Kehidupan Sosial Budaya Penduduk

72 Gambar 4.13. Beca DayungBermotor Sebagai Alat Transportasi dan Untuk Mencari Nafkah

4.4. Kehidupan Sosial Budaya Penduduk

4.4.1. Pendidikan Tingkat pendidikan yang dapat dicapai para orang tua yang merupakan warga dari pemukiman kumuh ini umumnya sangat rendah yakni hanya tamatan Sekolah Dasar SD dan ada sebagian lagi tamatan Sekolah Menengah Pertama SMP. Sebagian besar mereka merupakan kaum urban yang datang dari berbagai daerah pedesaan maupun kota kecil di sekitar Provinsi Sumatera Utara maupun dari daerah lainnya. Kesulitan ekonomi yang mereka alami di daerah asal mengakibatkan mereka tidak dapat mencapai jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan keterampilan yang memadai untuk bekerja di sektor formal di daerah perkotaan. Akibatnya adalah Universitas Sumatera Utara 73 rendahnya penghasilan yang dimiliki setiap keluarga sehingga menempatkan mereka sebagai masyarakat berpenghasilan rendah miskin. Hasil penelitian yang dilakukan Edy Hermanto di Kecamatan Medan Belawan memperlihatkan bahwa mereka yang tinggal di kawasan kumuh ini rata-rata pendidikannya tamatan SDsedarajat yang menyebabkan mereka sulit mencari pekerjaan. Akibat dari tidak ada pekerjaan tetap mereka tidak mempunyai pendapatan yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pokok termasuk kebutuhan tempat tinggal Hermanto, 2011. Rendahnya pendapatan dalam setiap keluarga mengakibatkan anak-anak mereka juga tidak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi setelah menamatkan SD maupun SMP. Anak-anak yang tidak dapat melanjukan pendidikan ini akhirnya harus ikut serta bekerja atau membantu orang tuanya mencari nafkah. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan salah seorang informan yakni Elida Sihombing 21 tahun sebagai berikut : “Aku hanya tamat SD dan tidak dapat melanjut ke SMP karena orang tua tidak mempunyai biaya. Di kota ini mana bisa kita memiliki pekerjaan tetap, mau kerja di pabrik aja kita mesti punya ijazah SMA. Jadi mau nggak mau aku hanya bisa jadi pemulung membantu orang tua, yang penting bisa makan. Lagian kami sudah biasa hidup seperti ini, mau gimana lagi hidup harus dijalani” Pendidikan yang rendah ini juga berdampak pada kesulitan yang mereka alami untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik selain Universitas Sumatera Utara 74 pada sektor informal. Selain itu juga pendidikan yang rendah mengakibatkan mereka tidak memiliki keterampilan yang dapat digunakan menambah penghasilan mereka. Hal ini sesuai dengan pendapat Sunuharyo dalam Sumardi 1982 yang mengemukakan bahwa salah satu ciri miskin adalah tidak mampu mendapatkan pendidikan formalnon formal. Dengan demikian antara pendidikan, pekerjaan dan penghasilan merupakan lingkaran setan yang saling mempengaruhi satu sama lain dan tersosialisasikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. 4.4.2. Organisasi Sosial Warga pemukiman kumuh ini terdiri dari beberapa suku bangsa yaitu Aceh, Minangkabau, Melayu, Batak Toba, Simalungun, Mandailing, Karo, Nias dan Aceh. Suku bangsa yang paling dominan dari segi jumlah adalah Suku Bangsa Batak Toba, tetapi walaupun demikian kebudayaan Batak Toba tidak mendominasi kehidupan sosial warga pemukiman kumuh ini. Sebagian besar dari mereka telah bertempat tinggal di wilayah ini antara 5 – 25 tahun dan bahkan ada sebagian yang telah di atas 25 tahun. Mereka umumnya merupakan kaum urban yang datang dari berbagai daerah di sekitar kota Medan seperti Langkat, Deli Serdang, Binjai, Simalungun, Siantar, Tapanuli Utara dan Tapanuli Tengah. Bahkan beberapa diantaranya berasal dari luar Provinsi Sumatera Utara seperti Cirebon, Aceh, Padang dan daerah-daerah lain di Provinsi Jawa Timur. Universitas Sumatera Utara 75 Warga yang telah lama bertempat tinggal di wilayah pemukiman kumuh ini dan sudah memiliki rumah sendiri meskipun didirikan di atas tanah milik PJKA telah memiliki kartu keluarga dan KTP. Sehingga mereka merupakan penduduk tetap yang telah tercatat sebagai warga Kelurahan Pulo Brayan Kota. Sedangkan bagi warga yang masih menyewa rumah umumnya mereka belum memiliki kartu keluarga dan KTP dari Kelurahan Pulo Brayan Kota, sehingga mereka dianggap sebagai penduduk