Perilaku Kader dalam Pemantauan Pertumbuhan Balita di Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung

(1)

PERILAKU KADER DALAM PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI PUSKESMAS MANDALA KECAMATAN MEDAN TEMBUNG

SKRIPSI

OLEH :

HASTATY HS NIM. 101000388

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

PERILAKU KADER DALAM PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI PUSKESMAS MANDALA KECAMATAN MEDAN TEMBUNG

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH :

HASTATY HS NIM. 101000388

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(3)

(4)

ABSTRAK

Kesalahan kader dalam pelaksanan kegiatan posyandu untuk memantau pertumbuhan balita akan berdampak pada kesimpulan yang salah sehingga menghasilkan informasi yang salah dan tindakan pencegahan yang salah pula. Untuk itu diperlukan sebuah analisis untuk mengetahui perilaku kader. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku kader dalam pemantauan pertumbuhan balita di Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan desain potong lintang(cross sectional).Penelitian dilakukan bulan September 2013 hingga bulan Desember 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kader yang ada di 39 posyandu di wilayah kerja Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung yaitu 159 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah 100 orang yang diperoleh dengan menggunakan

cluster sampling. Data yang ada akan dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 51,0% kader berusia < 37 tahun; 61,0% pendidikan kader adalah pendidikan dasar (SD, SMP); 90,0% sudah menjadi kader selama > 2 tahun; kader yang tidak bekerja 83,0%; dan tugas yang paling banyak dilakukan adalah pendaftaran yaitu 41,0%. Perilaku kader dalam pelaksanaan pemantauan pertumbuhan balita, sebanyak 49,0% kader berpengetahuan baik, namun hanya 14,0% kader bersikap baik dan hanya 3,0% kader dengan tindakan baik.

Disarankan agar pihak puskesmas dapat memberikan pendidikan dalam pemantauan pertumbuhan balita dan dapat memberikan pelatihan seperti pelatihan memplot, menimbang bayi dan penghitungan umur secara berkala kepada kader. Kata Kunci : Pemantauan Pertumbuhan Balita, Perilaku, Kader


(5)

ABSTRACT

The cadres failure in the implementation of health center activities to monitor the growth of children under five will result in the wrong conclusion which will give incorrect information and precaution. Therefore, an analyze is required to determine the behavior of cadres in monitoring the growth of children under five in Mandala health center in sub district Medan Tembung.

This research is a descriptive cross sectional design research carried out in September 2013 to December 2014. The population in this study were all cadres in 39 integreted health posts in working area of public health center Mandala district of Medan Tembung that is 159 people. The sample in this study were 100 people who is obtained using cluster sampling. Existing data will be analyzed descriptively and presented in form of a frequency distribution table.

The result of this research showed that 51,0% cadres aged < 37 years old; 61,0% of cadres education is primary education (Primary Junior High School); 90,0% has becomed cadres for > 2 years; unemployed caders is 83,0%; and the most frequent task is the registration (41,0%). Cadre behaviour in implementation of children under five year growth monitoring, 49,0% of cadre has good knowledge, but only 14,0% cadre has good manner and only 3,0% cadre with good action.

It is suggested for the clinic to give education to the cadres in growth monitoring of children under five and to provide training such as plotting training, weighting children under five and calculating ages periodacally to the cadres.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Hastaty Hasan

Tempat/ Tanggal Lahir : Sibolga, 23 Nopember 1977

Agama : Islam

Nama Orang Tua : Hasan Basri

Anak ke : 2 (dua) dari 5 (lima) bersaudara Alamat Rumah Orang Tua : Jln. SM. Raja No. 149 Sibolga

Alamat Rumah : Jln. Ekawarni Gg. Ekawarni VI No. 6 Medan Johor

Riwayat Pendidikan

Tahun 1984 - 1990 : SDN No. 081239 Sibolga Tahun 1990 - 1993 : SMPN 3 Sibolga

Tahun 1993 - 1996 : SPRG Depkes RI Medan

Tahun 2000 - 2003 : D3 Kesehatan Gigi Politeknik Kesehatan Medan Tahun 2010 - 2015 : S1 FKM USU

Riwayat Pekerjaan

Tahun 2006 - 2011 : Staf Puskesmas Samadua Kec. Samadua Kab. Aceh Selatan

Tahun 2012 - sekarang : Staf Bidang Bina Pengembangan SDM Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan keridhoan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “Perilaku Kader dalam Pemantauan Pertumbuhan Balita di Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung”.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan motivasi dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Albiner Siagian, M.Si selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes selaku Dosen Pembimbing I dan Ketua Penguji yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Ibu Dra. Jumirah, Apt., M.Kes selaku Dosen Pembimbing II dan Dosen Penguji I yang telah memberikan waktu dan pikiran dalam memberikan membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Bapak dr. M. Arifin Siregar, M.S selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.


(8)

6. Ibu Ernawati Nasution, S.K.M, M.Kes selaku Dosen Penguji III yang telah memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini. 7. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dosen Penasihat Akademik.

8. Para Dosen dan Pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

9. Ibu dr. Hafni Tanjung selaku Kepala Puskesmas di Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung.

10. Kepada Papa Tercinta Hasan Basri dan Mama Tercinta Nurjani Situmorang yang selalu memberikan doa, semangat, nasihat, dukungan, motivasi, keoptimisan, kesabaran dan kasih sayang yang tidak terhitung banyaknya. Kesabaran dan penantian kalian merupakan alasan terbesarku untuk tetap mengerjakan skripsi ini.

11. Kakak dan adik-adik yang selalu berdoa dan memberikan dukungan serta semangat dalam penulisan skripsi ini.

12. Teman seperjuangan, drg. Susi, Seni SKM, Rida SKM, Kiki SKM, Evi SKM, dan Kak Yusnita selaku TPG Puskesmas Mandala, terima kasih untuk semangat dan motivasi yang kalian berikan padaku.

13. Teman-teman Bidang Bina Pengembangan SDM Kesehatan Dinkes Propinsi Sumatera Utara, terima kasih untuk semangat dan motivasi yang kalian berikan padaku.

14. Teman-teman di FKM serta rekan-rekan Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU.


(9)

Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan serta masih diperlukan penyempurnaan, hal ini tidak terlepas dari keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.

Medan, Pebruari 2015 Penulis


(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ... ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.3.1 Tujuan Umum ... 8

1.3.2 Tujuan Khusus ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Pertumbuhan Balita ... 9

2.1.1 Parameter Pertumbuhan Balita ... 10

2.1.2 Pemantauan Pertumbuhan Balita ... 11

2.2 Kader Posyandu ... ... 13

2.2.1 Tugas Kader di Posyandu ... 14

2.2.2 Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita Oleh Kader ... 16

2.3 Perilaku ... ... 16

2.3.1 Pengetahuan ... 17

2.3.2 Sikap ... 19

2.4 Perilaku Berdasarkan Karakteristik Kader ... 21

2.4.1 Umur Kader ... 21

2.4.2 Pendidikan Kader ... 22

2.4.3 Lama Tugas Jadi Kader ... 23

2.4.4 Pelatihan Kader ... 23

2.5 Kartu Menuju Sehat ... 24

2.5.1 Penjelasan Umum Kartu Menuju Sehat (KMS) Balita ... 24

2.5.2 Fungsi Kartu Menuju Sehat (KMS) ... 25

2.5.3 Kegunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) ... 26

2.6 Kerangka Konsep ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

3.1 Jenis Penelitian ... 29


(11)

3.2.1 Lokasi ... 29

3.2.2 Waktu ... 29

3.3 Populasi dan Sampel ... 29

3.3.1 Populasi ... 29

3.3.2 Sampel ... 29

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 30

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 30

3.6 Metode Pengukuran ... 31

3.7 Metode Analisis Data ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 35

4.1 Gambaran Lokasi Penelitian ... 35

4.1.1 Posyandu ... 35

4.1.2 Kader ... 35

4.2 Karakteristik Kader ... 35

4.3 Pengetahuan ... 36

4.4 Sikap ... ... 38

4.5 Tindakan Kader dalam Pemantauan Pertumbuhan Balita ... 42

4.6 Tindaan Berdasarkan Karakteristik ... 43

4.6.1 Tindakan Berdasarkan Umur ... 43

4.6.2 Tindakan Berdasarkan Pendidikan ... 44

4.6.3 Tindakan Berdasarkan Lama Kerja ... 44

4.6.4 Tindakan Berdasarkan Pekerjaan ... 45

4.6.5 Tindakan Berdasarkan Pengetahuan ... 45

4.6.6 Tindakan Berdasarkan Sikap ... 46

BAB V PEMBAHASAN ... 47

5.1 Perilaku .... ... 47

5.1.1 Pengetahuan ... 47

5.1.2 Sikap ... 50

5.1.3 Tindakan ... 52

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 54

6.1 Kesimpulan ... 54

6.2 Saran ... . 54

DAFTAR PUSTAKA ... 56 LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Kader Menurut Karakteristik di Wilayah Kerja

