Perilaku Produksi Kelapa Sawit

209 menjelaskan perilaku maka kriteria yang tepat adalah nilai kesalahan baku yang kecil, sedangkan jika untuk peramalan maka lebih tepat menggunakan kriteria R². Selanjutnya jika semua kriteria statistik tidak terpenuhi, maka kriteria terakhir yang perlu dipertahankan adalah kriteria ekonomi yaitu mempertahankan arah atau tanda sign dan besaran magnitude dari parameter estimasi. Pada penelitian ini akan lebih banyak menggunakan kriteria ekonomi dibandingkan kriteria statistik, akan tetapi kriteria statistik juga dibahas. Berdasarkan kriteria ekonomi, hasil parameter estimasi menunjukkan bahwa semua variabel penjelas explanatory variables pada persamaan perilaku mempunyai tanda sesuai harapan. Berdasarkan kriteria statistik, ternyata koefisien determinasi R 2 pada persamaan perilaku menunjukkan nilai yang cukup besar yaitu R 2 0.50 sebanyak 11 persamaan 73.33, sedangkan nilai R 2 yang relatif kecil yaitu R 2 0.50 sebanyak 4 persamaan 26.67. Penelitian ini menggunakan data kerat lintang cross section dan mengkaji perilaku ekonomi rumahtangga petani plasma sehingga nilai R 2 tersebut masih cukup memuaskan, karena yang dipentingkan adalah tanda parameter estimasi.

8.1. Perilaku Produksi Kelapa Sawit

Perilaku produksi kelapa sawit pada kebun plasma disusun dalam dua persamaan perilaku dan satu persamaan identitas. Persamaan perilaku adalah luas areal kebun plasma LAKS, dan produktivitas kebun plasma YKKS, sedangkan persamaan identitas berupa produksi total kelapa sawit di kebun plasma QTKS. Hasil estimasi persamaan perilaku produksi menunjukkan seluruh tanda parameter estimasi sesuai harapan kriteria ekonomi. Nilai positif parameter estimasi berarti perubahan variabel-variabel penjelas tersebut searah dengan 210 perubahan variabel endogen luas areal kebun plasma LAKS dan produktivitas kebun plasma YKKS, sebaliknya nilai negatif parameter estimasi berarti perubahan variabel-variabel penjelas tersebut berlawanan arah dengan perubahan variabel endogen LAKS dan YKKS Tabel 27. Tabel 27. Estimasi Parameter dan Elastisitas Persamaan Produksi Kelapa Sawit Rumahtangga Petani Plasma Tahun 2002 No Variabel Estimasi Parameter Peluang Elastisitas A 1 2 Blok Produksi Luas Areal K S Kebun Plasma Total Curahan TK kel di kebun plasma Nilai aset lahan Pendapatan kelapa sawit Pendapatan lahan pangan Pendapatan non usahatani Usahatani sebagai usaha pokok R 2 = 0.8720; Adj R 2 = 0.8696 Produktivitas K S Kebun Plasma Harga tandan buah segar Penggunaan pupuk gabungan Curahan TK kel di kebun plasma Curahan TK upahan di kebun plasma Jumlah pohon KS per hektar Produktivitas TK di kebun plasma R 2 =0.9448; Adj R 2 = 0.9436 0.01260 0.00006 0.00008 -0.00002 0.00005 0.90766 14.4689 6.0655 12.7621 15.3938 1.2219 4.9385 0.0001 0.0001 0.0001 0.0254 0.0005 0.0001 0.0001 0.0020 0.1229 0.0237 0.4200 0.0001 0.2820 0.0002 0.0455 -0.0674 0.0248 - 0.4614 0.1666 0.0584 0.0130 0.0266 0.2755 Semua parameter estimasi pada persamaan luas kebun plasma LAKS berbeda dari nol pada taraf nyata kurang dari 10. Nilai positif parameter estimasi mempunyai arti bahwa perubahan variabel-variabel penjelas tersebut searah dengan perubahan variabel LAKS. Makin tinggi penggunaan total curahan tenaga kerja di kebun plasma TCTKKS, nilai aset lahan ASETLHN, pendapatan dari kelapa sawit PDPTKS dan pendapatan non usahatani PDPTNUT maka makin luas areal kebun plasma LAKS. Nilai negatif pendapatan dari lahan pangan PDPTLPG berarti perubahan pendapatan dari lahan pangan berlawanan arah dengan 211 perubahan luas areal kebun plasma kelapa sawit LAKS karena usahatani pada lahan pangan merupakan kegiatan yang bersaing dengan usahatani kelapa sawit terutama dalam penggunaan input. Ketersediaan tenaga kerja di kebun plasma TCTKKS sangat mempengaruhi luas kebun plasma LAKS dan respon perubahan luas kebun plasma relatif paling besar akibat perubahan total curahan kerja di kebun plasma TCTKKS dibandingkan perubahan variabel penjelas lainnya. Hal ini disebabkan karena setiap petani di lokasi penelitian mempunyai kebun kelapa sawit, sehingga ketersediaan tenaga kerja sebagai faktor produksi sangat penting bagi perluasan kebun kelapa sawit. Sebagian besar tenaga kerja di kebun plasma disediakan dari dalam keluarga 81.71, sedangkan kebutuhan tenaga kerja dari luar keluarga hanya sebagian kecil 18.29. Faktor lain yang sangat menentukaan luas kebun plasma adalah ketersediaan modal baik berupa aset lahan ASETLHN maupun pendapatan keluarga dari berbagai sumber terutama dari kebun kelapa sawit PDPTKS dan dari sektor non usahatani PDPTNUT. Rata-rata nilai aset lahan rumahtangga petani plasma adalah sebesar Rp 1.35 juta, akan tetapi tidak semua petani memiliki aset lahan nilai aset lahan nol. Selain itu rata-rata kontribusi pendapatan kelapa sawit PDPTKS cukup besar yaitu mencapai 56.62, sedangkan kontribusi pendapatan non usahatani PDPTNUT hanya sebesar 17.26 terhadap pendapatan keluarga petani PDPTKP. Kegiatan dari lahan pangan merupakan kegiatan bersaing dengan perluasan kebun kelapa sawit dalam hal penggunaan beberapa input sehingga tandanya negatif. Variabel usahatani sebagai usaha pokok DKSUPP menjelaskan bahwa jika rumahtangga petani plasma menekuni usahatani kelapa sawit sebagai usaha pokok maka mereka mempunyai kebun plasma rata-rata lebih 212 luas 0.9076 hektar dibandingkan rumahtangga petani yang mempunyai usaha pokok bukan usahatani kelapa sawit. Seluruh tanda parameter estimasi pada fungsi perilaku produktivitas kebun plasma YKKS telah sesuai harapan atau sesuai kriteria ekonomi. Berdasarkan kriteria statistik ternyata sebagian besar parameter estimasi berbeda dari nol pada taraf nyata kurang dari 10 kecuali variabel curahan tenaga kerja keluarga di kebun plasma CTKKS dan jumlah pohon kelapa sawit di kebun plasma JBTKS. Tanda positif parameter estimasi mengandung arti perubahan variabel penjelasnya searah dengan perubahan perilaku produktivitas kebun plasma yaitu makin tinggi harga produk kelapa sawit HTBS, makin tinggi penggunaan input pupuk kumulatif QIP, curahan tenaga kerja keluarga CTKKS, curahan tenaga kerja luar keluarga CTKUKS, jumlah pohon kelapa sawit per kapling JBTKS, dan produktivitas tenaga kerja YTKKS di kebun plasma maka makin tinggi produktivitas kebun plasma YKKS, hal yang sama terjadi sebaliknya. Perubahan produktivitas kebun plasma terhadap perubahan setiap variabel penjelasnya tidak responsif. Hal ini berarti jika rumahtangga petani plasma ingin meningkatkan produktivitas kebun plasma, maka mereka tidak dapat meningkatkan hanya salah satu faktor produksi yang ada karena pengaruh masing-masing faktor produksi sangat kecil terhadap produktivitas kebun plasma. Respon terbesar produktivitas kebun plasma YKKS terhadap perubahan variabel penjelas adalah terhadap harga produk kelapa sawit HTBS. Perubahan harga TBS akan memberikan perubahan paling besar pada produktivitas kebun plasma dibandingkan variabel-variabel penjelas lainnya, meskipun msih tidak elastis E = 0.46. Produksi total kelapa sawit QTKS merupakan perkalian luas areal kebun plasma LAKS dan produktivitas kebun plasma YKKS, sehingga faktor-faktor yang 213 mempengaruhi luas areal kebun plasma dan produktivitas kebun plasma akan mempengaruhi perubahan produksi total kelapa sawit di kebun plasma QTKS persamaan QTS adalah bentuk identitas dan tidak disajikan dalam Tabel 27.

8.2. Perilaku Curahan Tenaga Kerja Keluarga