78 Minangkabau. Demikian pula hanya jika terjadi peristiwa kematian,
kerja sama antar warga berjalan secara spontan. Jika warga menghadapi masalah biasanya mereka akan lebih dahulu meminta
pertolongan pada tetangga dan baru kemudian kepada kerabat atau keluarga dekatnya. Umumnya anak-anak mereka bermain di sekitar
lingkungan rumah.
4.5. Strategi Adaptasi dalam Mengatasi Kemiskinan
Penghasilan yang diperoleh warga pemukiman kumuh ini dari kegiatan mencari nafkah tidak mencukupi untuk memenuhi berbagai
kebutuhan hidup mereka karena dipengaruhi oleh harga-harga yang selalu naik, kebutuhan yang harus dipenuhi sangat beraneka ragam dan
penghasilan mereka yang tidak selalu pasti di sektor informal tersebut. Oleh sebab itu berbagai strategi adaptasi harus mereka kembangkan agar dapat
bertahan hidup dalam mengatasi kemiskinan yang mereka alami. Strategi adaptasi merupakan langkah atau cara yang diambil individu atau
masyarakat dalam menyesuaikan diri atau memperkuat daya tahannya terhadap lingkungan atau kondisi yang dialaminya. Strategi adaptasi melalui
pola-pola kelakuan dan sikap yang ditunjukkan warga miskin tersebut merupakan bagian dari kebudayaan kemiskinan warga pemukiman kumuh
tersebut. Berbagai strategi adaptasi yang dikembangkan warga pemukiman kumuh ini adalah :
Universitas Sumatera Utara
79 4.5.1. Strategi Adaptasi dalam Kehidupan Ekonomi
Strategi adaptasi warga pemukiman kumuh dalam kehidupan ekonomi, antara lain adalah :
1 Mencari pekerjaan sampingan atau menambah jam kerja Bidang – bidang pekerjaan yang menjadi sumber mata
pencaharian hidup warga pemukiman kumuh ini adalah berjualan di pajak pagi Pulo Brayan, penarik becak dayung atau beca
bermotor, tukang tambal ban motor, buruh bangunan, tukang bangunan, supir, penjahit, karyawan toko, pemulung dan lain-lain.
Mereka memperoleh pekerjaan tersebut dengan mencarinya sendiri, melalui informasi dari teman atau dari kerabat. Seluruh anggota
keluarga terlibat dalam kegiatan mencari nafkah, walaupun demikian tetap juga tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari secara layak. Agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya maka warga
pemukiman kumuh ini harus mencari pekerjaan sampingan atau menambah jam kerja agar memperoleh tambahan penghasilan.
Misalnya seorang ayah dalam sebuah keluarga yang memiliki pekerjaan utama sebagai penarik becak, juga melakukan pekerjaan
sampingan sebagai tukang bangunan atau buruh bangunan atau menambah jam kerjanya dalam mencari penumpang. Jika memiliki
keterampilan dalam bidang listrik atau memperbaiki alat-alat
Universitas Sumatera Utara
80 elektronik, akan menggunakan keterampilannya tersebut kalau ada
warga lain yang membutuhkan jasanya. Mereka umumnya memilih untuk mencari pekerjaan sampingan atau menambah jam kerja
karena merasa malu kalau harus meminjam uang kepada tetangga atau kerabatnya. Demikian pula halnya dengan seorang ibu di
dalam sebuah keluarga akan mencari pekerjaan sampingan sebagai tukang cucisetrika, menjadi pemulung atau membuka warung kecil
di rumahnya. Salah seorang informan yaitu Agustina Hutapea 34 tahun mengemukakan sebagai berikut :
“sehari-harinya aku memang jualan makanan ringan jajanan di rumah, tapi aku juga sambil kerja jadi
tukang cuci di rumah majikanku yang rumahnya dekat dari sini. Aku nyuci hanya sampai jam 10 atau
11 saja, sesudah aku pulang ke rumah barulah aku jualan. Aku harus membantu suamiku cari makan
karena kerjanya cuma buruh bangunan, biar kami bisa punya uang”.