Puskesmas Mandala ... 36 Tabel 4.2 Distribusi Jawaban Kader Untuk Setiap Indikator Pertanyaan

Tentang Pengetahuan Terhadap KMS dan Tugas-Tugas dalam

Kegiatan Posyandu ... 37 Tabel 4.3 Distribusi Kader Menurut Pengetahuan Tentang KMS

dan Tugas-Tugas dalam Kegiatan Posyandu ... 38 Tabel 4.4 Distribusi Jawaban Kader Untuk Setiap Indikator Pertanyaan

Tentang Sikap Terhadap Pemantauan Pertumbuhan Balita ... 40 Tabel 4.5 Distribusi Kader Menurut Sikap Terhadap Pemantauan

Pertumbuhan Balita ... 42 Tabel 4.6 Distribusi Kader Menurut Tugas yang Paling Sering Dilakukan ... 42 Tabel 4.7 Distribusi Hasil Observasi Terhadap Tindakan Kader dalam

Pelaksanaan Pemantauan Pertumbuhan Balita ... 43 Tabel 4.8 Distribusi Kader Menurut Tindakan dalam Pelaksanaan

Pemantauan Perumbuhan Balita... 43 Tabel 4.9 Tabel Silang Umur Kader dengan Tindakan dalam Pemantauan

Pertumbuhan Balita ... 44 Tabel 4.10 Tabel Silang Pendidikan Kader dengan Tindakan dalam

Pemantauan Pertumbuhan Balita ... 44 Tabel 4.11 Tabel Silang Lama Kerja Kader dengan Tindakan dalam

Pemantauan Pertumbuhan Balita ... 45 Tabel 4.12 Tabel Silang Pekerjaan Kader dengan Tindakan dalam

Pemantauan Pertumbuhan Balita ... 45 Tabel 4.13 Tabel Silang Pengetahuan Kader dengan Tindakan dalam

Pemantauan Pertumbuhan Balita ... 46 Tabel 4.14 Tabel Silang Sikap Kader dengan Tindakan dalam Pemantauan


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Alur Kegiatan Posyandu ... 12 Gambar 2.2 Kartu Menuju Sehat (KMS) ... 25 Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian ... 28


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ... 60

Lampiran 2 Output Hasil Penelitian ... 66

Lampiran 3 Master Data ... 78

Lampiran 4 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 83

Lampiran 5 Surat Izin Penelitian ... 84


(15)

ABSTRAK

Kesalahan kader dalam pelaksanan kegiatan posyandu untuk memantau pertumbuhan balita akan berdampak pada kesimpulan yang salah sehingga menghasilkan informasi yang salah dan tindakan pencegahan yang salah pula. Untuk itu diperlukan sebuah analisis untuk mengetahui perilaku kader. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku kader dalam pemantauan pertumbuhan balita di Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan desain potong lintang(cross sectional).Penelitian dilakukan bulan September 2013 hingga bulan Desember 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kader yang ada di 39 posyandu di wilayah kerja Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung yaitu 159 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah 100 orang yang diperoleh dengan menggunakan

cluster sampling. Data yang ada akan dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 51,0% kader berusia < 37 tahun; 61,0% pendidikan kader adalah pendidikan dasar (SD, SMP); 90,0% sudah menjadi kader selama > 2 tahun; kader yang tidak bekerja 83,0%; dan tugas yang paling banyak dilakukan adalah pendaftaran yaitu 41,0%. Perilaku kader dalam pelaksanaan pemantauan pertumbuhan balita, sebanyak 49,0% kader berpengetahuan baik, namun hanya 14,0% kader bersikap baik dan hanya 3,0% kader dengan tindakan baik.

Disarankan agar pihak puskesmas dapat memberikan pendidikan dalam pemantauan pertumbuhan balita dan dapat memberikan pelatihan seperti pelatihan memplot, menimbang bayi dan penghitungan umur secara berkala kepada kader. Kata Kunci : Pemantauan Pertumbuhan Balita, Perilaku, Kader


(16)

ABSTRACT

The cadres failure in the implementation of health center activities to monitor the growth of children under five will result in the wrong conclusion which will give incorrect information and precaution. Therefore, an analyze is required to determine the behavior of cadres in monitoring the growth of children under five in Mandala health center in sub district Medan Tembung.

This research is a descriptive cross sectional design research carried out in September 2013 to December 2014. The population in this study were all cadres in 39 integreted health posts in working area of public health center Mandala district of Medan Tembung that is 159 people. The sample in this study were 100 people who is obtained using cluster sampling. Existing data will be analyzed descriptively and presented in form of a frequency distribution table.

The result of this research showed that 51,0% cadres aged < 37 years old; 61,0% of cadres education is primary education (Primary Junior High School); 90,0% has becomed cadres for > 2 years; unemployed caders is 83,0%; and the most frequent task is the registration (41,0%). Cadre behaviour in implementation of children under five year growth monitoring, 49,0% of cadre has good knowledge, but only 14,0% cadre has good manner and only 3,0% cadre with good action.

It is suggested for the clinic to give education to the cadres in growth monitoring of children under five and to provide training such as plotting training, weighting children under five and calculating ages periodacally to the cadres.


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) bidang kesehatan 2010-2014 menetapkan empat sasaran pembangunan kesehatan, satu diantaranya adalah menurunkan prevalensi gizi kurang menjadi setinggi-tingginya 20%. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (2010), meskipun ada penurunan prevalensi gizi kurang (dari 18,4% pada tahun 2007 menjadi 17,9% pada tahun 2010), gizi buruk (5,4% pada tahun 2007 menjadi 4,9% pada tahun 2010), dan anak balita pendek (18,0% pada tahun 2007 menjadi 17,1% pada tahun 2010). Sedangkan prevalensi balita sangat pendek hanya sedikit menurun yaitu dari 18,8% pada tahun 2007 menjadi 18,5% tahun 2010. Penurunan juga terjadi pada prevalensi anak kurus, dimana prevalensi balita sangat kurus menurun dari 13,6% tahun 2007 menjadi 13,3% tahun 2010. Meskipun masalah gizi mengalami penurunan, namun persoalan gizi masih harus menjadi prioritas pembangunan, karena anak kerdil merupakan suatu indikator jangka panjang yang cukup baik untuk mengukur kekurangan gizi.

Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi dengan masalah gizi buruk yang masih cukup tinggi di Indonesia, yaitu peringkat ke-8 dari 33 provinsi. Diperkirakan gizi buruk sebesar 7,8%, sedangkan gizi kurang sebesar 13,5% sehingga total gizi buruk dan kurang sebesar 21,4%. Ditargetkan penurunan masalah gizi sebesar 6% selama kurun waktu 2011-2015 untuk bisa mencapai target MDGs tahun 2015 sebesar 15,5%. Untuk itu diperlukan upaya keras dan sinergitas dengan semua


(18)

permasalahan gizi di Provinsi Sumatera Utara (Dinkes Sumut, 2012). Data Dinas Kesehatan Kota Medan tahun 2011, menunjukkan bahwa penderita gizi buruk mencapai 124 orang (4 orang diantaranya meninggal dunia) dan 1.896 kasus anak gizi kurang.

Sesungguhnya teknologi untuk mengatasi gizi kurang telah dimiliki, yakni bila posyandu dapat melaksanakan fungsi dasarnya sebagai unit pemantau tumbuh kembang anak, serta menyampaikan peran kepada ibu sebagai agen pembaharuan dan anggota keluarga yang memiliki bayi dan balita dengan mengupayakan bagaimana memelihara anak secara baik, yang mendukung tumbuh kembang anak sesuai potensinya (Depkes RI, 2005).

Kegiatan bulanan di posyandu merupakan kegiatan rutin yang bertujuan untuk: (a) memantau pertumbuhan berat badan balita dengan menggunakan kartu menuju sehat (KMS), (b) memberikan konseling gizi, (c) memberikan pelayanan gizi dan kesehatan dasar. Untuk tujuan pemantauan pertumbuhan balita dilakukan penimbangan balita setiap bulan. Dalam KMS berat badan balita hasil penimbangan akan diisikan dengan titik dan dihubungkan dengan garis, sehingga membentuk garis pertumbuhan anak. Berdasarkan garis pertumbuhan ini dapat dinilai apakah berat badan anak hasil penimbangan dua bulan berturut-turut = Naik (N) atau Tidak Naik (T) dengan cara yang telah ditetapkan dalam panduan penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) (Depkes RI, 2005).

