupan Energi dalam Kkalkapitahari dan Angka
kecukupan Protein dalam grkapitahari tidak tersedia
data Skor PPH I. AKE 2000 atau
AKP 52 II. AKE 2000 dan
AKP 52 Peningkatan perilaku
hidup sehat dan bersih PHBS.
Rumah tangga PHBS I. 30
II. 31-35 III. 36-40
IV. 41
Daerah Kerawanan pangan Skore Komposit FSVA I. 1-30
II. 31-60 III. 61-100
IV. 101-181 V. 82-262
55
VI. 263 Penanganan Kekurangan
Energi Kronis KEK wanita usia subur
wanita 15-45 KEK I. 17.6
II. 12.6-17.5 III. 7.6-12.5
IV. 7. 5
Kemanan pangan Industri rumah tangga yang
menggunakan bahan tambahan berbahaya
Dianggap sama antar daerah
Peningkatan produksi pangan
Kabupataenkota I. Kabupaten
II. Kota
Sumber: BPPD Prov. Jatim
Berdasarkan indikator tersebut, maka prioritas lokasi sasaran rencana aksi pangan dan Gizi di Jawa Timur disajikan dalam Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Prioritas Lokasi Sasaran RAD-PG Jawa Timur
No Kabupaten Kota
Gizi buruk
Gizi kurang
Pengane ragaman
konsumsi PHBS Daerah
rawan pangan
KEK wanita
usia subur
Kemanan pangan
produksi pangan
1 Kab. Pacitan
4 3
2 1
6 2
2 1
2 Kab. Ponorogo
3 3
2 1
6 1
2 1
3 Kab. Trenggalek
4 3
2 1
6 3
2 1
4 Kab. Tulungagung
3 4
1 2
6 3
2 1
5 Kab. Blitar
4 3
1 2
6 2
2 1
6 Kab. Kediri
3 3
1 2
6 2
2 1
7 Kab. Malang
3 3
2 3
6 2
2 1
8 Kab. Lumajang
3 2
2 1
5 2
2 1
9 Kab. Jember
1 1
2 1
4 3
2 1
10 Kab. Banyuwangi 3
2 2
3 5
1 2
1 11 Kab. Bondowoso
3 2
2 2
4 1
2 1
12 Kab. Situbondo 3
2 2
3 4
1 2
1 13 Kab. Probolinggo
1 2
2 1
3 3
2 1
14 Kab. Pasuruan 1
3 2
2 5
2 2
1 15 Kab. Sidoarjo
3 3
2 3
6 1
2 1
16 Kab. Mojokerto 2
4 2
1 6
3 2
1 17 Kab. Jombang
2 2
2 3
6 3
2 1
18 Kab. Nganjuk 3
3 2
3 6
3 2
1 19 Kab. Madiun
3 3
1 4
6 2
2 1
20 Kab. Magetan 3
4 2
4 6
2 2
1 21 Kab. Ngawi
4 3
2 2
6 2
2 1
22 Kab. Bojonegoro 3
3 2
1 5
2 2
1 23 Kab. Tuban
3 1
2 2
5 2
2 1
24 Kab. Lamongan 2
3 2
2 5
1 2
1 25 Kab. Gresik
3 2
2 3
6 1
2 1
26 Kab. Bangkalan 2
1 2
2 3
1 2
1 27 Kab. Sampang
1 2
2 1
1 3
2 1
28 Kab. Pamekasan 1
1 2
1 3
2 2
1 29 Kab. Sumenep
1 1
1 1
2 1
2 1
30 Kota Kediri 4
3 2
3 na
3 2
2 31 Kota Blitar
3 3
1 3
na 1
2 2
32 Kota Malang 3
3 1
4 na
1 2
2
56
33 Kota Probolinggo 2
3 2
2 na
2 2
2 34 Kota Pasuruan
2 2
1 3
na 3
2 2
35 Kota Mojokerto 4
3 2
4 na
2 2
2 36 Kota Madiun
4 4
2 3
na 3
2 2
37 Kota Surabaya 4
2 1
2 na
1 2
2 38 Kota Batu
4 3
2 4
na 3
2 2
Sumber: BPPD Prov. Jatim
Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi 2011-2015 di Jawa Timur RAD- PG 2011-2015 berdasarkan kegiatan dan institusi pelaksana kegiatan yang
terstuktur secara integratif diwujudkan dalam 5 pilar rencana aksi, yang terdiri atas :
1. Perbaikan gizi masyarakat terutama pada ibu pra hamil, ibu hamil dan anak 2. Peningkatan aksesibilitas pangan yang beragam
3. Peningkatan pengawasan Mutu dan keamanan pangan 4. Peningkatan perilaku hidup sehat dan bersih PHBS
5. Penguatan kelembagaan pangan dan Gizi.
57 BAB V. METODE PENELITIAN
5.1 Desain, Lokasi, dan Waktu Kegiatan Penelitian ini menggunakan pendekatan dekriptif kualitatif yang
menekankan pada analisis data primer dan sekunder guna menghasilkan informasi penting yang dibutuhkan. Penelitian dilakukan di Kabupaten Jember
mulai bulan Februari hingga Mei 2015.
5.2 Tahapan Kegiatan Kegiatan dalam rangka penyusunan Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi
RAD-PG Kabupaen Jember adalah sebagai berikut: 1. Kegiatan Persiapan
Kegiatan ini dilakukan dalam rangka mempersiapkan disain dan kegiatan kajian yang akan dilakukan, meliputi pembahasan dan
penyusunan kerangka pikir kajian, tahapan dan model kegiatan, waktu pelaksanaan dan hasil yang akan dicapai dalam kajian.
Dalam kegiatan tersebut juga dilakukan persiapan administrasi, rencana penggunaan tenaga atau sumber daya manusia dan
pembuatan instrumen kajian. 2.
Kegiatan Pelaksanaan Kegiatan pelaksanaan yang akan dilakukan adalah melakukan
pengumpulan data kajian, baik data primer maupun data sekunder untuk kebutuhan analisis dan pembuatan laporan. Data
primer diperoleh dari hasil observasi dan wawancara dengan responden dan narasumber ahli yang berasal dari instansi yang
terkait dengan topik kajian di wilayah Kabupaten Jember, seperti dinas terkait, dan praktisi pertanian. Pada kegiatan tersebut
dilakukan juga pengumpulan data sekunder untuk memperkuat landasan teoritis dan data penunjang yang berkaitan dengan materi kajian
desk research. 3. Kegiatan Analisis Data dan Evaluasi
58 Kegiatan ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi dari
data-data yang telah diperoleh selama tahap pelaksanaan kajian. Tahapan pelaksanaan kajian dan metode analisis yang digunakan
ditunjukkan pada Gambar 5.1. Gambar 5.1. Tahapan Kajian dan Metode Analisisnya
Analisis Kondisi Umum Pencapaian Pangan Dan Gizi di Kabupaten Jember Metode Deskriptifi
Analisis Wilayah Rawan Pangani di Kabupaten Jember Metode Deskriptif dan Skoring
Strategi Pencapaian Pangan dan Gizi di Kabupaten Jember Metode Bayes, Expert Survey atau FGD
Perumusan Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi Kabupaten Jember Metode Deskriptif, Expert Survey atau FGD
Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi RAD-PG
Kabupaten Jember
Pengolahan data dilakukan berdasarkan metode analisis yang relevan, antara lain sebagai berikut:
a. Untuk memperoleh gambaran situasi mengenai pangan dan gizi di Kabupaten Jember yang mencakup tentang produksi dan
59 ketersediaan pangan, distribusi dan akses pangan diberbagai
wilayah kecamatan, pola konsusmsi pangan masyarakat, dan status gizinya
dilakukan analisis
menggunakan metode
statistik deskriptif.
Pengolahan data
dilakukan dengan
cara mengelompokan
data, menyusun
tabel atau
grafik, serta
menghitung nilai rata-ratanya. b.
Identifikasi dan analisis wilayah rawan pangan di Kabupaten Jember dilakukan dengan menggunakan teknik analisis deskriptif
menggunakan skoring merujuk pada indikator kerawanan pangan yang dipeoleh dari FIA Food Insecurity Atlas.
c. Perumusan strategi pencapaian pangan dan gizi di Kabupaten
Jember dilakukan dengan menggunakan metode bayes, expert survey
, dan atau FGD. Strategi yang akan disusun bersifat integratif dan berkesinambungan didasarkan atas kerangka umum arah dan
kebijakan pemerintah Kabupaten Jember maupun nasional sebagaimana tercantum dalam RPJMD Kabupaten Jember, tujuan
dan sasaran pembangunan milenium MDGs, dan kebijakan operasional dalam perbaikan Indeks Pembangunan Manusia IPM
Kabupaten Jember. d.
Rumusan RAD-PG Kabupaten Jember disusun menggunakan metode deskriptif, expert survey, dan atau FGD. RAD-PG bersifat
operasional dan merupakan derivasi dari strategi pencapaian pangan dan gizi yang telah diperoleh sebelumnya
4. Kegiatan Penyusunan Laporan Hasil analisis data dan bahasan kegiatan dituangkan dalam
bentuk Laporan Akhir dan laporan akhir. Pada akhir kegiatan ini disusun pula laporan ringkas dalam bentuk Executive Summary
yang merupakan intisari dari laporan akhir. 5.3 Metode Pengumpulan Data
Kajian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari para pakar yang mempunyai keahlian dan pengetahuan luas
60 terkait dengan ketahanan pangan. Penggalian informasi dari para pakar
dilakukan melalui wawancara pada saat dilangsungkan FGD atau expert survey. Wawancara dilakukan baik secara terstruktur dengan menggunakan alat bantu
kuesioner dan secara tidak struktur dengan melakukan wawancara secara mendalam in-depth interview yang bertujuan untuk mengeksplorasi informasi
sebanyak-banyaknya. Pakar yang digunakan sebagai responden mengikuti beberapa kriteria, antara lain 1 mempunyai reputasi, kedudukan dan
kredibilitas sebagai ahli dibidangnya; 2 mempunyai pengalaman yang cukup dan bersedia untuk diwawancarai. Pakar yang diwawancarai mempunyai
keahlian dibidang kesehatan, pertanian, pendidikan, dan sosial ekonomi yang terkait dengan ketahanan dan kerawanan pangan.. Narasumber ahli berasal dari
institusi pemerintah, instusi pendidikanperguruan tinggi, dan praktisi. Data sekunder diperoleh dari studi pustaka dalam rangka memperoleh
landasan teoritis dan data penunjang yang berkaitan dengan materi kajian desk research. Data diperoleh dengan cara penelusuran pada instansi terkait
meliputi Dinas Pertanian, Badan Pusat Statistik BPS, Perusahaan Listrik Negara PLN, Perusahaan Daerah Air Minum PDAM, Dinas Kesehatan, Kantor
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Jember 5.4 Metode Analisis
a Analisis Deskriptif Analisis deskriptif dilakukan dengan cara mengumpulkan, meringkas
dan menyajikan data hasil penelitian sehingga dapat dianalisis untuk mengetahui karakterisitik dan kecenderungannya secara umum. Analisis ini
dilakukan dengan cara mengeksplorasi karakteristik data seperti rata-rata mean, jumlah sum simpangan baku standard deviation, varians variance,
rentang range, serta nilai minimum dan maksimum. Hasil analisis disajikan dalam bentuk angka-angka numerik, tabel atau grafis sehingga lebih mudah
dipahami, bermakna, dan dapat memberikan informasi yang berguna. Analisis deskriptif dilakukan terhadap data-data penelitian untuk
mendapatkan profil mengenai produksi dan ketersediaan pangan, distribusi dan
61 akses pangan, pola konsumsi, dan indikator wilayah rawan pangan di
Kabupaten Jember. Jenis dan sumber data ditunjukkan oleh Tabel 5.1. Tabel 5.1. Jenis dan Sumber Data
No Jenis Data
Sumber Data 1.