Mencari pekerjaan sampingan atau menambah jam kerja sebagai bagian dari strategi adaptasi dalam mempertahankan
kelangsungan hidup merupakan gejala yang umum di kalangan masyarakat miskin. Penelitian Wahyudi memperlihatkan bahwa
kerja sampingan untuk menambah penghasilan misalnya kaum bapak menjadi makelar tanah, rumah atau barang-barang
elektronik, membuka warung kopi atau warung rokok, bertukang atau menambah jam kerja dengan lembur. Sedangkan kaum ibu
menerima pesanan makanan, membuka kedai sederhana atau
Universitas Sumatera Utara
81 warung kecil, menjajakan pakaian atau perabot rumah tangga dari
rumah ke rumah, mengambil jahitan atau bordir pakaian, menawarkan jasa pijat, mencucisetrika atau membersihkan rumah
Wahyudi, 2007. Soembodo 2013 mengemukakan bahwa masyarakat miskin
dapat survive karena mengembangkan mekanisme survival yaitu menganekaragamkan kegiatan-kegiatan kerja mereka sehingga
pekerjaan-pekerjaan yang paling merendahkan martabat pun diterima kendati bayarannya rendah. Strategi adaptasi seperti
menerima pekerjaan yang dapat merendahkan martabat bagi pihak lain mungkin dianggap sebagai tindakan yang irrasional, tetapi bagi
masyarakat miskin tindakan tersebut merupakan pemecahan dari himpitan kesulitan ekonomi yang mereka alami.
2 Meminjam uang atau mengutang di warung Warga pemukiman kumuh ini tidak seluruhnya dapat
menambah penghasilannya dengan mencari pekerjaan sampingan atau menambah jam kerja, karena keterbatasan keterampilan yang
dimilikinya atau karena pekerjaan utamanya tidak memungkinkan tersedianya peluang menambah jam kerja seperti buruhtukang
bangunan, karyawan toko, dan lain-lain. Oleh sebab itu untuk mengatasi kesulitan keuangan yang dialaminya maka mereka harus
Universitas Sumatera Utara
82 meminjam uang kepada tetanggakerabat atau mengutang ke
warung untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Penghasilan yang pas-pasan atau bahkan cenderung tidak
mencukupi dalam memenuhi kebutuhan hidup, menyebabkan sangat mustahil bagi warga pemukiman kumuh ini dapat memiliki
tabungan dalam bentuk uang maupun barang-barang berharga seperti emas. Tabungan dapat dimanfaatkan jika ada
kebutuhan yang sifatnya mendadak, tetapi karena tidak memiliki tabungan maka meminjam uang mengutang merupakan jalan
keluar yang terpaksa harus dilakukan. Oleh sebab itu mekanisme “gali lubang tutup lubang” merupakan jalan keluar yang biasa
dilakukan warga pemukiman kumuh ini agar dapat melangsungkan kehidupannya. Jika mereka harus meminjam uang maka biasanya
mereka akan meminjamnya kepada tetangga atau kepada kerabatkeluarga. Adakalanya mereka juga harus mengutang di
warung jika tidak memiliki uang untuk membeli beras atau berbagai kebutuhan sehari-hari lainnya. Salah seorang informan
yaitu Nani 50 tahun mengemukakan sebagai berikut : “kalau aku lagi kehabisan uang biasanya aku pinjam
dulu sama tetangga atau mengutang dulu ke warung untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Tetapi kalau
jumlah yang mau dipinjam itu besar barulah kupinjam sama keluargaku yang rumahnya juga
dekat dari sini”
Universitas Sumatera Utara
83 Aksesibilitas warga pemukiman kumuh ini untuk
mendapatkan pinjaman dari bank, hampir tidak pernah mereka dapatkan karena tidak memiliki sesuatu yang dapat dijadikan
agunan atas pinjaman tersebut. Dengan demikian kemiskinan yang dialami warga pemukiman kumuh ini juga disebabkan oleh adanya
kemiskinan struktural yang dialami warga miskin di daerah perkotaan. Soemardjan dalam Alfian 1980 mengemukakan
kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang diderita oleh suatu golongan masyarakat, karena struktur sosial masyarakat itu tidak
dapat ikut menggunakan sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka.
