11
2.4 Galur Sel Kanker Payudara
Galur sel kanker payudara yang pertama ditemukan adalah BT-20 pada tahun 1958. Salah satu keuntungan menggunakan galur sel dalam penelitian
adalah memungkinkan untuk menyediakan populasi sel yang relatif homogen yang memiliki kemampuan bereplikasi sendiri dalam medium kultur sel standar.
Baru sekitar 25 tahun kemudian ditemukan MCF-7 oleh Michigan Cancer Foundation yang menjadi paling populer digunakan di dunia saat ini. Hal ini
disebabkan karena MCF-7 memiliki sensitifitas hormon yang tinggi dengan adanya estrogen receptor ER yang menjadikannya ideal sebagai model untuk
mempelajari pengaruh hormon. Saat ini telah banyak galur sel kanker yang telah dikembangkan yang berasal baik dari sel tumor primer, pleural effusions atau
jaringan metastasis yang terdapat pada pasien. Sel-sel tersebut telah tersedia secara komersial di berbagai bank sel Holliday dan Speirs 2011.
Pada mulanya sel-sel kanker dapat dikelompokkan berdasarkan morfologinya seperti tipe histologi, tingkatan tumor, status lymph node dan
keberadaan marka seperti ER dan yang mutakhir human epidermal growth factor receptor 2 HER2. Namun dengan berkembangnya molecular profiling
menggunakan DNA microarray maka heterogenitas tersebut dapat dibuktikan melalui profiling ekspresi gen. Sehingga sel kanker dapat dikelompokkan menjadi
5 sub-tipe sebagaimana tercantum dalam tabel 2.3. Tabel 2.3. Klasifikasi molekuler sel kanker payudara
Sub tipe Profil
immunologi Karakteristik lain
Contoh galur sel
Luminal A ER
+
, PR
+-
, HER
2 -
Ki67 rendah, responsif thd endokrin, umumnya responsif thd kemoterapi
MCF7, T47D, SUM185
Luminal B ER
+
, PR
+-
, HER
2 +
Ki67 tinggi, biasanya responsif thd endokrin, variatif kepekaan thd
kemoterapi, HER
2 +
adalah responsif terhadap trastusumab antibodi
BT474, ZR75
Basal ER
-
, PR
-
, HER
2 -
EGFR
+
dan atau sitokeratin 56
+
, Ki67 tinggi, tidak responsif thd endokrin,
umumnya responsif thd kemoterapi MDA-MB468,
SUM190
Claudin- low
ER
-
, PR
-
, HER
2 -
Ki67, E-cadherin, claudin-3, claudinin-4 dan claudinin-7 rendah, kepekaan
sedang thd kemoterapi BT549, MDA-
MB231, SUM1315
HER2 ER
-
, PR
-
, HER
2 +
Ki67 tinggi, responsif terhadap trastusurmab, responsif thd kemoterapi
SKBR3, MDA-MB453
Ket: EGFR: epidermal growth factor receptor, ER: estrogen receptor, HER2: human epidermal growth factor receptor 2, PR: progesterone receptor.
Sumber: Holliday and Speirs 2011
2.5 Mekanisme Apoptosis
Apoptosis merupakan proses kematian sel yang terprogram dan memiliki karakteristik morfologi yang berbeda dengan jenis kematian sel yang lain dan
memiliki mekanisme biokimia yang melibatkan energi. Apoptosis terjadi secara
12
normal selama perkembangan dan pertumbuhan sel dan merupakan suatu mekanisme homeostasis untuk mempertahankan kestabilan populasi sel dalam
suatu jaringan. Selain itu apoptosis merupakan suatu mekanisme pertahanan seperti saat terjadi reaksi imun atau saat sel mengalami kerusakan oleh penyakit
atau substansi beracun Elmore 2007.
Secara morfologi sel yang mengalami apoptosis memiliki karakteristik khusus yang dapat dibedakan dengan jenis kematian sel yang lain seperti nekrosis.
Pada tahap awal apoptosis sel mengalami pengkerutan dan pyknosis yang dapat diamati melalui mikroskop cahaya. Sel mengkerut dengan ukuran yang mengecil,
sitoplasma semakin pekat serta organel-organel semakin padat terbungkus di dalam sel. Pyknosis adalah hasil dari kondensasi kromatin dan ini merupakan ciri
utama apoptosis. Kemudian terjadi blebbing pada membran plasma yang diikuti dengan karyorrhexis dan pemisahan bagian-bagian sel membentuk apoptotic
bodies. Apoptotic bodies terdiri atas sitoplasma dengan organel yang padat terbungkus dengan atau tanpa pecahan inti sel. Integritas organel masih dapat
dipertahankan karena masih berada di dalam membran plasma yang masih utuh. Apoptotic bodies ini kemudian difagositasi oleh makrofag, sel-sel parenkim atau
sel-sel neoplastik dan kemudian didegradasi selama proses fagolisosom Elmore 2007.
Mekanisme apoptosis sangat rumit dan kompleks yang melibatkan tahapan molekuler reaksi berantai yang bergantung pada energi. Hingga saat ini terdapat
dua jalur utama apoptosis yakni ekstrinsik dan intrinsik . Terdapat satu jalur tambahan yakni yang melibatkan sitotoksisitas yang dimediasi oleh selT dan
kematian sel yang bergantung pada perforin-granzyme. Ketiga jalur tersebut bertemu pada satu titik yakni tahap eksekusi yang diawali dengan pembelahan
oleh caspase-3 mengakibatkan fragmentasi DNA, degradasi protein penyusun sel dan inti sel, protein crosslinking, pembentukan apoptotic bodies, ekspresi ligan
untuk reseptor sel-sel fagosit dan akhirnya proses fagositosis.
Gambar 2.2 Mekanisme Apoptosis melalui berbagai Jalur Elmore 2007