Posyandu sebagai wadah pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak melalui grafik berat badan dan mencatatnya pada KMS. Kartu Menuju Sehat yang diisi lengkap oleh kader bisa dijadikan indikator bahwa anak rajin dibawa ke


(19)

posyandu. Semakin rajin anak dibawa ke posyandu, maka keadaan tumbuh kembangnya semakin terkontrol dan lebih cepat dilakukan penanggulangan apabila tumbuh kembang anak terhambat. Beberapa hal yang dapat menghambat tumbuh kembang anak di antaranya dikarenakan kurang gizi atau penyakit tertentu pada anak. Kader merupakan ujung tombak pelaksanaan posyandu. Kader adalah anggota masyarakat yang dipilih untuk membantu petugas kesehatan yang bekerja sebagai tenaga sukarela, dididik dan dilatih untuk berpartisipasi pada masyarakat dalam bidang penyelenggaraan program posyandu. Kader berkewajiban untuk melaksanakan dan meningkatkan monitoring status gizi melalui kegiatan penimbangan dan pengukuran panjang atau tinggi badan dan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat. Sehingga pengetahuan dan keterampilan kader dalam penimbangan dan pengukuran tinggi/panjang badan sangat penting untuk mendapat data yang akurat dan presisi.

Pengukuran berat badan dan tinggi/panjang badan sebagai bagian pemantauan pertumbuhan balita merupakan kegiatan penting dalam menunjang upaya perbaikan gizi, deteksi gangguan pertumbuhan, penentuan intervensi, dan sebagai alat edukasi. Selama ini masalah kualitas data penimbangan posyandu sering dipertanyakan karena data sangat terbatas (Indriaty, 2002).

Menurut Satoto dkk dalam Erman (2010), bahwa tingkat presisi dan akurasi para kader posyandu masih rendah. Hal tersebut berdasarkan penelitian di 72 posyandu di Jawa Barat dan Jawa Tengah menunjukkan bahwa hanya 30% kegiatan posyandu dilaksanakan dengan benar, 90% kader membuat kesalahan dalam penimbangan dan pencatatan sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan,


(20)

presisi dan akurasi data penimbangan masih rendah. Selain itu, berdasarkan penelitian UNICEF dalam Erman (2010), bahwa tingkat presisi kader dalam menimbang hanya 39% dan tingkat akurasinya hanya 3%.

Data pemantauan pertumbuhan yang tidak tepat menyebabkan interpretasi status gizi yang salah pula dan berakibat pada kesalahan pengambilan keputusan penanganan masalah gizi. Oleh karena itu maka pengetahuan kader perlu diperhatikan karena sangat mempengaruhi keterampilan kader dalam melakukan monitoring status gizi (Ferizal & Hasanbasri, 2007).

Penelitian-penelitian sebelumnya telah dilakukan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan keterampilan kader posyandu dalam pemantauan pertumbuhan balita di posyandu, seperti penelitian yang dilakukan oleh Satoto, et.al dalam Irwan (2013), pada 72 posyandu di Jawa Barat dan Jawa Tengah, sebesar 63,0% kader mengetahui tentang kegunaan Kartu Menuju Sehat (KMS), tetapi hanya 40% yang mengetahui manfaat KMS untuk konseling gizi. Tingkat pengetahuan kader tentang grafik pertumbuhan dalam KMS masih rendah yaitu 8,6%, Sedangkan konseling gizi yang harus diberikan kepada ibu hanya diketahui oleh 1,7% kader. Hasil studi Sukiarko (2007), menunjukkan bahwa guna KMS menurut kader adalah untuk memantau pertumbuhan balita (58,6%), dan sebagai sarana penyuluhan (3,4%). Demikian juga dengan penelitian Mastari (2009), bahwa 91% ibu balita kurang baik dalam membaca grafik pertumbuhan pada KMS. Lebih jauh lagi, hanya 40,7% kader yang mengetahui manfaat Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk konseling gizi.

Program yang dilaksanakan posyandu merupakan kegiatan rutin yang diadakan dalam bidang kesehatan di Puskesmas Mandala Kecamatan Medan


(21)

Tembung. Posyandu ini dipimpin oleh bidan yang bekerjasama dengan puskesmas setempat juga ibu-ibu kader setempat. Posyandu ini dilakukan setiap satu bulan sekali. Salah satu kegiatan yang dilakukan di posyandu adalah penimbangan berat badan balita. Cakupan penimbangan balita berdasarkan Data Puskesmas Kecamatan Mandala pada tahun 2012, menunjukkan bahwa cakupan penimbangan balita yang ditimbang dibagi jumlah sasaran (D/S) sebesar 76,3%. Untuk cakupan balita yang mengalami kenaikan berat badan dibagi jumlah sasaran (N/D) yaitu pada balita sebesar 81,3%. Puskesmas Kecamatan Mandala menargetkan penimbangan balita di posyandu mencapai 100% (Puskesmas Kec. Mandala, 2012).

Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung bertempat di rumah salah satu kader di dusun tersebut. Biasanya alat-alat penunjang pelaksanaan posyandu sebagian telah ada di rumah kadernya seperti alat pengukur berat badan, dan alat lain seperti tensi meter dan stetoskop biasanya dibawa oleh ibu bidan yang datang ke posyandu tersebut sedangkan serum imunisasi biasanya dibawa oleh petugas kesehatan dari Puskesmas.

Berdasarkan survei awal diketahui bahwa keterampilan kader posyandu yang dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung memperlihatkan beberapa bentuk kesalahan yang dilakukan kader dalam menilai pertumbuhan balita, yaitu: ditemukan adanya kesulitan kader dalam memplot menghubungkan garis dalam Kartu Menuju Sehat (KMS); Kesalahan saat mencatat hasil pengukuran dan penimbangan; dan Kader juga masih kesulitan dalam menentukan umur balita.


(22)

Hasil survei awal terhadap kader posyandu di Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung juga menunjukkan bahwa kader masih melakukan kesalahan dalam menginterpretasikan hasil penimbangan yang dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa apabila kader salah menginterpretasikan hasil penimbangan dalam menilai pertumbuhan balita berdampak pada kesimpulan hasil yang salah, menghasilkan informasi yang salah dan bermuara pada keputusan yang salah dalam upaya kebijakan program selanjutnya.

Ketidaktelitian dan ketidaktepatan kader dalam melakukan penimbangan terletak pada ketidakmampuan mengatur posisi timbangan. Dari hasil survei awal masih banyak ditemukan bahwa posisi timbangan pada saat akan menimbang dalam keadaan tidak seimbang. Selain itu juga dari hasil pengamatan ternyata anak ditimbang menggunakan pakaian yang lengkap bahkan ada yang memakai sepatu, seharusnya anak tersebut ditimbang telanjang atau dengan pakaian seminimal mungkin. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan rendahnya kemampuan kader dalam pemantauan pertumbuhan balita pada Kartu Menuju Sehat adalah tingkat pendidikan kader.

Dari hasil pengamatan pada saat survei awal juga diketahui bahwa kader tidak memberikan pujian kepada ibu balita yang telah membawa balitanya ke posyandu secara rutin setiap bulan, dan terlihat bahwa kader tidak menganjurkan atau mengingatkan ibu balita agar datang kembali dibulan berikutnya untuk melakukan penimbangan balita. Dari hasil observasi juga diketahui bahwa kader tidak menjelaskan arti grafik pertumbuhan kepada ibu balita sesuai dengan yang tertera pada kartu menuju sehat.


(23)

Dalam penyelenggaraannya, setiap kegiatan posyandu di Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung disediakan dana untuk pemberian makanan tambahan (PMT) balita dan untuk transpor kader. Uang transpor kader dinilai masih belum memadai, karena kader Posyandu harus melaporkan temuannya ke Puskesmas, bila sewaktu - waktu terdapat masalah gizi pada balita di wilayah Posyandu. Akibatnya, apabila ada balita yang tidak naik berat badannya selama tiga bulan berturut-turut, maka tidak segera dirujuk ke Puskesmas. Berdasarkan hasil survei awal juga diketahui bahwa jumlah kader yang relatif minim sehingga membuat kegiatan pelaksanaan 5 meja di posyandu tidak terlaksana dengan baik.

Kader yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang khususnya kader dalam menerima suatu program dan inovasi baru dalam masyarakat. Dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang khususnya kader dalam menerima suatu perubahan. Semakin tinggi tingkat pendidikan kader diharapkan cara berpikir akan menjadi lebih rasional sehingga kader akan semakin mampu menilai pertumbuhan itu sendiri, dan dapat melakukan deteksi dini pertumbuhan balita.