Data serial perkembangan produksi tanaman
pangan per
wilayah kecamatan padi, jagung, kedelai, ubi
kayu, ubi jalar Dinas Pertanian Kab. Jember
2. Data serial perkembangan jumlah
ternak sapi, kambing, ayam, telur dan ikan per wilayah kecamatan
BPS, Dinas Peternakan dan Perikanan
3. Data
serial ketersediaan
pangan Energi, protein, lemak di Kabupaten
Jember KantorBadan Ketahanan Pangan
Kabupaten Jember
4. Data
serial jumlah
penduduk perwilayah kecamatan Kabupaten
Jember BPS
5. Data serial tingkat konsumsi energi
dan protein per kapita per hari Kabupaten Jember
KantorBadan Ketahanan Pangan Kabupaten Jember
6. Perkembangan capaian Pola Pangan
Harapan PPH Kabupaten Jember
KantorBadan Ketahanan Pangan Kabupaten Jember
7. Program-program intervensi
pemerintah Kabupaten Jember dalam stabilisasi harga gabah,
beras, komoditi pangan lainnya dan operasi pasar beras volume dan
frekuensi
Bulog; Bappekab Jember
8. Wilayah rawan
pangan di
Kabupaten Jember
KantorBadan Ketahanan Pangan Kabupaten Jember
9. Neraca Bahan Makanan Kabupaten jember
KantorBadan Ketahanan Pangan Kabupaten Jember
10. Masalah-masalah keren tanan
pangan banjir, fuso yang dihadapi
di Kabupaten Jember
KantorBadan Ketahanan Pangan Kabupaten Jember; Dinas
Pertanian
11.
Indikator Kerawanan Pangan:
-
Jumlah rumah tangga miskin
-
Jumlah rumah tangga yang memperoleh sambungan PLN
-
Angka Harapan Hidup
-
Prevalensi Balita gizi kurang menurut BBU
-
Jumlah anak yang tidak memperoleh imunisasi
-
Jumlah rumah tangga yang
KantorBadan Ketahanan Pangan Kabupaten Jember; Dinas
Kesehatan; BPS
62 mendapat air bersih
-
Jumlah dokter
-
Konsumsi pangan penduduk di masing-masing kecamatan
-
Kepadatan penduduk
12.
Program yang berkaitan dengan Pangan dan Gizi
Bappekab Jember; KantorBadan Ketahanan Pangan Kabupaten
Jember
b Teknik Skoring untuk Identifikasi Wilayah Rawan Pangan Indikator yang dipakai dalam penilaian kerawanan pangan terdiri dari
tiga aspek, yaitu ketesediaan pangan, akses pangan, dan kesehatan dan gizi, sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2. Indikator dan Definisi Komponen Kerawanan Pangan Kategori
Indikator Definisi
Ketersediaan Pangan
Konsumsi normatif per kapita terhadap
ketersediaan bersih padi, jagung, kedelai, ubi kayu,
dan ubi jalar Mengukur tingkat konsumsi dan
kemampuan suatu daerah dalam menyediakan bahan pangan padi,
jagung, kedelai, ubi kayu, dan ubi jalar.
Akses Pangan
-
Persen Rumah Tangga miskin
-
Persen RT terhubung dengan fasilitas listrik
-
RT Pra-Sejahtera dan RT Sejahtera 1 karena alasan
ekonomi dalam klasifikasi Kesejahteraan BKKBN
-
Persen RT yang memiliki akses fasilitarhadap listrik
Kesehatan dan Gizi
-
Angka Harapan Hidup AHH
-
Prevalensi balita gizi kurang BBU
-
Rasio jumlah penduduk per dokter terhadap
kepadatan penduduk
-
Populasi dengan akses ke air minum bersih
-
Persen anak yang tidak
-
Rata-rata jumlah tahun hidup yang diharapkan akan dicapai
seorang anak pada saat lahir
-
Persentase anak di bawah umur 5 tahun dengan berat kurang
dari tingkat sedang sampai tinggi kurang dari -2 SD
berdasarkan standar NCHS per kecamatan
-
Total populasi dibagi total dokter di kecamatan dibagi
dengan kepadatan penduduk
-
Pembagian jumlah RT yang mendapatkan air bersih dengan
total RT per kecamatan
-
Persen anak yang berumur 12
63 diimunisasi
-
Tingkat konsumsi pangan
sampai 13 bulan yang belum diimunisasi campakkecamatan
-
Rata-rata konsumsi pangan dibandingkan dengan Angka
Kecukupan Gizi AKG
Data konsumsi diambil dari Pemantauan Konsumsi Gizi PKG Kabupaten Jember. Pemantauan Konsumsi Gizi PKG merupakan salah satu kegiatan yang
dilakukan oleh Departemen Kesehatan dalam rangka ketahanan pangan untuk mengetahui besaran rawan pangan secara berkala setiap tiga tahun sekali. PKG
menjadi sangat penting karena dapat digunakan sebagai acuan bagi pemerintah untuk mengetahui tingkat kebutuhan konsumsi pangan di wilayah kerja
masing-masing. PKG dilakukan agar ketahanan pangan tingkat rumah tangga dapat diketahui. Hasil PKG dapat dipakai sebagai dasar perencanaan
pembangunan pangan dan gizi di Kabupaten Jember. Data dianalisis secara deskriptif, selanjutnya diklsifikasikan ke dalam
enam kategori kerawanan pangan berdasarkan indikator yang ada. Suatu rumah tangga dikatakan tahan pangan apabila Tingkat Konsumsi Energi di atas 70
persen TKE 70. Jika Tingkat Konsumsi Energi di bawah 70 persen TKE 70, maka rumah tangga tersebut dikatakan rawan pangan Depkes 2000.
