15
3 METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2014 hingga Mei 2016 di beberapa Laboratorium sebagai berikut:
SEAFAST Center South East Asian Food and Agricultural Science and Technology IPB,
Laboratorium Mikrobiologi dan Immunologi PSSP Pusat Studi Satwa Primata IPB,
Kebun Percobaan Leuwikopo IPB, Laboratarium Kimia Pangan ITP IPB,
Laboratorium Jasa Analisis LJA IPB, Laboratorium Pelayanan Kimia Analitik Balai Penelitian Ternak Ciawi,
Laboratorium BPPT Biotek Serpong, dan Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka IPB.
3.2 Bahan dan Alat Penelitian Bahan
Bibit tanaman torbangun Plectranthus amboinicus Lour. Spreng diperoleh dari Pusat Studi Biofarmaka IPB Cikabayan. Spesimen tanaman telah
diautentikasi oleh Pusat Penelitian Biologi, LIPI Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Cibinong Bogor Surat Keterangan Identifikasi Tumbuhan terdapat
pada Lampiran 1. Pelarut yang digunakan untuk proses ekstraksi antara lain: etanol absolut, n-heksana, kloforom, dan etil asetat diperoleh dari Merck-
Germany. Kertas saring Whatman No. 42 untuk menyaring ekstrak. Berbagai pelarut standar HPLC untuk analisa HPLC dan LC-MS terdiri atas metanol, air
HPLC, asam asetat, asetonitril, dan asam format. Filter membran ukuran pori 0.45 µm berbahan nylon Minisart Sartorius digunakan untuk preparasi sampel. Sel
yang digunakan adalah sel adenokarsinoma payudara galur MCF-7 yang disediakan oleh PSSP IPB berasal dari ATCC® American Type Culture
Collection. Reagen dan bahan untuk kultur sel dan uji biologis antara lain: medium Roswell Park Memorial Institute RPMI 1640 Sigma-Aldrich USA,
fetal bovine serum FBS Gibco, penicillinstreptomycin, dimethyl sulfoxide DMSO, Merck-Germany, larutan penyangga
Dulbecco’s Phosphate Buffer Saline DPBS, Gibco, trypsin, trypane blue, 3-4,5-dimethylthiazol-2-yl-2,2-
diphenyltetrazolium bromide MTT, Rneasy Mini Kit Qiagen untuk ekstraksi RNA, dan iCycler One-Step qRealTime-PCR Kit KAPA BIOSYSTEMS.
Peralatan penelitan
Peralatan untuk proses ekstraksi yaitu refrigerator, freeze drier Martin Christ Gamma 2-16 LSC plus, Germany, freezer, blender, timbangan analitik
Sartorius, alat-alat gelas, vortex, sonicator, sentrifus kapasitas besar IEC Centra-8 Thermo Scientific, USA, platform shaker Innova 2100 Fisher
Scientific, rotary evaporator Buchi, Switzerland, vacuum filter, desikator, dan
16
tabung sampel. Peralatan HPLC yang digunakan adalah Agilent Technologies, USA dengan Multi Wavelength Detector MWD. Kolom C18 150 mm x 4.6
mm i.d., ukuran partikel 5 µm. Sistem LC-MS yang digunakan yaitu UPLC- QToF-MSMS Waters dan kolom Acquity UPLC BEH C18 50 mm x 2.1 mm
i.d., ukuran partikel 1.7 µm dengan XEVO-G2QTOF Waters, USA, model resolusi ESI positif dan MassLynk versi 4.1. Peralatan untuk kultur sel dan analisa
bioteknologi yaitu: incubator CO
2
, Biosafety cabinet Class 2 NuAire, USA, microscope fluorescence Nikon Optivat-2, Japan, hemocytometer, high speed
centrifuge, microplate reader Bio-Rad, USA, dan Real Time-PCR system Bio- Rad, USA.
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Budidaya tanaman torbangun
Tanaman torbangun ditanam di Kebun Percobaan Leuwikopo IPB yang lokasinya terletak pada posisi Lintang: -6.563682, dan Bujur: 106.725537 NASA
2016. Lahan terlebih dahulu dipersiapkan dengan membuat bedengan dan mengaplikasikan pupuk kandang pada titik titik di mana bibit akan diletakkan.
Jarak antar tanaman diperkirakan sekitar 40 cm. Tanaman dibiarkan dalam kondisi tidak ternaungi untuk memberikan peluang produksi metabolit sekunder yang
optimal karena induksi panas, cahaya dan sinar UV Akula dan Ravishankar 2011. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan
Geofisika BMKG, curah hujan rata-rata per hari selama periode penanaman dan pemanenan 21 November 2014
– 9 Maret 2015 adalah 8.57 ± 14.64 mm. Curah hujan dalam bulan Desember 2014 adalah 200 mm yang tergolong menengah
BMKG 2016. Sedangkan rata-rata lama penyinaran sinar matahari adalah 3.94 ± 2.53 jamhari. Tanaman dirawat dari hama dan gulma secara manual tanpa
penggunaan pestisida. Penyiraman tanaman dilakukan setiap dua hari apabila diperlukan.
Gambar 3.1 Tanaman torbangun yang ditanam di Kebun Percobaan Leuwikopo IPB. A Usia tanam 0 minggu saat baru dipindah dari polybag ke
lahan, B usia tanam 10 minggu saat tanaman siap dipanen
17
Ekstraksi dan fraksinasi tanaman torbangun Pengambilan sampel
Prosedur pengambilan sampel dilaksanakan berdasarkan metode Andarwulan et al. 2014 dengan sedikit modifikasi. Secara ringkas tanaman
torbangun dipanen dengan memotong daun yang tumbuh sekitar 15 cm dari ujung tiap cabang. Daun yang bersih dan bebas dari kerusakan dipilih dan langsung
dikemas dalam plastik bersegel untuk kemudian langsung disimpan dalam freezer -20
o
C selama menunggu proses pengeringan beku. Sampel daun torbangun kemudian diliofilisasi dengan freeze dryer selama 2 x 24 jam. Daun torbangun
kering kemudian dihaluskan menggunakan blender dan disaring dengan penyaring ukuran 30 mesh. Bubuk halus dimasukkan dalam kemasan plastik bersegel
masing-masing 25gkemasan, kemudian disimpan dalam freezer hingga proses selanjutnya Andarwulan et al. 2014.
Ekstraksi dan fraksinasi komponen bioaktif
Proses ekstraksi secara umum diadaptasi dari metode Maser et al. 2015. Sejumlah bubuk sampel daun torbangun 25 g dicampur dengan 500 ml etanol
80 dalam wadah erlenmeyer 500 ml sehingga diperoleh perbandingan sampel:pelarut 1:20, mv. Untuk mengoptimumkan proses pengadukan maka 3
butir kelereng dimasukkan ke dalam campuran kemudian erlenmeyer dinaikkan ke atas platform shaker untuk diaduk selama 20 menit dengan kecepatan 125 rpm.
Setelah itu campuran disonikasi dalam penangas ultrasound selama 50 menit. Kemudian dilakukan sentrifugasi selama 5 menit pada putaran 2000 rpm sehingga
ekstrak yang menjadi supernatan dengan mudah dipisahkan dengan dekantasi. Ekstrak disaring dengan kertas Whatman no 42 dalam kondisi vakum. Filtrat
kemudian ditempatkan pada botol kaca berwarna gelap, sedangkan retentate dan bubuk yang tersisa ditambahkan etanol 80 sebanyak 375 ml 1:15, mv untuk
kemudian dilakukan ekstraksi kembali dengan metode yang sama seperti ekstraksi tahap pertama. Dari 100 gr bubuk sampel diperoleh total ekstrak sebanyak ± 3
liter. Filtrat kemudian dipekatkan menggunakan rotary evaporator pada temperatur 50
o
C sehingga diperoleh ekstrak etanol tanaman torbangun. Proses ekstraksi dilakukan dengan 3 kali ulangan 3 x 100 g bubuk. Ekstrak etanol pekat
dibagi menjadi dua bagian yang salah satu bagian disimpan sebagai ekstrak etanol sedangkan bagian yang lain dilakukan fraksinasi.
Proses fraksinasi cair-cair secara bertingkat dilaksanakan berdasarkan metode yang diadaptasi dari Maser et al. 2015 dengan sedikit modifikasi. Secara
ringkas proses fraksinasi tersebut menggunakan beberapa pelarut dengan tingkat polaritas yang berbeda yakni heksana, kloroform dan etil asetat Gambar 3.2.
