Perumusan Masalah Komponen Bioaktif Tanaman Torbangun Menghambat Viabilitas Dan Mendorong Apoptosis Sel Kanker Payudara Mcf 7

7 dari luciferase pada kunang-kunang yang dapat menghasilkan signal yang berpendar. Salah satu kelebihan metode ini adalah sensitifitas yakni mampu mendeteksi ATP hingga jumlah 10 sel per sumur. Selain ini metode ini mampu mendeteksi kondisi persis saat dilakukan analisa, yang berbeda halnya dengan reduksi tetrazolium yang memerlukan waktu beberapa jam inkubasi untuk konversi tetrazolium menjadi formazan Niles et al. 2008.  Berdasarkan enzim yang dirilis Cara ketiga untuk mendeteksi sel yang mati adalah dengan mengukur aktifitas enzim yang merupakan marka atau penanda sel yang mati. Salah satunya adalah enzim lactate dehydrogenase LDH. Aktifitas LDH dapat diukur secara tidak langsung melalui perlakuan sampel menggunakan reagen kimia yang mengandung laktate, NAD + , diaphorase dan pewarna redoks yang sesuai seperti resazurin yang dapat menghasilkan perubahan absorbansi atau perubahan profil fluorescence Niles et al. 2008

2.3 Komposisi dan Komponen Bioaktif Tanaman Torbangun

Secara umum khasiat yang dimiliki oleh bahan pangan bergantung pada komposisi bahan pangan tersebut. Plectranthus amboinicus Lour. Spreng merupakan tanaman yang kaya akan nutrisi, yakni serat pangan tak terlarut 1,56, protein 0,6, serat pangan terlarut 0,31, mineral-mineral kalsium, fosfor, kalium, natrium, magnesium, trace mineral zat besi, seng, tembaga, chromium, oksalat terlarut 0.02. vitamin-vitamin asam askorbat, tiamin, dan asam fitat Gupta et al. 2005. Santosa dan Hertiani 2005 menganalisa secara kualitatif komponen dalam ekstrak air daun torbangun yang dapat meningkatkan kemampuan fagositosis sel neutrofil. Hasil analisa menggunakan TLC thin layer chromatography menunjukan keberadaan senyawa polifenol, saponin, glikosida flavonol dan minyak atsiri Santosa and Hertiani 2005. Rout et al. 2010 melakukan uji kualitatif komponen torbangun yang berasal dari ekstraksi menggunakan berbagai pelarut yaitu air, metanol, kloroform, dan petroleum eter. Analisa TLC memperlihatkan bahwa pada ekstrak air terdapat senyawa flavonoid, protein, asam amino, tannin, fenolik, terpenoid, karbohidrat, glikosida dan alkaloid. Demikian pula pada ekstrak metanol yang memberikan hasil yang sama dengan ekstrak air. Sementara pada ekstrak kloroform terdapat senyawa saponin, terpenoid dan steroid. Sedangkan pada ekstrak petroleum eter hanya terdapat senyawa saponin dan steroid. Uji kualitatif juga dilakukan oleh Prameela dan Saj 2011 pada ekstrak metanol, kloroform dan petroleum eter. Hasil uji menunjukkan bahwa pada ekstrak metanol terdapat steroid, terpenoid, tannin dan saponin. Pada ekstrak kloroform terdapat gula reduksi, flavonoid, terpenoid, tannin, coumarin dan antraquinone. Sementara pada ekstrak petroleum eter mengandung steroid, coumarin dan saponin. Berdasarkan uji kuantitatif pada studi yang sama menunjukkan bahwa torbangun mengandung total karbohidrat 2.8, total selulosa 1.7, total protein 9.36, total fenol 0.03 dan total tannin 0.68 mgg berat. Studi oleh Bhatt dan Negi 2012 mengamati kandungan total fenol dari hasil ekstraksi berbagai jenis pelarut yaitu ekstraksi bertahap menggunakan heksana, etil asetat, aseton dan metanol berdasarkan polaritasnya dibandingkan 8 dengan ekstrak hidroalkohol dan bentuk kering beku. Hasil menunjukkan bahwa total fenol tertinggi berasal dari ekstrak etil asetat ±59 kemudian ekstrak aseton ±52, ekstrak hidroalkohol ±33, bentuk kering beku ±25, ekstrak metanol ±23 dan ekstrak heksana ±11 mg GAEg ekstrak. Kandungan total fenol tersebut sejalan dengan kemampuan bioaktifitasnya dimana kemampuan antioksidan tertinggi ditunjukkan oleh ekstrak etil asetat dan kemampuan antibakteri tertinggi oleh ekstrak aseton Bhatt and Negi 2012. Hasil uji aktifitas antioksidan oleh Bhattacharjee 2010 menunjukkan bahwa ekstrak etanol yang berasal dari bagian daun tanaman torbangun memiliki aktifitas antioksidan tertinggi dibandingkan bagian tanaman lainnya yakni batang dan akar. Hal ini disebabkan karena kandungan total fenolik, flavonoid, alkaloid dan saponin juga lebih tinggi pada bagian daun dibandingkan batang dan akarnya. Dilaporkan bahwa pada ekstrak daun torbangun terdapat total fenolik 19,62 ± 0.83, flavonoid 4,21 ± 0.39, alkaloid 4,3 ± 0,74 dan saponin 2,09 ± 0,33 dalam persen beratberat. Namun seluruh bagian tanaman ini memperlihatkan keberadaan komponen alkaloid, flavonoid, saponin, tannin, triterpenoid, sedangkan karotenoid hanya terdapat pada daun dan batangnya. Gambar 2.1 Struktur kimia komponen fenolik sederhana kiri. Struktur kimia flavonoid kanan Garcia-Salas et al. 2010 Studi review menyebutkan bahwa komponen volatile utama pada daun torbangun yang berkontribusi terhadap bioaktifitasnya antara lain carvacrol, thymol dan -caryophyllene Khare et al. 2011. Pada penelitian oleh Murthy et al. 2009 diperoleh komponen volatile utama yang bersifat fungitoxic adalah carvacrol 70, -caryophyllene 6.2, p-cymene 5.6, -terpinene 5.3, 4- terpinenol 1.2, α-cubebene 0.8, α-bergamotene γ.9, α-caryophyllene 1.9 dan eudesma-4,11-diene 1.8. Penelitian lain oleh Selvakumar et al, 2011 melaporkan komponen volatile pada minyak esensial tanaman torbangun yang memiliki kemampuan bioaktif didominasi oleh komponen thymol 41.3, 1,8-cineol 21.45 dan carvacrol 13.25.

2.3 Metabolomik

Produk alami telah diketahui merupakan sumber yang sangat kaya untuk memperoleh komponen bioaktif terutama dalam rangka penemuan obat karena produk alami memiliki struktur kimia yang unik dan beragam. Namun dengan kompleksitas dan keberagaman metabolit yang terdapat dalam produk alami tersebut justru menjadi hambatan tersendiri. Salah satu pendekatan yang dikembangkan untuk mengatasi hambatan tersebut adalah melalui metabolomik. Pendekatan metabolomik memungkinkan untuk melakukan studi sistematik menggunakan campuran yang kompleks seperti preparasi fitokimia yang