Indikator yang
digunakan dalam
analisis kerawanan
pangan menyesuaikan dengan indikator FIA Food Insecurity Atlas yang digunakan
WFP World Food Programme 2003 dalam analisis kerawanan pangan nasional. Dalam hal ini, untuk meningkatkan akurasinya, telah dilakukan
penyesuaian pengukuran. Pada mulanya satuan berat dipakai sebagai indikator ketersediaan, kemudian diganti dengan satuan kalori berdasarkan kecukupan
energi. Konsumsi normatif per kapita diukur dengan:
1. Komoditas yang dipertimbangkan padi, jagung, ubi kayu, kedelai dan ubi jalar yang diproduksi di daerah tersebut
2. Ketersediaan pangan dalam satuan kalori 3. Kebutuhan normatif dihitung dalam satuan 270 grkaphari atau 1100
kkalkapitahari.
64 Penilaian pada masing-masing indikator kerawanan pangan dapat dilihat
dalam Tabel 5.3. Tabel 5.3. Penilaian pada masing-masing indikator kerawanan pangan
Indikator Uraian
1. jumlah rumah tangga miskin
Pengukuran A = jumlah Rumah Tangga Pra-Sejahtera
B = jumlah Rumah Tangga Sejahtera I C = Total Rumah Tangga di masing-masing kecamatan
Rumusan indikator 2 adalah: X2 = A+BC100 Penilaian:
2. 30 3. 25 – 30
4. 20 – 25 5. 25 – 20
6. 10 – 15 7. =10
Sangat Rawan Rawan
Agak rawan Cukup tahan
Tahan Sangat tahan
2. rumah tangga dengan akses
listrik Pengukuran:
Rumah Tangga yang menggunakan listrik, baik dari PLN maupun dengan cara lain seperti diesel, kincir
air, dll → A Jumlah Rumah Tangga yang terdapat di wilayah
tersebut → B Rumusan indikator 3 : X3 = AB100
Penilaian : 1. 75
8. 75 - 80 9. 80 - 85
10. 85 - 90 11. 90 - 95
12. =95 Sangat Rawan
Rawan Agak rawan
Cukup tahan Tahan
Sangat tahan
3. Angka Harapan Hidup AHH
Pengukuran: Rata-rata jumlah tahun hidup yang diharapkan akan
dicapai Jumlah total anak berumur 1 tahun dibagi dengan
jumlah total anak hidup saat dilahirkan Penilaian :
1. 55 2. 55 - 57
3. 57 - 59 4. 59 - 61
5. 61- 63 6. ≤63
Sangat Rawan Rawan
Agak rawan Cukup tahan
Tahan Sangat tahan
4. Balita
Gizi kurang
Pengukuran: Jumlah balita → A
Jumlah balita gizi kurang → B
65 Rumusan indikator 4 :
X4 = AB100 Penilaian :
1. 50 2. 45 – 50
3. 40 – 45 4. 35 – 40
5. 25 – 35 6. = 25
Sangat Rawan Rawan
Agak rawan Cukup tahan
Tahan Sangat tahan
5. Jumlah penduduk per dokter
sesuai dengan kepadatan
penduduk Pengukuran :
Jumlah penduduk per dokter sesuai dengan kepadatan penduduk merupakan perhitungan dari
total populasi dibagi total dokter di kecamatan menghasilkan jumlah penduduk pe dokter
Hasilnya kemudian dibagi dengan kepadatan penduduk untuk memperoleh jumlah populasi
terkoreksi yang dilayani per dokter. Semakin banyak penduduk yang dilayani seorang dokter di wilayah
tertentu menunjukkan semakin rendah akses penduduk terhadap pemeliharaan kesehatan
Rumusan indikator 5: X5 = ABC100
A = Jumlah penduduk jiwa B = jumlah dokter orang
C = Kepadatan penduduk jiwakm2 Penilaian :
1. = 100 2. 80 - 100
3. 60 - 80 4. 40 - 60
5. 20 - 40 6. 20
Sangat Rawan Rawan
Agak rawan Cukup tahan
Tahan Sangat tahan
6. Rumah tangga akses
ke air
bersih Pengukuran :
Jumlah rumah tangga yang menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari tahun 2014 A
Jumlah rumah tangga menggunakan sumur gali, PAM, sumur pompa, hidrant umum, perpipaan air, mata air
B Rumusan indikator 6 :
X6 = BA100 Penilaian :
1. = 40 2. 40 – 50
3. 50 – 65 4. 65 – 80
5. 80 – 90 6. =90
Sangat Rawan Rawan
Agak rawan Cukup tahan
Tahan Sangat tahan
66 7.