Belum maksimalnya kegiatan pemantauan pertumbuhan balita di Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung juga dapat dikarenakan kurangnya kegiatan pelatihan yang didapatkan kader, sehingga pengetahuan dan keterampilan kader dalam melakukan pemantauan pertumbuhan balita juga masih kurang.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti perilaku kader dalam pemantauan pertumbuhan balita di Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung.


(24)

1.2. Permasalahan

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas dirumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana perilaku kader dalam pemantauan pertumbuhan balita di Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui perilaku kader dalam pemantauan pertumbuhan balita di Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui karakteristik kader di Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung

2. Untuk mengetahui pengetahuan kader dalam pemantauan pertumbuhan balita di Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung.

3. Untuk mengetahui sikap kader terhadap pemantauan pertumbuhan balita di Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung.

4. Untuk mengetahui tindakan kader dalam pemantauan pertumbuhan balita di Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat dan masukan bagi Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung, atau bahan masukan bagi pihak manajerial untuk meningkatkan kemampuan kader dalam pemantauan pertumbuhan balita pada Kartu Menuju Sehat.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pertumbuhan Balita

Supariasa (2001), menyatakan bahwa pertumbuhan berkaitan dengan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, dan fungsi tingkat sel, organ maupun individu, yang diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). Pertumbuhan fisik merupakan hal yang kuantitatif, yang dapat diukur. Indikator ukuran pertumbuhan meliputi perubahan tinggi dan berat badan, gigi, struktur skelet, dan karakteristik seksual.

Pertumbuhan pada masa anak-anak mengalami perbedaan yang bervariasi sesuai dengan bertambahnya usia anak. Secara umum, pertumbuhan fisik dimulai dari arah kepala ke kaki. Kematangan pertumbuhan tubuh pada bagian kepala berlangsung lebih dahulu, kemudian secara berangsur- angsur diikuti oleh tubuh bagian bawah. Selanjutnya, pertumbuhan bagian bawah akan bertambah secara teratur (Nursalam dkk, 2005).

Hidayat (2008) menyatakan bahwa seseorang dikatakan mengalami pertumbuhan bila terjadi perubahan ukuran dalam hal bertambahnya ukuran fisik, seperti berat badan, tinggi badan/panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan, lingkar dada, perubahan proporsi yang terlihat pada proporsi fisik atau organ manusia yang muncul mulai dari masa konsepsi sampai dewasa, terdapat ciri baru yang secara perlahan mengikuti proses kematangan seperti adanya rambut pada daerah aksila,


(26)

pubis atau dada, hilangnya ciri-ciri lama yang ada selama masa pertumbuhan seperti hilangnya kelenjar timus, lepasnya gigi susu, atau hilangnya refleks tertentu.

2.1.1. Parameter Pertumbuhan Balita

Parameter untuk mengukur kemajuan pertumbuhan biasanya yang dipergunakan adalah berat badan dan panjang badan (Hidayat, 2008).

1. Berat Badan

Pengukuran berat badan digunakan untuk menilai hasil peningkatan atau penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, misalnya tulang, otot, lemak, organ tubuh, dan cairan tubuh sehingga dapat diketahui status keadaan gizi atau tumbuh kembang anak (Hidayat, 2008). Selain itu, berat badan juga dapat digunakan sebagai dasar perhitungan dosis dan makanan yang diperlukan dalam tindakan pengobatan (Supariasa, 2001).

Pada usia beberapa hari, berat badan bayi mengalami penurunan yang sifatnya normal, yaitu sekitar 10% dari berat badan waktu lahir. Hal ini disebabkan karena keluarnya mekonium dan air seni yang belum diimbangi dengan asupan yang mencukupi, misalnya produksi ASI yang belum lancar dan berat badan akan kembali pada hari kesepuluh (Nursalam dkk, 2005).

Pertumbuhan berat badan bayi usia 0-6 bulan mengalami penambahan 150-210 gram/minggu dan berdasarkan kurva pertumbuhan yang diterbitkan oleh National

Center for Health Statistics (NCHS), berat badan bayi akan meningkat dua kali lipat dari berat lahir pada akhir usia 4-7 bulan (Wong dkk, 2008). Berat badan lahir normal bayi sekitar 2.500-3.500 gram, apabila kurang dari 2.500 gram dikatakan bayi memiliki berat badan lahir rendah (BBLR), sedangkan bila lebih dari 3.500 gram


(27)

dikatakan makrosomia. Pada masa bayi-balita, berat badan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan fisik dan status gizi. Status gizi erat kaitannya dengan pertumbuhan, sehingga untuk mengetahui pertumbuhan bayi, status gizi diperhatikan (Susilowati, 2008).

Di Indonesia, baku rujukan yang digunakan sebagai pembanding penilaian satus gizi dan pertumbuhan perorangan maupun masyarakat adalah baku rujukan WHO-NCHS (Supariasa, 2001). Baku rujukan WHO-NCHS ini membedakan antara laki-laki dan perempuan, agar diperoleh perbedaan yang lebih mendasar. Pembagiannya dikategorikan menjadi gizi baik, kurang, buruk, dan lebih (Soekirman, 2000)

2. Panjang Badan

Istilah panjang dinyatakan sebagai pengukuran yang dilakukan ketika anak telentang (Wong dkk, 2008). Pengukuran panjang badan digunakan untuk menilai status perbaikan gizi. Selain itu, panjang badan merupakan indikator yang baik untuk pertumbuhan fisik yang sudah lewat (stunting) dan untuk perbandingan terhadap perubahan relatif, seperti nilai berat badan dan lingkar lengan atas (Nursalam dkk, 2005)

2.1.2. Pemantauan Pertumbuhan Balita

Pemantauan pertumbuhan balita di posyandu yang merupakan salah satu kegiatan utama perbaikan gizi, menitik beratkan pada upaya pencegahan dan peningkatan gizi balita. Selain dilakukan penilaian pertumbuhan secara teratur melalui penimbangan juga dilakukan penilaian hasil penimbangan dengan KMS. Dari hasil KMS akan terlihat apakah balita mengalami gangguan pertumbuhan atau tidak.


(28)

Apabila terjadi kasus gangguan pertumbuhan maka perlu dilakukan upaya berupa konseling dan rujukan guna mencegah memburuknya keadaan gizi masyarakat. Tindak lanjutan berupa kebijakan dan program ditingkat masyarakat, serta meningkatkan motivasi untuk memberdayakan keluarga (Depkes RI, 2006).

Gambar 2.1 Alur Kegiatan Posyandu

Sumber: Buku Pemantauan Pertumbuhan Balita di Posyandu, Depkes RI, 2006

Pada kegiatan meja 4 (empat) pertumbuhan balita dapat dipantau dengan menimbang berat badan anak balita setiap bulan. Hasil penimbangan anak balita diterjemahkan ke dalam KMS/buku KIA yang menghasilkan status pertumbuhan balita(Naik/Tidak Naik).

Kesehatan seorang anak dapat dilihat dari beberapa hal, khususnya untuk anak usia 0-5 tahun kesehatannya dapat dilihat dari berat badan setiap bulan melalui KMS (Kartu Menuju Sehat). KMS adalah kartu yang memuat kurva pertumbuhan normal anak berdasarkan indeks antropometri berat badan menurut umur. Dengan KMS gangguan pertumbuhan atau risiko kelebihan gizi dapat diketahui lebih dini, sehingga

5. DINILAI STATUS PERTUMBUHAN BERDASARKAN KURVA BB ANAK PELAYANAN GIZI

DAN KESEHATAN DASAR

N = NAIK

GIZI BURUK/ SANGAT KURUS DIRUJUK

TIDAK GIBUR KONFIRMASI

BB/TB BGMDITIMBANG , PERTAMA T = TIDAK

NAIK 6.


(29)

dapat dilakukan tindakan pencegahan secara lebih cepat dan tepat sebelum masalahnya lebih berat KMS di Indonesia telah digunakan sejak tahun 1970-an, sebagai instrumen utama kegiatan pemantauan pertumbuhan. Pemantauan pertumbuhan adalah serangkaian kegiatan yang terdiri dari: 1) Penilaian pertumbuhan anak secara teratur melalui penimbangan setiap bulan, pengisian KMS, menentukan status pertumbuhan berdasarkan kenaikan berat badan; dan 2) Menindaklanjuti setiap kasus gangguan pertumbuhan. Tindak lanjut hasil pemantauan pertumbuhan biasanya berupa konseling, pemberian makanan tambahan, pemberian suplementasi gizi dan rujukan.