pendatang di pemukiman kumuh tersebut. Pada awalnya kaum urban ini diajak oleh keluargakerabat atau diajak oleh salah seorang teman dan adapula karena kemauan sendiri untuk bertempat tinggal di wilayah tersebut. Alasan - alasan yang mendasari mereka memilih untuk bertempat tinggal di wilayah tersebut agar lebih mudah mencari nafkah atau karena harga sewa rumah lebih murah dibandingkan dengan daerah lain. Besaran jumlah anggota keluarga dalam setiap rumah tangga adalah antara 1 – 6 orang. Pada beberapa keluarga terdapat juga jumlah anggota anggota keluarganya lebih dari 6 orang. Selain pasangan suami isteri beserta anak-anaknya maka di dalam suatu rumah tangga kadang-kadang juga terdapat anggota kerabat lainnya seperti saudara sepupu, keponakan, orang tua atau juga mertua. Warga pemukiman kumuh ini juga memiliki organisasi sosial kemasyarakatan atas dasar suku bangsa dan agama yang dianut. Memang belum ada organisasi sosial yang mereka dirikan yang Universitas Sumatera Utara 76 menaungi keanggotaannya dari berbagai suku bangsa dan agama yang berbeda. Alasan warga untuk menjadi anggota organisasi sosial kemasyarakatan tersebut adalah agar dapat saling tolong menolong, dapat bersosialisasi sesama anggota dan ada pula untuk alasan-alasan kegiatan keagamaan seperti perwiritan bagi yang beragama Islam dan kegiatan “kebaktian bersama” bagi yang beragama Kristen. Kegiatan yang biasa mereka lakukan dalam organisasi sosial kemasyarakatan tersebut adalah saling bantu membantu antar anggota baik dalam suasana suka maupun duka. Kegiatan saling membantu dalam suasana suka maupun duka ini juga dapat juga terjadi antara sesama warga walaupun mereka bukan anggota dari organisasi sosial kemasyarakatan yang sama. 4.4.3. Interaksi Sosial Budaya Warga pemukiman kumuh ini terdiri dari berbagai suku bangsa sehingga kehidupan sosial mereka sehari-hari juga dipengaruhi oleh latar belakang kesukubangsaan tersebut, misalnya dalam berkomunikasi antar suku bangsa yang sama masih menggunakan bahasa daerah asalnya. Jika interaksi sosial ini sudah melibatkan antar suku bangsa yang berbeda maka mereka akan menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar. Walaupun demikian hubungan sosial antar warga berlangsung dengan baik karena tidak pernah terjadi konflik sosial antar suku bangsa yang berbeda. Universitas Sumatera Utara 77 Kegiatan yang paling sering dilakukan warga sehabis bekerja mencari nafkah adalah beristirahat di rumah. Sambil beristirahat adakalanya mereka mendengarkan lagu-lagu dari daerah asalnya melalui radio tape sebagai pengobat rindu akan kampung halamannya. Mereka sering juga menghabiskan waktu dengan mengobrol bersama tetangga, tanpa mempersoalkan suku bangsa yang berbeda di antara mereka. Hal yang menjadi pemandangan yang lazim jika pada sore hari terlihat para warga tersebut duduk-duduk bergerombol di atas bantalan rel kereta api sambil mengobrol sesama mereka. Warga pemukiman kumuh ini mengemukakan bahwa mereka selalu bersedia saling membantu terhadap sesama warga tanpa melihat suku bangsa maupun agamanya. Hal ini sering terlihat di dalam pesta perkawinan yang diadakan suatu keluarga maka para tetangga yang diundang akan datang menghadirinya tanpa mempersoalkan suku bangsa maupun agama yang dianut tuan rumah. Perkawinan antar suku bangsa yang berbeda juga terjadi di antara warga pemukiman kumuh ini, asalkan mereka menganut agama yang sama. Jika terjadi perkawinan campuran amalgamasi maka adat istiadat yang digunakan dalam upacara perkawinan tersebut adalah memilih salah satu adat istiadat dari pasangan yang menikah. Misalnya jika pasangan yang menikah ini berasal dari suku bangsa Minangkabau dan Batak Mandailing, maka adat istiadat yang digunakan dalam upacara perkawinan adalah memilih adat istiadat Batak Mandailing atau Universitas Sumatera Utara 78 Minangkabau. Demikian pula hanya jika terjadi peristiwa kematian, kerja sama antar warga berjalan secara spontan. Jika warga menghadapi masalah biasanya mereka akan lebih dahulu meminta pertolongan pada tetangga dan baru kemudian kepada kerabat atau keluarga dekatnya. Umumnya anak-anak mereka bermain di sekitar lingkungan rumah.

4.5. Strategi Adaptasi dalam Mengatasi Kemiskinan