Sebagian dari warga pemukiman kumuh ini ada juga yang meminjam kepada rentenir walaupun harus membayar bunga yang
tinggi, sehingga hal ini sering menjadi salah satu faktor penyebab sulitnya mereka keluar dari kemiskinan yang dialami. Edi Suharso
dalam Simarmata 2009 mengemukakan bahwa masyarakat miskin mengembangkan strategi jaring pengaman dalam mengatasi
tekanan ekonomi seperti menjalin relasi, baik secara informal maupun formal dengan lingkungan sosialnya dan lingkungan
kelembagaan misalnya: meminjam uang tetangga, mengutang ke warung, memanfaatkan program anti kemiskinan, meminjam uang
ke rentenir atau bank, dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
84 3 Mengurangi kuantitas atau kualitas makanan
Adakalanya mereka harus mengurangi kuantitas makanan dalam keluarga seperti mengurangi frekuensi makan
seluruh anggota keluarga dari 3 kali menjadi dua kali atau hanya satu kali dalam sehari. Sebagian ada pula hanya mengurangi
frekuensi makan ini hanya pada orang-orang dewasa saja sementara anak anak yang masih kecil tetap diberi makan 3 kali
sehari. Jika harus mengurangi kualitas makanan maka mereka membeli makanan yang rendah kualitasnya misalnya membeli
beras yang biasanya dengan harga Rp 7.000 – Rp. 8.000 per kilogramnya menjadi beras dengan harga Rp. 4.000 – Rp. 5.000
per kilogramnya. Ada juga warga yang mensiasatinya dengan menanak beras hingga menjadi bubur agar bisa dikonsumsi oleh
seluruh anggota keluarga. 4 Mengehemat atau mengurangi pengeluaran
Warga pemukiman kumuh juga harus berupaya untuk menghemat pengeluaran terutama untuk jenis-jenis pengeluaran
yang dianggap tidak terlalu penting, misalnya mengurangi bahkan meniadakan uang jajan anak. Kaum ibu juga mengupayakan
membeli barang-barang kebutuhan sehari-hari dengan berbelanja di pajak Pulo Brayan, karena harganya jauh lebih murah
dibandingkan jika mereka membelinya di warung. Mereka juga menghindari untuk membeli “makanan jadi” karena harganya jauh
lebih mahal dibandingkan dengan kalau memasaknya sendiri.
Universitas Sumatera Utara
85 Warga juga berusaha menghemat konsumsi listrik misalnya dengan
menggunakan secukupnya lampu penerangan di dalam rumah, tidak menggunakan mesin pompa air untuk menarik air dari
sumur galian tetapi menggunakan timba yang ditarik dengan tali, dan lain-lain. Salah seorang informan yaitu N. br Nainggolan
46 tahun mengemukakan sebagai berikut :
“di rumah ini kami tidak pakai sanyo tapi pakai timba aja, nanti kalau pakai sanyo jadi banyak kali
kami bayar listrik. Juga kalau menimba air dari sumur kan macam olah raga juga kita, jadi badan
kita juga selalu sehat”.
Mereka juga lebih sering membeli pakaian bekas yang banyak tersedia di pasar Pulo Brayan daripada membeli pakaian baru.
4.5.2. Strategi Adaptasi dalam Kehidupan Sosial Budaya Warga pemukiman kumuh ini memiliki organisasi sosial
kemasyarakatan atas dasar suku bangsa dan agama yang dianut. Memang belum ada organisasi sosial yang mereka dirikan yang
keanggotaannya terdiri dari berbagai suku bangsa dan agama berbeda Alasan warga
untuk menjadi anggota organisasi sosial kemasyarakatan tersebut adalah agar dapat saling tolong menolong,
dapat bersosialisasi sesama anggota dan ada pula untuk alasan-alasan kegiatan keagamaan seperti perwiritan bagi yang beragama Islam dan
kegiatan “kebaktian bersama” bagi yang beragama Kristen.
Universitas Sumatera Utara
86 Kegiatan yang biasa mereka lakukan dalam organisasi sosial
kemasyarakatan tersebut adalah saling bantu membantu antar anggota, baik dalam suasana suka maupun duka. Kegiatan saling membantu
dalam suasana suka maupun duka ini dapat juga terjadi antara sesama warga, walaupun mereka bukan anggota dari organisasi sosial
kemasyarakatan yang sama. Kegiatan tersebut dilakukan secara rutin diikuti oleh warga sekitar untuk menjalin silaturahmi serta
membicarakan berbagai masalah. Dalam kegiatan seperti ini juga sering ada warga yang berbagi kisah tentang kesulitan yang dialami,
biasanya akan banyak warga lain yang berusaha membantu menawarkan solusi.
