6. Definisi Operasional Analisis Dampak Faktor Eksternal dan Internal terhadap Kinerja

137 Selain itu dilakukan juga survei ulang secara singkat pada beberapa lokasi kebun yaitu pengecekan kondisi kebun plasma dan lembaga ekonomi petani serta mengumpulkan informasi dari orang-orang penting key persons yang dapat memberikan penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan penelitian. Survei singkat ini dilakukan oleh peneliti dengan dibantu oleh beberapa staf Dinas Perkebunan tingkat kabupaten pada bulan April 2005. Data sekunder jenis time series berupa dokumen-dokumen penting tentang perkembangan industri kelapa sawit, latar belakang pembentukan dan perkembangan pola PIR, kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan pola PIR kelapa sawit. Data ini diperoleh dari beberapa laporan tahunan dan buku statistik dari Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan, Departemen Kehutanan dan Perkebunan atau Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian dan Badan Pusat Statistik Jakarta dengan periode tahun yang berbeda yaitu berkisar tahun 1972 hingga tahun 2003.

5. 6. Definisi Operasional

Konsep pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Pola PIR kelapa sawit adalah pengembangan perkebunan rakyat dengan sistim kemitraan inti-plasma. Usaha pokok petani adalah mengelola kebun plasma kelapa sawit dengan luas rata-rata dua hektar atau satu kapling dengan jumlah tanaman kelapa sawit sekitar 137 batangha atau 274 batangkapling. 2. Perusahaan inti adalah perkebunan besar milik negara PBN maupun swasta PBS yang bertindak sebagai mitra kerja petani plasma dalam proyek PIR kelapa sawit. Perusahaan inti ini ditentukan oleh pemerintah pusat berdasarkan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Perkebunan. 138 3. Petani plasma adalah petani yang memenuhi syarat menjadi peserta PIR kelapa sawit, dimana mereka mendapat lahan kebun kelapa sawit dan pembinaan serta berbagai fasilitas lainnya. Penetapan petani plasma sebagai peserta PIR berdasarkan Surat Keputusan Bupati setempat. 4. Karakteristik rumahtangga petani plasma adalah faktor-faktor yang membentuk identitas sebagai peserta PIR kelapa sawit, antara lain umur, pendidikan, pengalaman usahatani, asal daerah, jumlah anggota keluarga, jumlaah anak sekolah dan jumlah anak balita. Karakteristik ini akan mempengaruhi perilaku ekonomi rumahtangga petani di kebun plasma dan di luar kebun plasma. 5. Struktur pasar adalah bentuk pasar yang terjadi dalam transaksi TBS di lokasi kebun kelapa sawit yang ditentukan oleh kekuatan tawar menawar penjual plasma dan pembeli inti. 6. Perilaku pelaku dalam pola PIR adalah aktivitas pelaku-pelaku utama rumahtangga petani plasma, inti dan koperasi yang terlibat dalam kemitraan PIR kelapa sawit mulai dari kegiatan pembukaan kebun plasma, penanaman, produksi, panen dan penjualan hasil panen. 7. Perilaku ekonomi rumahtangga petani plasma adalah aktivitas anggota rumahtangga petani dalam kebun dan di luar kebun plasma yang ditunjukkan oleh persamaan perilaku produksi, curahan kerja, dan konsumsi serta perilaku melunasi kredit. 8. Kinerja pola PIR adalah hasil kerjasama pelaku kemitraan PIR kelapa sawit, dicerminkan oleh kelayakan teknis seperti: umur tanaman waktu konversi, produktivitas kebun plasma, dan kemampuan melunasi kredit. Selain itu dilihat juga kelayakan usaha seperti harga jual produk, pendapatan rumahtangga, rasio 139 penerimaan terhadap biaya RC, dan rasio pendapatan terhadap biaya BC untuk masing-masing pola PIR yang berbeda. 9. Kinerja rumahtangga petani plasma kelapa sawit dicerminkan oleh variabel- variabel endogen dalam model ekonomi rumahtangga petani plasma yaitu kinerja produksi, curahan kerja, pengunaan input, biaya produksi, pendapatan kelapa sawit, konsumsi dan investasi serta periode pelunasan kredit. 10. Konversi adalah proses alih kelola dan tanggung jawab kebun plasma dari inti kepada petani plasma berdasarkan penilaian katagori kelayakan kebun plasma menurut Dinas Perkebunan Sumatera Selatan, seperti jumlah pohon per kapling, umur tanaman, dan kondisi jalan kebun. Konversi dilakukan setelah tanaman kelapa sawit menghasilkan setelah umur 48 bulan melalui akad kredit. 11. Pasca konversi adalah tahapan pengelolaan kebun plasma kelapa sawit yang ditandai dengan dikelolanya kebun plasma secara penuh oleh rumahtangga petani plasma, peranan inti hanya sebagai pembina dan pembeli produk. 12. Faktor eksternal rumahtangga petani plasma adalah faktor yang berasal dari luar sistem baik langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap kinerja rumahtangga petani plasma, dapat berupa kebijakan pemerintah atau goncangan siklus bisnis perekonomian suatu negara seperti perubahan harga input, harga output, tingkat upah, harga bahan bakar minyak BBM. 13. Faktor internal rumahtangga petani plasma adalah faktor yang berasal dari dalam sistem baik langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap kinerja rumahtangga petani plasma, misal perubahan luas areal kelapa sawit dan curahan kerja angota rumahtangga. 140

VI. DESKRIPSI KEBUN INTI, KEBUN PLASMA DAN

RUMAHTANGGA PETANI PLASMA KELAPA SAWIT

6. 1. Karakteristik Kebun Inti dan Plasma

Kebun Perusahaan Inti Rakyat PIR kelapa sawit yang akan dibahas adalah kebun plasma dan kebun inti dari tiga kabupaten yang dipilih secara sengaja yaitu Kabupaten Musi Banyuasin, Ogan Komering Ilir dan Muara Enim. Pola perusahaan inti rakyat pola PIR yang dikaji diwakili oleh beberapa kebun yaitu pola PIR Khusus pola PIR-Sus diwakili oleh PIR-Sus Betung Barat di Kabupaten Musi Banyuasin dan PIR-Sus Sungai Lengi di Kabupaten Muara Enim. Pola PIR Transmigrasi pola PIR-Trans diwakili oleh PIR-Trans PT Aek Tarum di Kabupaten Ogan Komering Ilir dan PIR-Trans PT Hindoli di Kabupaten Musi Banyuasin sedangkan pola PIR kredit usaha kecil pola PIR-KUK diwakili oleh PIR-KUK PT Selapan Jaya di Kabupaten Ogan Komering Ilir Tabel 13. Kebun inti paling luas 10 561 ha terdapat pada pola PIR-Sus Betung Barat, Kabupaten Musi Banyuasin, sedangkan kebun inti paling sempit 1 633.91 ha terdapat pada pola PIR-KUK Selapan Jaya, Kabupaten Ogan Komering Ilir. Kebun plasma paling luas 19 738.79 ha justru terdapat di pola PIR-KUK Selapan Jaya Kabupaten Ogan Komering Ilir yang dibina oleh inti dengan kebun paling sempit, sedangkan kebun plasma paling sempit 5 790 ha terdapat pada pola PIR-Sus Sungai Lengi, Kabupaten Muara Enim. Masing-masing kebun plasma dibagi dalam hamparan yang lebih kecil dengan nama yang lazim terdapat di lokasi masing-masing, seperti: “kampung sawit” village di lokasi kebun PIR-Sus Betung Barat dan “rayon” untuk PIR-Trans di Kabupaten Musi Banyuasin, “afdeling” untuk kebun PIR-Sus Sungai Lengi, di Kabupaten Muara Enim.