anak yang
tidak diimunisasi Pengukuran :
Persentase anak yang berumur 12 – 13 bulan yang diimunisasi A
Jumlah anak yang terdapat di wilayah tersebut B Rumusan indikator 7
X7 = 1-BA100 Penilaian :
1. 20 2. 15 - 20
3. 10 - 15 4. 5 - 10
5. 2,5 - 5 6. 2,5
Sangat Rawan Rawan
Agak rawan Cukup tahan
Tahan Sangat tahan
8. Tingkat konsumsi
pangan 70 Pengukuran:
Klasifikasi tingkat konsumsi pangan yang dipergunakan adalah menurut Departemen Kesehatan 1996
Penilaian:
1. 50 2. 40 - 50
3. 30 - 40 4. 20 - 30
5. 10 - 20 6. 10
Sangat Rawan Rawan
Agak rawan Cukup tahan
Tahan Sangat tahan
Hasil analisa seluruh indikator yang sangat mempengaruhi kerawanan pangan pada masing-masing kecamatan kemudian diurutkan menurut kategori
dengan menggunakan metode rangking. Untuk mengetahui tingkat kerawanan dihitung berdasarkan tingkat kerawanan yang dibagi menjadi enam status
kerawanan Dewan Ketahanan Pangan RI Program Pangan Dunia 2003 yang dapat dilihat pada Tabel 5.4.
Tabel 5.4. Rangking tingkat kerawanan pangan Tingkat Kerawanan
Total Skor Sangat Rawan
Rawan Agak rawan
Cukup tahan Tahan
Sangat tahan 8 – 12
15 – 21 22 – 28
29 – 34 35 – 41
42 – 48
67 c Teknik Bayes untuk Perumusan Strategi Pangan dan Gizi
Strategi pangan dan gizi merupakan wujud kebijakan strategis yang dapat diambil oleh pengambil kebijakan untuk menangani dan
menanggulangi kerawanan pangan di Kabupaten Jember. Strategi yang
nantinya dirumuskan
bersifat integratif
agar bersifat
operasional dan berkesinambungan dengan program-program yang telah direncanakan oleh SKPD yang mempunyai keterkaitan baik
langsung maupun secara tidak langsung dalam upaya peningkatan indikator-indikator
kerawanan pangan.
Karakteristik tersebut
menimbulkan konsekuensi akan terdapat beragam alternatif strtategi yang dapat dipilih.
Metode FGD dan atau expert survey yang dilakukan dengan wawancara, brainstorming atau melalui bantuan kuisioner berupaya
menjaring bermacam alternatif strategi dari para pakar. Kemudian, strategi yang menjadi prioritas dipilih menggunakan metode Bayes
berdasarkan kriteria. Beberapa kriteria yang diusulkan antara lain: a.
Efektifitas pelaksanaan strategi b.
Dampaknya terhadap strategi lainnya c. Kemudahan implementasi strategi
d. Kesesuaian strategi dengan kebijakan lainnya
e. Dampak eksternalitas strategi
Metode Bayes merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk melakukan analisis dalam pengambilan keputusan
terbaik dari sejumlah alternatif dengan tujuan menghasilkan perolehan yang optimal. Untuk menghasilkan strategi yang efektif
perlu dipertimbangkan berbagai kriteria. Penilaian alternatif strategi pada masing-masing kriteria menggunakan skala hedonik, yaitu
sangat kurang bagus 1 sampai sangat bagus 5. Prosedur metode bayes adalah sebagai berikut:
1. Menyusun alternatif-alternatif strategi yang akan dipilih
2. Menentukan kriteria-kriteria yang penting untuk dievaluasi 3.
Menentukan tingkat kepentingan setiap kriteria
68 4. Melakukan penilaian terhadap semua alternatif skor
5. Menghitung total skor untuk setiap alternatif strategi
6. Menentukan urutan prioritas strategi berdasarkan skor atau total nilai setiap alternatif.
Persamaan matematis metode Bayes adalah sebagai berikut:
dimana; TN
i
= total nilai akhir dari alternatif ke-i Nilai
ij
= nilai dari alternatif ke-i pada kriteria ke-j Krit
j
= tingkat kepentingan bobot kriteria ke-j i
= 1,2,3,….,n n = jumlah alternatif j
= 1,2,3,….,m m = jumlah kriteria
Sementara itu, tingkat kepentingan bobot kriteria yang digunakan dalam analisis Bayes ditentukan menggunakan teknik
pairwise comparison dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1 Penyusunan matriks perbandingan antar kriteria.
2 Melakukan perbandingan berpasangan antar kriteria menggunakan skala Saaty, yaitu mulai dari 1 hingga 9. Definisi skala perbandingan dapat
dilihat pada Tabel 5.5.
69 Tabel 5.5 Definisi Skala Saaty
Skala Difinisi
Penjelasan 1
Kedua elemen
sama pentingnya
Dua elemen sama kuat pada sifatnya
3 Eelemen yang satu sedikit
lebih penting dibandingkan elemen lainnya
Pertimbangan sedikit lebih menyokong satu elemen
atas elemen lainnya
5 Elemen yang satu sangat
penting disbanding elemen lainnya
Satu elemen dengan kuat disokong dan dominasinya
telah terlihat
dalam praktek
7 Elemen yang satu jelas lebih
penting dibandingkan elemen lainnya
Satu elemen dengan kuat disokong dan dominasinya
telah terlihat
dalam praktek
9 Elemen yang satu mutlak
lebih penting dibandingkan elemen lainnya
Bukti yang
menyokong elemen yang satu memiliki
tingkat penegasan tertinggi 2,4,6,8
Nilai-nilai diantara
2 pertimbangan
Komponen diperlukan
diantara 2 pertimbangan kebalikan Jika elemen I mendapat nilai 7 dibandingkan elemen j, maka
elemen j mempunyai nilai 17 bila dibandingkan elemen i 3 Nilai-nilai perbandingan yang telah dilakukan harus diperoleh tingkat
konsistensinya, misalnya bila dalam melakukan perbandingan, hasil yang didapat AB dan BC, maka secara logis seharusnya AC. Untuk
menghitung tingkat konsistensinya ini digunakan rumus Consistency Ratio. 4 Melakukan analisis pengolahan secara horisontal utnuk menentukan nilai
eigen dengan persamaan sebagai berikut: a. Perkalian baris Z
n ij
n j
i
a Z
1 =
Π =
b. Perkalian vektor prioritas atau vektor eigen
= =
=
Π Π
=
n i
n j
n ij
n j
a eVP
1 1
1 1
eVP
i
adalah elemen vektor prioritas ke-i.
70 b. Perhitungan nilai eigen maksimum λ
max
VA = a
ij
x VP dengan VA = V
ai
VB = VAVP dengan VB = V
bi
VA = VB = Vektor antara Vb
i
untuk i = 1, 2, ..., n [5] Perhitungan nilai indeks konsistensi CI
Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui konsistensi jawaban yang akan berpengaruh kepada kesahihan hasil.
1
max
− −
= n
n CI
λ
Untuk mengetahui apakah CI dengan besaran tertentu cukup baik atau tidak, perlu diketahui rasio yang dianggap baik, yaitu apabila CR ≤ 0.1.
RI CI
CR =
Nilai RI merupakan nilai random indeks yang dikeluarkan oleh Oarkridge Laboratory sebagimana ditunjukkan sebagai berikut:
Dimana; Z
i
: vektor eigen baris ke-i
i
eVP : elemen vektor prioritas ke-i.
a
ij
: elemen untuk baris ke-i lalu ke-j
n :
jumlah elemen VP
i
: vektor prioritas baris ke-i
VA
i
: vektor antar baris ke-i
λ
max
: nilai eigen maksimum
CI :
consistency index CR
: consistency ratio
RI :
random consistency index
71 5.5 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam kajian ini dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Tingkat kerawanan pangan adalah keadaan ketidakcukupan pangan rumah
tangga untuk memenuhi kebutuhan fisiologis bagi pertumbuhan dan kesehatan hidup aktif dan produktiff pada waktu tertentu yang dilihat
dari akses pangan, kesehatan, dan gizi. 2. Akses pangan adalah keadaan ekonomi yang mendukung kemudahan
rumah tangga untuk memperoleh pangan. 3. Persen miskin adalah persentase rumah tangga yang masuk kategori
Rumah tangga Pra-Sejahtera dan Rumah tangga Sejahtera I dibandingkan total rumah tangga di masing-masing kecamatan.
4. Persen listrik adalah persentase rumah tangga yang mendapat sambungan listrik di kecamatan tersebut dan tercatat resmi di PLN.
5. Kesehatan dan gizi adalah satuan aspek kerawanan pangan yang berkaitan dengan sarana dan pelayanan yang mendukung kesehatan rumah tangga di
kecamatan Kabupaten Jember. 6. Angka Harpan Hidup AHH adalahh rata-rata jumlahh tahun hidup yang
diharapkan akan dicapai seorang anak pada saat lahir. 7. Prevalensi gizi kurang adalah penjumlahan antara prevalensi balita yang
berstatus gizi kurang dan buruk di masing-masing kecamatan yang diambil dari data hasil Pemantauan Status Gizi PSG Balita 0 – 59 bulan tahun
2006. 8. Rasio jumlah penduduk per dokter adalah perbanndingan antara total
populasi dengan total dokter di kecamatan dibagi dengan kepadatan penduduk.
9. Persen akses air bersih adalah persentase pembagian antara jumlah rumah tangga yang memperoleh air bersih yang berasal dari sumur gali, PAM,
sumur pompa, hidrant umum, perpipaan air, mata air, dengan jumlah rumah tangga di masing-masing kecamatan.
10. Persen anak tidak imunisasi adalah persentase anak yang berumur 12 – 13 bulan yang tidak mmendapat imunisasi campak. Imunisasi yang dipakai
sebagai acuan adalah imunisasi campak, dengan asumsi anak yang telah
72 diimunisasi campak berarti telah mendapat imunisasi sebelumnya BCG,
DPT, dan Polio. 11. Tingkat konsumsi pangan adalah perbandingan jumlah kebutuhan energi
yang dikonsumsi dengan angka kecukupan energi AKE yang dianjurkan. 12. Ketersediaan tingkat kecamatan adalah jumlah pangan yang harus
tersedia untuk memenuhi kebutuhan pangan rumah tangga di kecamatan. 13. Konsumsi normatif adalah rasio kebutuhan pangan pokok penduduk per
tahun dibandingkan dengan produksi tanaman pangan setara beras per tahun di tiap kecamatan.
14. Programintervensi pemerintah adalah kegiatan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten Jember melalui SKPD terkait untuk mencegah
dan menanggulangi kerawannan pangan. 15. Rekomendasi adalah saran yang diajukan sesuai dengan hasil kajian untuk
mencegah dan menanggulagi masalah yang berkaitan dengan kerawanan pangan di tiap kecamatan.