Pada saat ini pemantauan pertumbuhan merupakan kegiatan utama Posyandu yang jumlahnya mencapai lebih dari 260 ribu yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar 2007 menunjukkan bahwa sebanyak 74.50/0 (sekitar 15 juta) balita pernah ditimbang minimal 1 kali selama 6 bulan terakhir, 60,9% diantaraanya ditimbang lebih dari 4 kali. Sebanyak 65% (sekitar 12 juta) balita memiliki KMS. Bentuk dan pengembangan KMS ditentukan oleh rujukan atau standar antropometri yang dipakai, tujuan pengembangan KMS serta sasaran pengguna. KMS di Indonesia telah mengalami 3 kali perubahan. KMS yang pertama dikembangkan pada tahun 1974 dengan menggunakan rujukan Harvard. Pada tahun 1990 KMS revisi dengan menggunakan rujukan WHO-NCHS. Pada tahun 2008, KMS balita direvisi berdasarkan Standar Antropometri WHO 2000.

2.2. Kader Posyandu

Kader kesehatan dinamakan juga promotor kesehatan desa (prokes) adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh dari masyarakat dan bertugas mengembangkan


(30)

masyarakat. Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat Depkes RI memberikan batasan kader: “Kader adalah warga masyarakat setempat yang dipilih dan ditinjau oleh masyarakat dan dapat bekerja secara sukarela” (Zulkifli, 2003)

Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan perseorangan maupun masyarakat, serta bekerja di tempat yang dekat dengan pemberian pelayanan kesehatan. (Syafrudin, dan Hamidah, 2006)

Kader kesehatan adalah adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh masyarakat dan bertugas mengembangkan masyarakat. Dalam hal ini kader disebut juga sebagai penggerak atau promoter kesehatan. (Yulifah, dan Yuswanto, 2005)

2.2.1. Tugas Kader di Posyandu 1. Persiapan hari buka posyandu.

a. Menyiapkan alat dan bahan, yaitu : alat penimbangan bayi, KMS, alat pengukur LILA, alat peraga dll

b. Mengundang dan menggerakkan masyarakatuntuk datang ke posyandu

c. Menghubungi pokja posyandu, yaitu menyampaikan rencana kegiatan kepada kantor desa

d. Melaksanakan pembagian tugas, yaitu menentukan pembagian tugas diantara kader posyandu baik untuk persiapan maupun pelaksanaan kegiatan

2. Melaksanakan pelayanan 5 meja.

a. Meja 1: Pendaftaran bayi, balita, bumil, menyusui dan PUS. b. Meja 2: Penimbangan balita dan mencatat hasil penimbangan c. Meja 3: Mengisi buku KIA / KMS


(31)

d. Meja 4:

− Menjelaskan data KIA / KMS berdasarkan hasil timbang

− Menilai perkembangan balita sesuai umur berdasarkan buku KIA. Jika ditemukan keterlambatan, kader mengajarkan ibu untuk memberikan rangsangan dirumah

− Memberikan penyuluhan sesuai dengn kondisi pada saat itu − Memberikan rujukan ke Puskesmas, apabila diperlukan

e. Meja 5: Bukan merupakan tugas kader, melainkan pelayanan sector yang dilakukan oleh petugas kesehatan, PLKB, PPL, antara lain :

− Pelayanan imunisasi − Pelayanan KB

− Pemeriksaan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui

− Pemberian Fe / pil tambah darah, vitamin A (kader dapat membantu pemberiannya), kapsul yodium dan obat-obatan lainnya

Untuk meja 1-4 dilaksanakan oleh kader kesehatan dan untuk meja 5 dilaksanakan oleh petugas kesehatan diantaranya dokter, bidan, perawat, juru imunisasi dan sebagainya.

3). Tugas kader setelah hari buka posyandu.

1. Memindahkan catatan dalam KMS ke dalam buku register atau buku bantu kader 2. Mengevaluasi hasil kegiatan dan merencanakan kegiatan dari posyandu yang akan


(32)

3. Melaksanakan penyuluhan kelompok (kelompok dasa wisma)

4. Melakukan kunjungan rumah (penyuluhan perorangan) bagi sasaran posyandu yang bermasalah antara lain : a) Tidak berkunjung ke posyandu karena sakit; b) Berat badan balita tetap Selama 2 bulan berturut turut; c) Tidak melaksanakan KB padahal sangat perlu; dan d) Anggota keluarga sering terkena penyakit menular (Dinkes RI, 2005).

2.2.2. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita oleh Kader

Hal-hal yang boleh dilakukan kader dalam deteksi dini tumbuh kembang anak/balita antara lain :

1. Penimbangan berat badan 2. Pengukuran tinggi badan 3. Pengukuran lingkar kepala 4. Pengukuran lingkar lengan

Adapun 3 jenis deteksi dini tumbuh kembang yang dapat dikerjakan oleh tenaga kesehatan di tingkat puskesmas dan jaringannya dan tidak boleh dilakukan kader, antara lain :

1. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, yaitu untuk mengetahui / menemukan status gizi kurang atau buruk dan mikrosefali

2. Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk mengetahui gangguan perkembangan anak (keterlambatan), gangguan daya lihat, gangguan daya dengar 3. Deteksi dini penyimpangan mental emosional, yaitu untuk mengetahui adanya

masalah mental emosional, dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (Depkes RI, 2005).


(33)

2.3. Perilaku

Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari. Perilaku ini tidak sama dengan sikap. Sikap adalah suatu kecenderungan untuk mengadakan tindakan terhadap suatu objek, dengan suatu cara yang menyatakan adanya tanda-tanda untuk menyenangi atau tidak menyenangi obyek tersebut. Sikap hanyalah sebagian dari perilaku manusia.

Perilaku manusia sangatlah kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, Bloom dalam Notoatmodjo (2007), membagi perilaku ke dalam tiga domain, yaitu 1) kognitif, 2) afektif, dan 3) psikomotor. Untuk memudahkan pengukuran, maka tiga domain ini diukur dari pengetahuan dan sikap.

2.3.1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behaviour). Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers dalam Notoatmodjo (2007), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:


(34)

a. Awareness (kesadaran), di mana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini sikap subjek sudah mulai timbul.

c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

d. Trial, di mana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e. Adoption, di mana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Namun demikian, dari penelitian selanjutnya Rogers dalam Notoatmodjo (2007), menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini, di mana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama.

Hasil penelitian Dodo (2008), terdapatnya hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan tingkat keaktifan kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas Sikumana. Tingginya tingkat pengetahuan kader menjadikan kinerja kader baik dan berdampak terhadap pelaksanaan program posyandu tersebut. Secara teoritis, pengetahuan dan keterampilan kader posyandu diperoleh dengan cara melalui latihan yang diberikan pada waktu awal dari masa kekaderannya serta latihan penyegaran


(35)

yang diberikan secara berkala. Selanjutnya melalui supervise yang dilakukan oleh petugas puskesmas menjadikan pengetahuan dan keterampilan kader meningkat.

Nofriadi (2005), menyatakan bahwa pengetahua kader gizi lebih baik, jika: a) Dasar pendidikan kader tamat Sekolah Dasar (SD) atau lebih tinggi; b) Kader pernah mengikuti kursus; c) Kader mengikuti kegiatan gizi; d) Kader aktif selama 12-17 bulan; e) Kader diajarkan 5 macam modul dalam kurus gizi; f) Kader mendapat kunjungan pembinaan selama 3 bulan terakhir, dan g) Kader mendapat lebih sering pembinaan.

Hasil penelitian Rosphita (2007), menunjukkan bahwa pengetahuan kader terhadap interpretasi hasil penimbangan (N dan T) didapatkan hasil dengan nilai rata- rata adalah 13,06, sedangkan nilai tertinggi adalah 17 (94,4%) dan nilai terendah adalah 9 (50%). Rosphita (2007), menyimpulkan bahwa apabila kader mempunyai pengetahuan yang baik terhadap penilaian hasil penimbangan maka kader semakin terampil dalam menginterpretasi hasil penimbangan tersebut dan menggambar grafik pertumbuhan anak dalam KMS sebagai modal dasar dalam deteksi dini gangguan pertumbuhan pada anak balita.

2.3.2. Sikap

Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, obyek atau isue. Sikap juga merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang satu sama lain yaitu (Notoatmodjo, 2007):

a. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotype yang dimiliki


(36)

individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial.

b. Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.

c. Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak/bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. Dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku.

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni (Notoatmodjo, 2007):

a. Menerima (receiving); Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).

b. Merespon (responding); Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut.

c. Menghargai (valuing); Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi


(37)

sikap tingkat tiga, misalnya seorang mengajak ibu yang lain (tetangga, saudaranya, dsb) untuk menimbang anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.

d. Bertanggung jawab (responsible); Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapatkan tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri.

2.4. Perilaku Berdasarkan Karakteristik Kader 2.4.1. Umur Kader

Menurut hasil penelitian yang yang pernah dilakukan oleh Adjab (1990), di Palembang menemukan sebagian besar kader di daerah penelitian berumur 25 tahun ke atas, ternyata yang aktif 58% sedangkan kader yang berumur dibawah 25 tahun yang aktif 42%. Kemungkinan besar keadaan ini penyebabnya berkaitan dengan adat ketimuran yang tidak membenarkan bagi yang muda mengajari yang lebih tua dan menimbulkan perasaan segan pada kader yang lebih muda untuk memberikan penyuluhan. Dari sudut pandang social dan budaya (sosbud) setempat, masih berlaku nilai-nilai yang menganggap umur yang lebih tua harus dihormati dan sebaiknya ditunjuk sebagai pimpinan yang dianggap lebih banyak pengalaman bila dibandingkan dengan yang muda. Kader yang muda kelihatannya masih labil dalam memutuskan sesuatu dan masih ragu-ragu.

Banyak studi yang membuktikan bahwa kepuasan kerja yang tinggi dipengaruhi oleh umur. (Handoko (2000), menjelaskan semakin tua umur pekerja,


(38)

mereka cenderung lebih terpuaskan. Menurutnya ada sejumlah alas an yang melatarbelakangi kepuasan kerja mereka, seperti pengharapan-pengharapan yang lebih rendah dan penyesuaian-penyesuaian yang lebih baik terhadap situasi kerja karena mereka lebih berpengalaman. Para pekerja yang lebih muda dilain pihak cenderung kurang terpuaskan karena berbagai pengharapan yang lebih tinggi, kurangnya penyesuaian dan penyebab-penyebab lainnya. Demikian pula Robbins (1998), menyatkan bahwa semakin lanjut usia pekerja semakin mampu menunjukkan kematangan pikiran, mampu mengendalikan emosi, dan semakin terampil menjalankan tugasnya. Lebih lanjut ia menjelaskan pekerja yang lebih tua kecil kemungkinan akan berhenti, karena masa kerja mereka yang lebih tinggi dan tunjangan pension yang lebih menarik.

2.4.2. Pendidikan Kader

Faktor pendidikan akan meningkatkan pengetahuan dan selanjutnya dapat mempengaruhi kemampuan dan berproduktivitas individu. Tingkat pengetahuan seseorang mempengaruhi perilaku individu, yaitu makin tinggi pendidikan atau pengetahuan seseorang, maka makin tinggi kesadaran untuk berperan serta dibidang tugasnya. Kader posyandu dalam menjalankan tugas umumnya dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang relative tinggi dan penghargaan yang diterima serta latihan yang diikuti (Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat, 1990).

Hasil penelitian Rosphita (2007), memperoleh gambaran tingkat pendidikan kader posyandu yaitu sebagian besar kader berpendidikan SD (55,1%), SMP (22,4%), dan SMA (16,3%), Tidak Tamat SD (4%) dan yang paling kecil memiliki tingkat pendidikan Perguruan Tinggi (2%). Hubungan pendidikan kader dengan interpretasi


(39)

hasil penimbangan (N dan T) dan menggambar grafik pertumbuhan anak dalam KMS, menunjukkan hubungan yang bermakna dengan derajat keeratan sedang dan berpola positif.

2.4.3. Lama Tugas Jadi Kader

Telah dilakukan tinjauan ulang yang meluas terhadap hubungan senioritas dengan produktivitas. Tidak ada alas an untuk menyakini bahwa orang-orang yang telah lebih lama berada pada suatu pekerjaan akan lebih produktif dibandingkan mereka yang tingkat senioritasnya lebih rendah (Robbins, 1998). Menurutnya bukti menandakan bahwa lama tugas pada suatu pekerjaan sebelumnya dari seorang karyawan, merupakan suatu peramal yang mapuh dari keluarnya karyawan itu di masa depan. Hal ini berkaitan dengan pendapat Siagian (1997), yakni bila usia dan lama kerja diperlakukan secara terpisah, tampaknya lama kerja akan merupakan peramal yang lebih konsisten dan mantap dari kepuasan kerja dari pada usia kronologis.

2.4.4. Pelatihan Kader

Pelatihan kader adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan pengelolaan Posyandu,, pengetahuan dan keterampilan kader dalam pelaksanaan pelayanan dan penyuluhan gizi di posyandu, di luar Posyandu maupun pada kunjungan rumah (Depkes RI, 2006).

Departemen Dalam Negeri dan Otonomi Daerah (2001), mendefinisikan pelatihan kader adalah suatu usaha untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sekaligus dedikasi kader agar timbul kepercayaan diri untuk dapat


(40)

melaksanakan tugas sebagai kader dalam melayani masyarakat, baik di posyandu maupun saat melakukan kunjungan rumah.

Menurut Green (1980), pelatihan adalah termasuk dalam factor pemungkin, yaitu factor yang memungkinkan kader bias bekerja. Tujuan diadakan pelatihan kader adalah agara kader mengerti, bersedia dan mampu berperan dalam pelaksanaan kegiatan program-program kesehatan. Peserta pelatihan adalah kader kesehatan yang dipilih oleh masyarakat dengan criteria yang telah ditentukan.

Materi dalam pelatihan kader dititikberatkan pada keterampilan teknis menyusun rencana kerja kegiatan di Posyandu speerti :

a. Cara menimbang kelompok sasaran yang menjadi tanggung jawab posyandu. b. Cara menimbang.

c. Cara menilai pertumbuhan anak.

d. Cara menyiapkan kegiatan pelayanan sesuai kebutuhan anak dan ibu. e. Cara menyiapkan peragaan.

f. Cara pemberian MP-ASI (Makanan Pendamping ASI)

g. Cara PMT (Pemberian Makanan Tambahan) untuk anak yang pertumbuhannya tidak cukup sebagaimana perambahan umurnya dan anak yang berat badannya tidak naik.

h. Cara memantau perkembangan ibu hamil dan ibu menyusui.

Agar pelatihan kader dapat berjalan efektif, maka diperlukan unsure pelatihan kader yang mampu dan berdedikasi tinggi dalam memberikan materi pelatihan secara efektif dan berkesinambungan, yakni melalui pendampingan dan bimbingan.


(41)

Pelatihan kader diberikan secara berkelanjutan berupa pelatihan dasar berjenjang yang berpedoman pada modul pelatihan kader.

2.5. Kartu Menuju Sehat (KMS)

2.5.1. Penjelasan Umum Kartu Menuju Sehat (KMS) Balita

Kartu Menuju Sehat (KMS) balita dibedakan antara KMS anak laki-laki dengan KMS anak perempuan. KMS untuk anak laki-laki berwarna dasar biru dan terdapat tulisan Untuk Laki-Laki. KMS anak perempuan berwarna dasar merah muda dan terdapat tulisan Untuk Perempuan. KMS terdiri dari 1 lembar (2 halaman) dengan 5 bagian didalamnya.

Gambar 2.2 Kartu Menuju Sehat (KMS) Sumber: PP Menkes RI. No.155, 2010


(42)

Kartu Menuju Sehat sebagai alat penyuluhan gizi menurut Mudjianto (2001) belum efektif. Ketidakefektifan ini terjadi karena masih rendahnya pemahaman kader Posyandu dan ibu balita terhadap arti dari grafik pertumbuhan anak. Rendahnya pengetahuan kader untuk memberikan nasihat gizi kepada ibu balita ikut berpengaruh juga terhadap kekurangefektifan KMS. Selain itu, pesan-pesan gizi yang ada di dalam KMS seringkali tidak dimanfaatkan oleh ibu balita karena seringkali KMS disimpan pada kader dengan alasan takut hilang.

KMS yang diisi lengkap oleh kader bisa dijadikan indikator bahwa anak rajin dibawa ke posyandu. Semakin rajin anak dibawa ke posyandu maka keadaan tumbuh kembangnya semakin terkontrol dan lebih cepat dilakukan penanggulangan apabila tumbuh kembang anak terhambat. Beberapa hal yang dapat menghambat tumbuh kembang anak diantaranya dikarenakan kurang gizi atau penyakit tertentu pada anak.

Kurva yang ada di dalam KMS ditetapkan berdasarkan berat badan menurut usia. Hal ini dikarenakan berat badan merupakan indikator yang sensitif terhadap pengaruh infeksi dibandingkan dengan ukuran-ukuran antropometri lainnya. Anak yang sehat dan dikatakan normal akan menunjukkan kenaikan berat badan seiring dengan kenaikan usianya (Suhardjo, 1992).

2.5.3. Kegunaan Kartu Menuju Sehat (KMS)

Menurut Depatemen Kesehatan RI (2006), KMS adalah alat yang sederhana dan murah yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak. Istilah KMS adalah pengganti istilah Kartu Jalan Kesehatan yang dianjurkan pada tahun 1975 oleh seminar antropometri. Tujuan utama dibuatnya KMS di antaranya:


(43)

a. Sebagai alat untuk pemantauan pertumbuhan anak. Pada KMS dicantumkan grafik pertumbuhan normal anak, yang dapat digunakan untuk menentukan apakah seorang anak tumbuh normal, atau mengalami gangguan pertumbuhan. Bila grafik berat badan anak mengikuti grafik pertumbuhan pada KMS, artinya anak tumbuh baik, kecil risiko anak untuk mengalami gangguan pertumbuhan. Sebaliknya bila grafik berat badan tidak sesuai dengan grafik pertumbuhan, anak kemungkinan berisiko mengalami gangguan pertumbuhan. Sebagai catatan pelayanan kesehatan anak. Di dalam KMS dicatat riwayat pelayanan kesehatan dasar anak terutama berat badan anak, pemberian kapsul vitamin A, pemberian ASI pada bayi 0-6 bulan dan imunisasi. Sebagai alat edukasi. Di dalam KMS dicantumkan pesan-pesan dasar perawatan anak seperti pemberian makanan anak, perawatan anak bila menderita diare.

b. Bagi orang tua balita

Orang tua dapat mengetahui status pertumbuhan anaknya. Dianjurkan agar setiap bulan membawa balita ke Posyandu untuk ditimbang. Apabila ada indikasi gangguan pertumbuan (berat badan tidak naik) atau kelebihan gizi, orang tua balita dapat melakukan tindakan perbaikan, seperti memberikan makan lebih banyak atau membawa anak ke fasilitas kesehatan untuk berobat. Orang tua balita juga dapat mengetahui apakah anaknya telah mendapat imunisasi tepat Waktu dan lengkap dan mendapatkan kapsul vitamin A secara rutin sesuai dengan dosis yang dianjurkan.


(44)

Kartu Menuju Sehat digunakan untuk mencatat berat badan anak dan pemberian kapsul vitamin A serta menilai hasil penimbangan. Bila berat badan tidak naik l kali kader dapat memberikan penyuluhan tentang asuhan dan pemberian makanan anak. Bila tidak naik 2 kali atau berat badan berada di bawah garis merah kader perlu merujuk ke petugas kesehatan terdekat, agar anak mendapatkan pemerikasaan lebih lanjut. KMS juga digunakan kader untuk memberikan pujian kepada ibu bila berat badan anaknya naik serta mengingatkan ibu untuk menimbangkan anaknya di posyandu pada bulan berikutnya.

d. Bagi petugas kesehatan

Petugas dapat menggunakan KMS untuk mengetahui jenis pelayanan kesehatan yang telah diterima anak, seperti imunisasi dan kapsul vitamin A. Bila anak belum menerima pelayanan maka petugas harus memberikan imunisasi dan kapsul vitamin A sesuai dengan jadwalnya. Petugas kesehatan juga dapat menggerakkan tokoh masyarakat dalam kegiatan pemantauan pertumbuhan. KMS juga dapat digunakan sebagai alat edukasi kepada para orang tua balita tentang pertumbuhan anak, manfaat imunisasi dan pemberian kapsul vitamin A, cara pemberian makan, pentingnya ASI eksklusif dan pengasuhan anak Petugas dapat menekankan perlunya anak balita ditimbang setiap bulan untuk memantau pertumbuhannya.


(45)

2.6. Kerangka Konsep

Berdasarkan latar belakang masalah, maka kerangka konsep penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.3. Kerangka Konsep Penelitian

Tindakan Kader dalam Pemantauan Pertumbuhan Balita Karakteristik Kader :

− Umur − Pendidikan

− Lama tugas Menjadi Kader − Pekerjaan

Pengetahuan


(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian deskriptif dengan desain potong lintang (cross sectional study), dimana variabel independen dan dependen diukur dalam waktu yang bersamaan.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung.

3.2.2. Waktu

Waktu penelitian dilakukan mulai dari pembuatan proposal sampai ujian hasil penelitian, yaitu bulan September 2013 sampai bulan Desember 2014.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam peneltian ini adalah seluruh kader yang ada di 39 posyandu di wilayah kerja Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung, yaitu sebanyak 159 orang.

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi. Besar sampel ditentukan dengan menggunakan rumus (Notoadmodjo, 2007).

n =

( )

2 1 N d

N


(47)

Keterangan: N = populasi n = sampel

d = Penyimpangan statistik dari sampel terhadap populasi, yang ditetapkan 0,1 Perhitungan :

n =

( )

2 1 , 0 159 1

159 + n =

59 , 2 159

n = 100

Jumlah sampel adalah 100 orang. Teknik sampling yaitu Cluster Sampling.

Dengan jumlah kader setiap posyandu 5 orang, maka jumlah cluster yang diambil adalah 100 : 5 = 20 posyandu. Kemudian dipilih secara acak 20 posyandu dari 39 posyandu yang ada di wilayah kerja Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung. Selanjutnya seluruh kader yang berada pada posyandu yang terpilih diambil sebagai sampel.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang meliputi data: karakteristik kader (umur, pendidikan, lama tugas menjadi kader, dan pekerjaan), pengetahuan dan sikap tentang pemantauan pertumbuhan balita dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner terstruktur pada kader posyandu sebagai responden. Tindakan dalam pemantauan pertumbuhan balita dikumpulkan melalui wawancara dan observasi (pengamatan).


(48)

Untuk lebih mengarahkan dalam pembahasan penelitian ini, maka penulis memberikan defenisi operasional yang meliputi:

1 Umur adalah lamanya hidup kader yang dihitung dari sejak dilahirkan sampai ulang

tahun terakhir.

2 Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah ditempuh oleh kader.

3 Lama kerja menjadi kader adalah waktu aktif bertugas sebagai kader posyandu yang

dihitung mulai sejak bertugas sebagai kader (dalam satuan tahun) hingga saat pengumpulan data.

4 Pekerjaan kader adalah jenis kegiatan yang digeluti sehari-hari oleh kader selain

tugasnya sebagai seorang kader posyandu.

5 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui kader tentang Kartu Menuju Sehat

(KMS) dan tugas-tugas kader dalam kegiatan Posyandu terutama dalam pemantauan pertumbuhan balita.

6 Sikap adalah tanggapan kader terhadap sesuatu yang diketahuinya tentang pemantauan

pertumbuhan balita.

7 Tindakan dalam pemantauan adalah kemampuan kader dalam melakukan seluruh tugas

dalam pelaksanaan pemantauan balita yang meliputi pendaftaran, penimbangan balita, pencatatan/pengisian KMS dan penyuluhan dengan cara meminta kesediaan setiap kader untuk melakukan keempat tugas tersebut.

3.6. Metode Pengukuran

Metode pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


(49)

1. Umur Kader

Variabel umur dikelompokkan dalam 2 (dua) kategori berdasarkan nilai rata-rata umur responden, yaitu (Widagdo & Husodo, 2007) :

a. < Mean (rata-rata)

b. ≥Mean (rata-rata)

2. Tingkat Pendidikan Kader

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, jenjang pendidikan formal di Indonesia terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

a. Dasar, apabila tingkat pendidikan kader Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah

Pertama (SMP)

b. Menengah, apabila tingkat pendidikan kader Sekolah Menengah Atas (SMA) c. Tinggi, apabila tingkat pendidikan kader Diploma dan Sarjana.

3. Lamanya Menjadi Kader

Variabel lama menjadi kader dikategorikan menjadi 2 (dua) kategori, yaitu:

a. Baru, bila lamanya menjadi kader ≤ 2 tahun

b. Lama, bila lamanya menjadi kader > 2 tahun 4. Pekerjaan


(50)

a. Bekerja = jika kader mempunyai aktivitas di luar rumah untuk menghasilkan uang.

b. Tidak bekerja = jika kader tidak mempunyai aktivitas di luar rumah untuk menghasilkan uang.

5. Pengetahuan Kader

Pengetahuan kader diukur melalui 15 pernyataan yang telah disediakan. Setiap jawaban yang benar di beri skor 1, dan jawaban yang salah diberi skor 0, sehingga total skor tertinggi adalah 15. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 (tiga) kategori, yaitu (Arikunto, 2009):

a. Baik : Jika skor total jawaban dalam interval 11-15 b. Sedang : Jika skor total jawaban dalam interval 6-10 c. Kurang : Jika skor total jawaban dalam interval 0-5 6. Sikap Kader

Sikap kader diukur melalui 15 pertanyaan yang telah disediakan. Setiap responden menjawab setuju diberi skor 2, menjawab kurang setuju diberi skor 1, dan jika menjawab tidak setuju diberi skor 0. Sehingga total skor tertinggi yang dapat diperoleh responden adalah 30. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 (tiga) kategori, yaitu (Arikunto, 2009):

a. Baik : Jika skor total jawaban dalam interval 21-30 b. Sedang : Jika skor total jawaban dalam interval 11-20 c. Kurang : Jika skor total jawaban dalam interval 0-10 7. Tindakan dalam Pemantauan Pertumbuhan


(51)

Tindakan dalam pemantauan pertumbuhan diukur melalui 4 kegiatan. Setiap responden melakukan tindakan benar diberi nilai 5, dan yang melakukan tindakan salah diberi nilai 0. Sehingga nilai maksimum yang dapat diperoleh responden adalah 20.

a. Baik : Jika skor total dalam interval 15-20 b. Sedang : Jika skor total dalam interval 10 c. Kurang : Jika skor total dalam interval 5 3.7. Metode Analisis Data

Data yang dikumpulkan diperoleh dengan menggunakan kuesioner kemudian data tersebut dianalisa secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.


