Analisis Teoritis Tentang Pemukiman Kumuh

89

4.6. Analisis Teoritis Tentang Pemukiman Kumuh

Warga pemukiman kumuh di lingkungan XXIV Kelurahan Pulo Brayan Kota merupakan kaum urban yang berasal dari daerah pedesaan maupun kota-kota kecil di luar kota Medan. Hal ini menguatkan pendapat yang dikemukakan Sinulingga 1999, Daldjoeni 2003 dan Adisasmita 2010 yang mengemukakan bahwa warga pemukiman kumuh adalah kaum urban yang ingin memperbaiki kehidupan ekonominya.di daerah perkotaan. Para ahli maupun peneliti pemukiman kumuh antara lain Sinulingga 1999, Supaarlan 2007 dan Kurniasih 2007 mengemukakan ciri-ciri pemukiman kumuh adalah banyak dihuni oleh pengangguran, tingkat kejahatan kriminalitas tinggi, demoralisasi tinggi, emosi warga tidak stabil, miskin dan berpenghasilan rendah, daya beli rendah, kotor, jorok, tidak sehat dan tidak beraturan, warganya adalah kaum migran yang bermigrasi dari desa ke kota, fasilitas publik sangat tidak memadai, kebanyakan warga slum bekerja sebagai pekerja kasar dan serabutan, bangunan rumah kebanyakan gubuk-gubuk dan rumah semi permanen. Hasil penelitian yang dilakukan di lingkungan pemukiman kumuh Kelurahan Pulo Brayan Kota memperlihatkan bahwa tidak semua ciri-ciri tersebut ditemukan di lokasi penelitian. Ciri-ciri dihuni oleh banyak pengangguran tidak ditemukan karena semua warga pemukiman kumuh ini memiliki pekerjaan meskipun pekerjaan mereka termasuk sektor informal. Demikian pula halnya dengan ciri-ciri tingkat kejahatan kriminalitas tinggi, demoralisasi tinggi, emosi warga tidak stabil yang ditandai dengan Universitas Sumatera Utara 90 seringnya pemukiman kumuh menjadi sarang peredaran narkoba, pelacuran dan perkelahian antara warga, tidak ditemukan di lokasi penelitian. Lokasi tempat tinggal yang dekat dengan tempat kerja atau tempat mencari nafkah merupakan salah satu alasan warga miskin di perkotaan dalam memilih rumah tempat tinggal Santoso dalam Kurniasih, 2007. Hal inilah yang membuat berkembangnya pemukiman kumuh di daerah perkotaan. Tetapi selain alasan tersebut maka di lokasi penelitian juga ditemukan bahwa faktor kedekatan dengan lingkungan kerabat juga merupakan alasan warga pemukiman kumuh lingkungan XXIV Kelurahan Pulo Brayan Kota untuk bertempat tinggal di lokasi tersebut. Bagi mereka keberadaan keluargakerabat merupakan garansi sosial atau jaring pengaman jika menghadapi masalah. Dalam melihat substansi kemiskinan, penganut Aliran Budaya berpendapat bahwa orang menjadi miskin karena tidak memiliki ethos kerja yang tinggi Soetrisno dalam Susiana, 2000. Hasil penelitian yang diperoleh tidak dapat membenarkan pendapat penganut Aliran Budaya ini. Bidang pekerjaan warga pemukiman kumuh ini termasuk sektor informal dengan pendapatan yang rendah sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mereka mengembangkan berbagai strategi adaptasi seperti mengerahkan seluruh anggota keluarga untuk mencari nafkah, mencari pekerjaan sampingan, menambah jam kerja bahkan melakukan pekerjaan yang merendahkan martabatpun mereka lakukan misalnya menjadi pemulung. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN