Pengolahan Kelapa Sawit STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA EKONOMI

204

7.3. Pengolahan Kelapa Sawit

Pengolahan adalah semua tindakan atau perlakuan yang merubah bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi melalui berbagai tahapan atau proses. Menurut Austin 1992, pengolahan processing meliputi kegiatan transformasi dan pengawetan melalui perubahan fisik atau kimia, penyimpanan, pengemasan, dan distribusi. Pengolahan produk pertanian termasuk buah kelapa sawit merupakan kegiatan agroindustri hilir. Agroindustri hilir kelapa sawit di Sumatera Selatan masih didominasi oleh pabrik pengolahan CPO dan minyak goreng, sehingga masih terdapat potensi untuk meningkatkan nilai tambah produk dengan melakukan pengolahan lebih lanjut CPO menjadi produk derivatnya dan pengolahan inti sawit menjadi PKO yang selama ini belum dilakukan, agar pengolahan buah sawit TBS dapat lebih beragam sesuai dengan pohon industri kelapa sawit. Menurut Hasbi 2001, pengembangan agroindustri hilir ini memberikan banyak keuntungan, antara lain: 1 memberi nilai tambah yang lebih tinggi, 2 meningkatkan pendapatan petani, 3 menghasilkan produk yang tahan lama, 4 mengawetkan dan memanfaatkan hasil panen, 5 meningkatkan daya saing produk, dan 6 memperluas lapangan kerja Kegiatan pengolahan buah kelapa sawit menjadi minyak sawit pada lokasi kebun dengan tiga pola PIR masih dilakukan di pabrik pengolahan kelapa sawit pabrik PKS inti sedangkan petani plasma hanya dilibatkan sampai tahap panen dan pengumpulan hasil di kebun plasma, karena investasi pengolahan kelapa sawit memerlukan biaya sangat besar. Sebagai gambaran untuk membangun satu pabrik pengolahan kelapa sawit pabrik PKS mini dengan kapasitas kira-kira 30 tonjam diperkirakan memerlukan dana sekitar Rp 45 milyar dengan pasokan buah kelapa 205 sawit dari kebun seluas kira-kira 6 000 ha yang memerlukan dana pembukaan sekitar Rp 11.38 milyar. Apabila tersedia dana sebesar tersebut maka agribisnis kelapa sawit masih menguntungkan karena nilai IRR internal net of return mencapai 23.18 kecuali terjadi krisis ekonomi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembangunan pabrik PKS baru adalah: 1 biaya pembangunan pabrik PKS mempunyai pangsa cukup besar terhadap biaya total mencapai 27.00, dan 2 pembangunan pabrik PKS harus disertai membangun kebun kelapa sawit sendiri agar tidak terjadi konflik dalam pengadaan bahan baku TBS. Meskipun biaya investasi untuk membangun pabrik PKS cukup besar, akantetapi keuntungan yang akan diperolah juga besar. Sebagai gambaran pembangunaan pabrik PKS dengan kapasitas 5.00 ton TBSjam yang membutuhkan areal 1 000 ha pada lahan kelas II di Sumatera Selatan diperkirakan akan memberikan keuntungan sebesar Rp 2.90 milyartahun Dinas Perkebunan Sumatera Selatan, 2004. Menurut Wahyono dalam Disbun Sumatera Selatan 2004, bila koperasi mampu maka dapat dibangun kebun seluas 200 ha dan pabrik PKS super mini dengan kapaitas 0.50 ton TBSjam atau 10 ton TBShari. Pembangunan pabrik dan kebun kelapa sawit ini membutuhkan biaya sekitar Rp 3.80 milyar. Jika setiap petani dengan luas masing-masing dua hektar dilibatkan berarti dana Rp 3.80 milyar harus dibebankan sebesar Rp 38.00 jutarumahtangga petani plasma. Dana sebesar ini hanya dimungkinkan jika pemerintah memberikan pinjaman langsung atau melalui lembaga petani yang ada koperasi atau kelompok tani. Meskipun biaya investasi pembangunan pabrik PKS cukup mahal, hal ini dapat meningkatkan kinerja kebun plasma karena nilai IRR pembangunan pabrik PKS super mini mencapai 21.00 , titik impas diperkirakan dicapai dalam waku 206 tujuh tahun, sedangkan umur produktif tanaman kelapa sawit sebelum diremajakan daapat dicapai selama 20 tahun. Selama umur produktif tanaman ini, petani dapat mencicil biaya ivestasi pembangunan pabrik PKS dari hasil penjualan TBS.

7.4. Ringkasan