Ekstrak etanol pekat sebanyak 7 g ditambahkan aquadest sebanyak 225 ml sehingga diperoleh perbandingan sampel:aquadest 1:30, mv. Dilakukan
pengadukan sehingga sampel ekstrak etanol benar-benar larut. Kemudian larutan dimasukkan dalam labu pemisah dan ditambahkan heksana sebanyak 225 ml.
Dilakukan pengadukan dengan mengocok labu pemisah selama 5 menit. Kemudian didiamkan utuk memberikan kesempatan terjadinya pemisahan antara
fase polar dan fase non polar. Ketika terjadi pemisahan sempurna maka fraksi larut heksana yang bersifat non polar dipisahkan dan ditampung dalam wadah
18
botol kaca berwarna gelap. Sementara fraksi polar ditambahkan kembali dengan 225 ml heksana untuk dilakukan ekstraksi kembali seperti tahap sebelumnya.
Fraksi polar hasil fraksinasi dengan heksana kemudian ditambahkan dengan kloroform untuk dilakukan fraksinasi sehingga diperoleh fraksi kloroform
dan fraksi polarnya. Fraksi polar yang tersisa kemudian ditambahkan dengan etil asetat untuk dilakukan fraksinasi kembali sehingga diperoleh hasil akhir berupa
fraksi etil asetat dan fraksi air. Masing-masing ekstraksi dan fraksinasi dilakukan sebanyak 3 kali ulangan.
Gambar 3.2 Bagan alir proses ekstraksi dan fraksinasi bertingkat
Bubuk sampel torbangun
Ekstrak etanol + H
2
O Ekstraksi dengan etanol
Filtrat
Ekstrak etanol
Corong pemisah
Heksana
Kloroform Fraksi polar + H
2
O
Corong pemisah
Etil asetat Fraksi polar + H
2
O
Corong pemisah
Fraksi heksana
Fraksi kloroform
Fraksi etil asetat
Fraksi air
19
Gambar 3.3 Bagan alir identifikasi fraksi aktif tanaman torbangun
3.3.2 Analisis profil kimia fraksi torbangun Analisa HPLC
Gupta et al. 2013
Ekstrak dan fraksi torbangun dilarutkan dalam DMSO pada konsentrasi 0.8 µgml dan diaduk dengan vortex. Kemudian sebanyak 1 ml larutan difiltrasi
menggunakan filter membran dan ditempatkan pada wadah vial. Sebanyak 40 µ l sampel diinjeksikan ke dalam HPLC. Pengukuran dilakukan pada panjang
gelombang 250 nm, 270 nm, 290 nm, 310 nm, 330 nm, dan 350 nm. Fase gerak sistem HPLC terdiri atas larutan asam asetat 0.1 A dan acetonitril B dengan
gradien elusi 2-5 B 3 menit, 5-15 B 7 menit, 15-30 B 6 menit, dan 30- 2 B 4 menit. dengan laju aliran 1 mLmenit. Kromatogram yang dihasilkan
dari 5 fraksi dengan 3 ulangan dan 3 serapan panjang gelombang UV akan diperoleh 45 kromatogram. Data kromatogram akan dikorelasikan dengan data
aktifitas anti kanker terhadap sel MCF-7 menggunakan analisis multivariat OPLS.
Penentuan fraksi aktif dengan metabolomik
Fraksi yang mengandung komponen aktif ditentukan melalui analisa menggunakan OPLS. Analisa ini menghasilkan 3 jenis keluaran yaitu score plot,
Y related coefficient plot, dan X varian plot. Score plot menunjukkan klasifikasi fraksi berdasarkan level nilai IC
50
. Y related coefficient plot memperlihatkan korelasi antara dua matriks yakni data selang waktu retensi dan data nilai IC
50
. Adanya korelasi yang signifikan ditunjukkan dengan Y related coefficient yang
bernilai positif. Sedangkan X varian plot memperlihatkan penyebaran peak area dari berbagai fraksi pada selang waktu retensi yang signifikan aktifitasnya.
Berdasarkan plot-plot tersebut maka dapat diketahui fraksi yang memiliki peak
5 Fraksi Torbangun
Analisa HPLC
Sel MCF7
MTT assay
Metabolomik
Fraksi paling aktif LC-MS
Profil Komponen bioaktif
IC
50
Kromatogram