Karakteristik Rumahtangga Petani Plasma Kelapa Sawit Contoh

149 belum lunas kredit sebanyak delapan orang 5.33 sedangkan jumlah petani pola PIR-Trans yang belum lunas kredit lebih banyak yaitu 23 orang 10.67. Penundaan pelunasan cicilan kredit dapat disebabkan oleh faktor-faktor teknis maupun non teknis, antara lain: produktivitas kebun yang rendah, petani menjual kepada pabrik PKS non inti untuk menghindari potongan dari nilai jual produk TBS oleh inti terlalu rendah. Sayang sekali data tentang berapa jumlah TBS yang dijual kepada pabrik PKS non inti tidak diperoleh. Pada waktu pengumpulan data tahun 2002, semua rumahtangga petani plasma pola PIR-KUK belum melunasi kredit karena umur tanaman relatif muda rata-rata 6.93 tahun sehingga masa mencicil hutang baru berjalan kira-kira 3 tahun untuk pinjaman sebesar Rp13 juta. Diperkirakan petani mampu melunasi cicilan kredit paling cepat empat tahun, bahkan beberapa petani sudah melunasi kredit Informasi dari pengurus KUD dan TK-PIR pola PIR-KUK Selapan Jaya, Kabupaten Ogan Komering Ilir pada bulan April tahun 2005.