Warga pemukiman kumuh ini mengemukakan bahwa mereka selalu bersedia saling bantu membantu dengan sesama warga tanpa
melihat suku bangsa maupun agamanya. Hal ini sering terlihat di dalam pesta perkawinan maupun peristiwa kematian maka para
tetangga akan datang menghadirinya tanpa mempersoalkan suku bangsa maupun agama yang dianut tuan rumah. Selain kepada
tetangga, mereka juga akan meminta pertolongan kepada kerabat atau keluarga dekatnya .jika menghadapi masalah. Banyak warga
pemukiman kumuh ini yang mempunyai kerabatkeluarga yang juga berdiam di sekitar Kelurahan Pulo Brayan Kota. Salah satu
alasan mereka bertempat tinggal di kawasan pemukiman kumuh ini adalah agar bisa lebih dekat dengan kerabat atau keluarganya. Bahkan
Universitas Sumatera Utara
87
sebagian diantara mereka bertempat tinggal di kawasan ini adalah karena ajakan dari keluarga atau kerabatnya yang sudah lebih dahulu
bertempat tinggal di Kelurahan Pulo Brayan Kota. Bagi penduduk miskin seperti warga pemukiman kumuh ini
maka keberadaan tetangga dan keluargakerabat sebagai kelompok dengan kohesi sosial yang kuat, berfungsi sebagai garansi sosial atau
jaring pengaman untuk mendukung kelangsungan kehidupan mereka terutama ketika menghadapi masalah. Mereka cukup aktif dalam
menjalin hubungan dan bergaul dengan tetangga dan keluarga atau kerabat, agar dapat diterima menjadi bagian dari kelompok sosialnya
dan bisa mengandalkan hubungan yang telah terjalin jika sewaktu- waktu mengalami kesulitan. Hal ini sesuai dengan pendapat Wahyudi
2007 yang mengemukakan bahwa strategi adaptasi masyarakat miskin dalam mengatasi tekanan non ekonomi adalah
mengembangkan strategi aktif dan strategi jaringan. Strategi aktif adalah melakukan berbagai kegiatan untuk melakukan dukungan
emosional misalnya lebih giat dalam beribadah, mencari nasihat orang lain. Strategi jaringan adalah menjalin relasi untuk memperoleh
bantuan baik secara informal maupun formal dari pihak lain misalnya teman, tetangga, sanak keluarga.
Kehidupan ekonomi dan sosial budaya serta strategi adaptasi warga pemukiman kumuh dalam mengatasi kemiskinan dapat dilihat pada matriks
berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
88 Tabel 4.6. Matriks kehidupan ekonomi dan sosial budaya serta strategi
adaptasi mengatasi kemiskinan
KEKUATAN KELEMAHAN
1. Keterlibatan seluruh anggota keluarga dalam mencari nafkah
2. Kemauan untuk bekerja keras 3. Kepedulian terhadap sesama
warga 4. Saling membantu dalam
memenuhi kebutuhan ekonomi 5. Sikap saling mempercayai antar
sesama warga 6. Membangun jaringan sosial
dengan tetangga dan kerabat 7. Melakukan penghematan dengan
mengurangi pengeluaran 1. Penghasilan tidak mencukupi
untuk memenuhi kebutuhan hidup 2. Ketidakpastian penghasilan pada
sektor informal 3. Tidak memiliki tabungan
4. Tidak ada aksebilitas pada lembaga perbankan
5. Rendahnya pendidikan dan ketrampilan warga
6. Rendahnya tingkat kesehatan 7. Munculnya budaya kemiskinan
PELUANG ANCAMAN
1. Tersedia beragam pekerjaan terutama pada sektor informal
2. Tempat tinggal yang relatif dekat dengan Pasar Pulo Brayan
sebagai pusat aktivitas ekonomi 3. Sarana pendidikan dari TK
sampai SMA tersedia untuk meningkatkan pendidikan warga
1. Harga-harga barang kebutuhan yang selalu naik
2. Kebutuhan yang semakin beranekaragam
3. Meminjam uang pada rentenir dengan bunga yang tinggi
4. Sikap pasrah menerima nasib 5. Penggusuran pemukiman oleh
pihak PJKA 6. Jarak rumah dengan rel kereta
api yang hanya
± 4 m mengancam keselamatan warga
Universitas Sumatera Utara
89
4.6. Analisis Teoritis Tentang Pemukiman Kumuh