16. Indikator adalah sesuatu yang dapat memberikan indikasi terjadinya kerawanan pangan di suatu wilayah.
73 5.6
Jadwal Kegiatan Adapun jadwal kegiatan pelaksanaan pekerjaan Rencana Aksi Daerah
Pangan dan Gizi Kabupaten Jember dinyatakan oleh Tabel 8. Tabel 5.6. Jadwal Kegiatan
NO BENTUK KEGIATAN
Minggu
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1
1 1
2
1 Persiapan
• Persiapan Administrasi • Persiapan Konsep
• Persiapan Instrument Kegiatan • PersiapanTenaga
2 Pelaksanaan Tahap Pertama
• Survey Pendahuluan di Lapang • Koordinasi antar Lembaga
• Pembuatan Laporan Akhir 3
Pelaksanaan Tahap Kedua • Survey Lanjutan
• Melengkapi Data yang Dibutuhkan
4 Pengolahan Data
• Klasifikasi Data dan Tabulasi Data
• Pengolahan Data dengan Alat Analisis
5 Analisis Data
• Melakukan Analisis atas Hasil Pengolahan Data
6 Penyusunan Draft Laporan Akhir
• Menyusun Hasil Kegiatan dan Pembahasan
• Diskusi dengan Instansi Terkait 7
PenyusunanLaporanAkhir • Revisi Hasil Pembahasan Draft
Lapran Akhir • Pengadaan Lapran Akhir
• Penyusunan dan Pengadaan Executive Summary
74 BAB VI. ANALISIS DATA PANGAN DAN GIZI KABUPATEN JEMBER
6.1 Analisis Kondisi Umum Pangan dan Gizi Kabupaten Jember merupakan salah satu daerah penghasil beras
terbesar di Indonesia. Pada tahun 2014 luas panen tanaman padi adalah sebesar 162.619 Ha dengan produksi total beras sebesar 930.027 ton. Sentra produksi
padi ada di kecamatan Gumukmas, Sumberbaru, Tanggul, dan Bangsalsari. Tanaman pangan yang berpotensi di Kabupaten Jember selain beras adalah
jagung dengan luas panen 57.118 Ha dengan produksi total 384.896 ton, kedelai dengan luas panen 9.456 Ha dengan produksi total 21.348 ton, kacang dengan
luas panen 2.805 Ha dengan produksi total 4.035 ton, singkong dengan luas panen 2.741 Ha dengan produksi total 47.803 ton, dan ubi jalar dengan luas
panen 813 Ha dengan produksi total 47.803 ton Jember dalam Angka 2012. Kondisi pertanian yang cukup besar, idealnya mampu memenuhi kebutuhan
akan pangan bagi penduduk. Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional Tahun 2012, jumlah
penduduk Kabupaten Jember adalah sebesar 2.362.179 jiwa, meningkat 0,70 bila dibandingkan Tahun 2011 sebesar 2.345.851 jiwa. Peningkatan jumlah
penduduk tersebut mempengaruhi tingkat kepadatan penduduk yang juga mengalami peningkatan dari 712,30 jiwakm² pada tahun 2011 menjadi 717,26
jiwakm² pada tahun 2012. Kepadatan penduduk yang cukup tinggi terjadi pada wilayah ibu kota kabupaten seperti Kecamatan Kaliwates, Sumbersari, Patrang
dengan tingkat kepadatan masing-masing 4.485,20 jiwakm², 3.408,34 jiwakm² dan 2.553,96 jiwakm².
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Anas, dkk beserta Dosen Universitas Jember, diperoleh informasi sebagai berikut.
1. Kondisi ketersediaan pangan di Kabupaten Jember dari tahun 1991 sd 2006: a. Rata-rata ketersediaan beras dari tahun 1991 sd 2006 di Kabupaten
Jember ialah surplus. b. Rata-rata ketersediaan jagung dari tahun 1991 sd 2006 di Kabupaten
Jember ialah surplus.
75 c. Rata-rata ketersediaan kedelai dari tahun 1991 sd 2006 di Kabupaten
Jember ialah minus. d. Rata-rata ketersediaan kacang tanah dari tahun 1991 sd 2006 di
Kabupaten Jember ialah minus. e. Rata-rata ketersediaan ubi kayu dari tahun 1991 sd 2006 di Kabupaten
Jember ialah minusdefisit. f. Rata-rata ketersediaan ubi jalar dari tahun 1991 sd 2006 di Kabupaten
Jember minusdefisit. 2. Dari analisis ketahanan pangan tiap kecamatan di Kabupaten Jember tahun
1991-2006 dapat diketahui bahwa kecamatan dengan trend linier indeks ketahanan pangan yang menurun ialah Kecamatan Arjasa dan Kecamatan
Jelbuk. 3. Peningkatan indeks ketahanan pangan yang terjadi pada tiap kecamatan di
Kabupaten Jember rata-rata disebabkan oleh adanya kenaikan PDRB di tiap kecamatan.
4. Dari analisis ketahanan pangan rumah tangga, diperoleh hasil bahwa masyarakat Desa Panduman termasuk dalam golongan kurang tercukupi
atau kurang tahan pangan. 5. Dari analisis ketahanan pangan rumah tangga, diperoleh hasil bahwa
masyarakat Desa Puger Wetan termasuk dalam golongan tahan pangan. Di bawah ini merupakan informasi tentang Angka Kecukupan Protein
dan Energi masyarakat Desa Panduman. Tabel 6.1. Angka Kecukupan Protein dan Energi Masyarakat Desa Panduman
Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember Tahun 2008
Keterangan Rata-rata
Konsumsi Protein per hari gramkap 30,19
Kecukupan Protein per hari gramkap 50,00
Tingkat Kecukupan Protein TKP 60,37
Konsumsi Energi per hari gramkap 1 495,41
Kecukupan Energi per hari gramkap 2 550,00
Tingkat Kecukupan Energi TKE 58,64
Angka Kecukupan Gizi Pangan AKG 59,51
Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2008
76 Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tingkat
kecukupan protein di Desa Panduman sebesar 60,37, yang lebih kecil dari 75, yaitu hal ini menunjukkan bahwa tingkat kecukupan protein di Desa
Panduman belum
tercukupi atau
kurang tahan
pangan. Tingkat
pengkonsumsian protein per orang per hari yang mencapai 30,19 gram, bisa dikatakan belum mencukupi standart ketentuan yang telah ditetapkan dalam
Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi tahun 1998, yaitu sebesar 50 gram per orang per hari.