6.2. Karakteristik Rumahtangga Petani Plasma Kelapa Sawit Contoh

Karakteristik rumahtangga petani plasma contoh pada masing-masing pola PIR dicerminkan oleh variabel umur petani suami dan istri petani istri, jumlah anggota keluarga, jumlah tenaga kerja keluarga, jumlah anak usia sekolah, jumlah anak balita, pengalaman usahatani suami dan istri, lamanya menjalani pendidikan formal dalam tahun serta asal daerah suami dan istri Tabel 15. Umur suami dan istri paling tua terdapat pada pola PIR-Sus dan termuda terdapat pada pola PIR-Trans. Rata-rata umur suami adalah 43.15 tahun, sedangkan rata-rata umur istri adalah 37.39 tahun. Rata-rata umur suami dan istri pada ketiga pola PIR ini relatif sama dan masih berada pada usia produktif. 150 Tabel 15. Karakteristik Rumahtangga Petani Plasma Kelapa Sawit Contoh di Sumatera Selatan Tahun 2002 Pola Perusahaan Inti Rakyat Variabel PIR-Sus PIR-Trans PIR-KUK Rata-rata Umur suami tahun a Kisaran b Mode c Rerata 23 - 74 48.00 45.48 20 - 70 35.00 40.86 23 - 70 42.00 42.46 20 - 74 50.00 43.15 Umur istri tahun: a Kisaran b Mode c Rerata 20 - 65 40.00 38.91 18 - 58 30.00 36.23 20 - 59 40.00 36.13 18 - 65 40.00 37.39 Jumlah anggota keluarga org a Kisaran b Mode c Rerata 1 - 8 4 5.00 2 - 7 4 4.17 1 - 9 4 4.00 1 - 9 4 4.40 Jumlah TK keluarga org a Kisaran b Mode c Rerata 1 - 4 2 2.00 1 - 4 2 1.73 1 - 4 2 2.00 1 - 4 2 1.87 Jumlah anak balita orang a Kisaran b Mode c Rerata 0 - 2 0.23 0 - 2 0.42 0 - 1 0.25 0 - 2 0.31 Jumlah anak sekolah orang a Kisaran b Mode c Rerata 0 - 5 2.00 2.14 0 – 4 2 1.42 0 – 4 3 1.87 0 - 5 2 1.82 Lama menetap tahun: a Kisaran b Mode c Rerata 6 - 25 15.00 16.57 2 - 8 6.00 5.42 2 - 8 3.00 3.96 2 - 25 6.00 9.91 Pengalaman usahatani tahun a Kisaran b Mode c Rerata 3 - 21 15.00 11.48 2 - 8 6.00 5.42 2 - 8 3.00 3.99 2 - 21 6.00 7.74 Pendidikan suami tahun a Kisaran b Mode c Rerata TS - D3 SD 7.00 TTSD - S1 SD 7.03 TS - SLTA SD 6.82 TTSD - S1 SD 6.94 Pendidikan istri tahun a Kisaran b Mode c Rerata TS-D3 SD 7.00 TS-D3 SD 6.57 TS-SLTA SD 6.56 TS-S1 SD 6.62 Keterangan: TK= Tenaga Kerja; TS = tidak sekolah; TTSD = tidak tamat SD. 151 Jumlah petani berasal dari penduduk lokal sebagai peserta PIR kelapa sawit relatif kecil berkisar 14.00 - 33.00, terbanyak pada pola PIR-Sus. Sebagian besar petani peserta pola PIR-Trans adalah penduduk pendatang luar Sumatera Selatan yang berasal dari Pulau Jawa dan Bali. Mereka didtangkan sebagai peserta transmigrasi. Petani pola PIR-KUK umumnya penduduk pendatang yang menetap di wilayah Sumatera Selatan sebagai transmigrasi umum tanaman pangan sejak tahun 198081. Anggota rumahtangga adalah jumlah orang yang biasanya bertempat tinggal di suatu rumah tangga, baik yang berada di rumah pada waktu pencacahan maupun sementara tidak ada BPS, 2003, dimana rata-rata jumlah anggota keluarga rumahtangga petani contoh adalah 4.40 orang. Angka ini sama dengan rata-rata jumlah anggota rumahtangga penduduk Sumatera Selatan, tetapi relatif lebih besar dari rata-rata jumlah anggota keluarga rumahtangga Indonesia 3.80 orang. Angka ini mengandung arti bahwa dalam rumahtangga petani plasma contoh terdapat suami, istri dan dua hingga tiga orang anak atau anggota lain yang berdiam dalam satu rumah, dimana keluarga petani umumnya menganut prinsip keluarga inti nucleus family. Sumber tenaga kerja keluarga merupakan anggota keluaarga yang termasuk usia kerja, yaitu anggota keluarga yang berumur antara 15 - 64 tahun BPS, 2003, dimana rata-rata tenaga kerja rumahtangga petani plasma contoh adalah 1.87 orang. Sumber tenaga kerja keluarga di lokasi penelitian umumnya terdiri dari petani plasma suami, istri dan anak yang sudah besar tetapi tidak bersekolah lagi. Jika jumlah tenaga kerja keluarga tidak mencukupi, biasanya petani menggunakan tenaga kerja luar keluarga sebagai tenaga kerja upahan. 152 Beberapa rumahtangga petani plasma contoh mempunyai anak balita yaitu penduduk berusia dibawah lima tahun. Menurut Benjamin dan Guyomard 1994 karakteristik keluarga terutama yang terdapat anak-anak di rumah mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap peluang istri untuk melakukan kegaiatan yang menghasilkan upah. Dalam penelitian ini adanya anak-anak anak balita menjadi kendala bagi istri petani plasma untuk mencurahkan waktunya secara penuh pada kegiatan produktif. Rata-rata rumahtangga petani plasma contoh mempunyai anak balita 0.31 orang, dimana jumlah anak balita terbanyak pada pola PIR-Trans 0.45 orang atau hampir dua kali dari pola PIR-Sus dan PIR-KUK. Jumlah anak usia sekolah dan sedang bersekolah rata-rata 1.82 orang atau hampir separuh dari jumlah anggota keluarga rata-rata 41.36. Jika diasumsikan setiap keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak, berarti umumnya anak-anak petani dalam status bersekolah 75.83. Besarnya pangsa anak yang bersekolah mencerminkan pola pikir rumahtangga petani plasma contoh yang cukup maju dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan. Akantetapi jumlah anak bersekolah pada rumahtangga petani sekaligus merupakan kendala rumahtangga petani dalam pengadaan tanaga kerja keluarga. Lamanya keluarga petani menetap di lokasi kebun plasma sangat beragam yaitu berkisar 2 hingga 25 tahun atau rata-rata 9.91 tahun, paling lama pola PIR-Sus rata-rata 16.57 tahun, dan paling baru adalah pola PIR-KUK rata-rata 3.96 tahun. Hal ini sesuai dengan tahun pembukaan kebun plasma, dimana PIR-Sus merupakan pola PIR yang pertama kali di kembangkan tahun 19801981, sedangkan pola PIR- KUK merupakan proyek PIR paling baru dilaksanakan yaitu dimulai tahun 1992. Pengalaman dalam usahatani kelapa sawit ditentukan dari lamanya petani dan istri menggarap kebun plasma. Rata-rata pengalaman petani pada usahatani 153 kelapa sawit adalah 7.74 tahun, pengalaman paling lama pada pola PIR-Sus rata- rata 11.48 tahun, sedangkan pengalaman paling baru pada petani pola PIR-KUK dan petani pendatang yang membeli lahan kebun plasma dari petani peserta PIR. Tingkat pendidikan suami dan istri mencerminkaan kualitas pengelola kebun plasma kelapa sawit. Kisaran pendidikan sangat variatif yaitu dari tidak sekolah TS hingga perguruan tinggi D3 dan S1. Tingkat pendidikan rata-rata dan terbanyak adalah tamat SD, atau mengalami pendidikan formal berkisar enam hingga tujuh tahun. Suami atau istri dengan pendidikan relatif tinggi umumnya adalah pendatang yang membeli lahan kebun milik petani plasma lama atau mereka yang tinggal di lokasi kebun akantetapi mempunyai pekerjaan tetap dengan jabatan tertentu seperti guru, karyawan kebun inti atau pengurus KUD, selanjutnya menyerahkan pengelolaan lahannya kepada kelompok tani sesuai perjanjian yang disepakati. Fenomena di atas membuktikan bahwa pendidikan formal yang relatif tinggi tanpa disertai pengalaman usahatani yang memadai cenderung menjadi penyebab beralihnya tenaga kerja keluarga dari usahatani kelapa sawit ke luar usahatani kelapa sawit terutama ke sektor non usahatani.

6.3. Alokasi Waktu Kerja Anggota Rumahtangga Petani Plasma Kelapa Sawit