Perhitungan tingkat kecukupan energi di Desa Panduman berada dibawah 75, yaitu sebesar 58,64. Hal ini bisa dikatakan bahwa, kecukupan
energi di Desa Panduman kurang tercukupi. Tingkat pengkonsumsian energi per orang per hari, sebesar 1 495,41 kalori, belum bisa mencukupi standart
ketentuan, yang telah ditetapkan dalam Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi tahun 1998, yaitu sebesar 2.550 kalori per orang per hari.
Tingkat konsumsi protein, dan energi pada masyarakat Desa Panduman, belum mencukupi standart ketentuan yang telah ditetapkan dalam Widya Karya
Nasional Pangan dan Gizi tahun 1998, dikarenakan ibu rumah tangga kurang kreatif, dalam pemilihan pemenuhan konsumsi bahan makanan setiap harinya.
Pemilihan menu rumah tangga relatif monoton, sehingga kandungan energi, dan protein kurang bervariasi. Rata-rata masyarakat Desa Panduman, melengkapi
makanan pokok dengan lauk pauk, seperti; tempe, tahu, ikan laut, dan telur ayam, yang kesemuanya, merupakan jenis makanan yang mengandung protein
yang tinggi. Namun demikian, jumlah gram per harinya, kurang mencukupi tingkat kecukupan protein.
Ketersediaan energi yang didasarkan pada kecukupan kalori, hanya menggantungkan pada bahan makanan pokok saja. Padahal kalori yang ada di
bahan makanan pokok, yaitu; beras masih kurang, bila tidak ditunjang dengan makanan, atau minuman lain yang mengandung kalori tinggi. Karena
masyarakat Desa Panduman kurang dalam hal konsumsi energi dan protein, maka masyarakat rentan terserang penyakit yang disebabkan oleh kekurangan
energi dan protein seperti Kwashiorkor, Marasmus, dan Marasmic Kwashiorkor.
77 Tabel 6.2. Angka Kecukupan Protein dan Energi Masyarakat Desa Puger Wetan
Kecamatan Puger Kabupaten Jember Tahun 2008 Keterangan
Rata-rata Konsumsi Protein per hari gramkap
51,37 Kecukupan Protein per hari gramkap
50,00 Tingkat Kecukupan Protein TKP
102,75 Konsumsi Energi per hari gramkap
1 480,03 Kecukupan Energi per hari gramkap
2 550,00 Tingkat Kecukupan Energi TKE
58,04 Angka Kecukupan Gizi Pangan AKG
80,39
Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2008
Hasil perhitungan diatas menunjukkan bahwa tingkat kecukupan protein di Desa Puger Wetan sebesar 102,75 , yang lebih besar dari 75, yaitu hal ini
menunjukkan bahwa tingkat kecukupan protein di Desa Puger Wetan sudah tercukupi atau tahan pangan. Tingkat pengkonsumsian protein per orang per
hari yang mencapai 51,37 gram, bisa dikatakan sudah mencukupi standart ketentuan yang telah ditetapkan dalam Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi
tahun 1998, yaitu sebesar 50 gram per orang per hari. Hal ini karena di Kabupaten Jember bagian selatan seperti di Desa Puger Wetan terdapat laut
yang menjadi batas Kabupaten Jember di sisi selatan. Masyarakat Jember di bagian selatan kebutuhan proteinnya tercukupi karena akses yang mudah untuk
mendapatkan ikan laut. Perhitungan tingkat kecukupan energi di Desa Puger Wetan berada
dibawah 75, yaitu sebesar 58,04. Hal ini bisa dikatakan bahwa, kecukupan energi di Desa Puger Wetan kurang tercukupi. Tingkat pengkonsumsian energi
per orang per hari, sebesar 1 480,03 kalori, belum bisa mencukupi standart ketentuan yang telah ditetapkan dalam Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi
tahun 1998 yaitu sebesar 2 550 kalori per orang per hari. Tingkat konsumsi protein pada masyarakat Desa Puger Wetan sudah
mencukupi standart ketentuan yang telah ditetapkan dalam Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi tahun 1998. Rata-rata masyarakat Desa Panduman
melengkapi makanan pokok dengan lauk pauk seperti; tempe, tahu, ikan laut,
78 dan telur ayam, yang kesemuanya merupakan jenis makanan yang mengandung
protein yang tinggi. Namun demikian, masyarakat Desa Puger Wetan kurang memperhatikan konsumsi energi yang didasarkan pada kecukupan kalori,
hanya menggantungkan pada bahan makanan pokok seperti; beras, jagung dan bahan makanan lain yang mengandung kalori tinggi. Karena masyarakat Desa
Puger wetan kurang cukup dalam hal konsumsi energi, masyarakat Desa Puger Wetan rentan terserang penyakit yang ditimbulkan oleh kekurangan energi
yang sering disebut Marasmus. Tanda-tanda anak yang mengalami Marasmus adalah badan kurus kering, rambut rontok dan flek hitam pada kulit. Pada ibu
hamil kekurangan energi mempunyai dampak kesehatan terhadap ibu dan anak dalam kandungan, antara lain meningkatkan risiko bayi dengan berat lahir
rendah, keguguran, kelahiran premature dan kematian ibu dan bayi baru lahir. Masyarakat Desa Puger Wetan lebih mementingkan konsumsi protein
karena kebutuhan protein dapat di dapat dari ikan laut tanpa harus membeli karena letak desa yang dekat dengan laut. Selain itu, masyarakat mengkonsumsi
ikan laut dari pemberian tetangga maupun kerabat yang baru pulang dari menangkap ikan di laut. Jadi, meskipun tidak mempunyai uang untuk membeli,
tetapi masyarakat Desa Puger Wetan dapat mencukupi kebutuhan protein.
6.2 Analisis Wilayah Rawan Pangan