(52)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Lokasi Penelitian 4.1.1. Posyandu

Jumlah posyandu di wilayah kerja Puskesmas Mandala yaitu 39 posyandu yang tersebar di empat kelurahan yaitu Kelurahan Bandar Selamat sebanyak 12 posyandu, Kelurahan Bantan sebanyak 11 posyandu, Kelurahan Bantan Timur sebanyak 10 posyandu dan Kelurahan Tembung sebanyak enam posyandu.

4.1.2. Kader

Jumlah kader di wilayah kerja Puskesmas Mandala yaitu 159 kader yang tersebar di empat Kelurahan yaitu Kelurahan Bandar Selamat sebanyak 53 kader, Kelurahan Bantan sebanyak 48 kader, Kelurahan Bantan Timur sebanyak 37 kader dan Kelurahan Tembung sebanyak 21 kader. Jumlah kader di tiap posyandu tidak merata, ada posyandu yang memiliki 6 kader dengan 2 kader bertugas dibagian pendaftaran, 1 kader bertugas di penimbangan, 1 kader bertugas di pengisian KMS, 1 kader bertugas memplot dan 1 kader bertugas melakukan penyuluhan. Ada juga posyandu yang memiliki 5 kader dimana 2 kader bertugas sebagai pendaftaran dan penimbangan, 1 kader bertugas mengisi KMS, 1 kader bertugas memplot dan 1 kader melakukan penyuluhan, kadang-kadang saat posyandu ada beberapa kader yang tidak hadir sehingga kader yang lain mempunyai tugas yang lebih.


(53)

4.2. Karakteristik Kader

Karakteristik kader dalam penelitian ini meliputi umur, pendidikan, lama tugas sebagai kader dan pekerjaan. Gambaran karakteristik kader selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.1

Umur kader paling rendah adalah 21 tahun dan paling tinggi adalah 50 tahun dengan rata-rata usia kader adalah 37 tahun.

Mayoritas kader berumur < 37 tahun (51,0%) dan sebesar 49,0% berumur > 37 tahun. Sebagian besar kader (61,0%) hanya berpendidikan dasar (SD,SMP) dan 33,0% berpendidikan menengah (SMA). Tidak banyak kader yang memiliki pendidikan tinggi diploma/sarjana (6,0%).

Sebagian besar kader (90,0%) telah lama bekerja sebagai kader dan hanya 10,0% yang masih baru sebagai kader. Sebagian besar kader (83,0%) tidak bekerja dan yang bekerja hanya 17,0%.

Tabel 4.1. Distribusi Kader Menurut Karakteristik di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala

No Karakteristik Kader f %

1 Umur

1. < 37 tahun 2. > 37 tahun

51 49

51,0 49,0 2 Pendidikan

1. Dasar (SD, SMP) 2. Menengah (SMA)

3. Tinggi (Diploma, Sarjana)

61 33 6 61,0 33,0 6,0 3 Lama Tugas Sebagai Kader

1. Baru, < 2 tahun 2. Lama, >2 tahun

10 90

10,0 90,0 4 Pekerjaan

1. Bekerja 2. Tidak bekerja

17 83

17,0 83,0


(54)

4.3. Pengetahuan

Pengetahuan kader tentang Kartu Menuju Sehat (KMS) dan tugas-tugas kader dalam kegiatan posyandu terutama dalam pemantauan pertumbuhan balita diukur dengan 15 pertanyaan.

Dari jawaban kepada 15 pertanyaan tersebut menunjukkan bahwa sebesar 59,0% menjawab salah akibat jika KMS tidak diisi. Seluruh kader (100,0%) menjawab salah mengenai bagaimana cara menentukan status pertumbuhan balita dalam KMS. Sebesar 65,0% menjawab salah bagaimana cara menentukan diagnosa gizi dan sebesar 68,0% menjawab salah tentang data yang digunakan untuk penentuan pengkajian gizi.

Tabel 4.2. Distribusi Jawaban Kader Untuk Setiap Indikator Pertanyaan Tentang Pengetahuan terhadap KMS dan Tugas-Tugas dalam Kegiatan Posyandu

No. Pertanyaan Salah Benar

f % f %

1. Salah satu manfaat dari penggunaan KMS adalah? 0 - 100 100,0

2. Menurut ibu, yang tercantum dalam KMS antara

lain? 49 49,0 51 51,0

3. Menurut ibu, apa akibat jika KMS tidak diisi? 59 59,0 41 41,0

4. Arti pita warna kuning pada KMS adalah? 24 24,0 76 76,0

5. Arti pita warna merah pada KMS adalah? 24 24,0 76 76,0

6. Jika grafik pindah ke warna yang lebih tua, berarti? 0 - 100 100,0

7. Jika grafik pindah ke warna yang lebih muda,

berarti? 0 - 100 100,0

8. Seorang anak balita dikatakan naik pada KMS bila

berat badannya? 18 18,0 82 82,0

9. Seorang anak balita dikatakan tidak naik pada KMS

bila berat badannya? 16 16,0 84 84,0

10. Bagaimana cara menentukan status pertumbuhan

balita dalam KMS? 100 100,0 0 -

11. Manfaat pengukuran tinggi badan dan berat badan

adalah? 17 17,0 83 83,0

12. Bila balita usia 36 bulan, dengan berat badan 9,5 kg


(55)

masalahnya adalah?

13. Salah satu cara menentukan diagnosa gizi adalah? 65 65,0 35 35,0

14. Data apa saja yang kita pakai untuk penentuan

pengkajian gizi? 68 68,0 32 32,0

15. Dalam memberikan informasi pada ibu balita

sebaiknya diawali dengan? 36 36,0 64 64,0

Dari distribusi jawaban tersebut maka diperoleh bahwa pengetahuan kader kategori baik dan sedang tidak jauh berbeda yaitu kader yang memiliki pengetahuan sedang tentang KMS dan tugas-tugas dalam kegiatan posyandu yaitu 51 orang (51,0%) dan yang memiliki pengetahuan baik yaitu 49 orang (49,0%) dan tidak ada seorangpun kader yang memiliki pengetahuan kurang (0,0%), dapat terlihat dalam table 4.3

Tabel 4.3. Distribusi Kader Menurut Pengetahuan Tentang KMS dan Tugas-Tugas dalam Kegiatan Posyandu

No Pengetahuan f %

1 Baik 49 49,0

2 Sedang 51 51,0

3 Kurang 0 0,0

Total 100 100,0

4.4. Sikap

Sikap kader terhadap sesuatu yang diketahuinya tentang pemantauan pertumbuhan balita diukur dengan 15 pernyataan dengan pilihan jawaban setuju, kurang setuju dan tidak setuju.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa sebagian besar reponden setuju jika pertambahan berat badan seimbang dengan pertambahan tinggi badan dan usia (88,0%). Seluruh kader setuju (100,0%) bahwa kegiatan posyandu merupakan sarana pemantauan tumbuh kembang dan berat badan anak. Sebagian besar kader tidak setuju jika berat badan anak bertambah mengikuti pita warna hijau atau pindah ke pita


(56)

warna diatasnya, maka pemberian makanan sesuai umur diteruskan (84,0%). Sebagian besar juga tidak setuju jika berat badan anak tidak naik, maka diberikan makanan sesuai umur anak dengan porsi kecil dan lebih sering (81,0%). Diperoleh juga sebagian besar kader tidak setuju jika berat badan anak berada di bawah garis merah, maka pemberian susu diteruskan, dan diselingi air putih, meningkatkan aktivitas anak dan tidak memberikan makanan cemilan (85,0%).

Dari hasil penelitian juga diperoleh bahwa sebagian besar kader setuju apabila berat badan anak berada di bawah garis merah, maka anak dibawa ke puskesmas atau petugas kesehatan (48,0%). Sebagian besar kader tidak setuju jika anak yang sehat maka berat badannya berdasarkan umur naik setiap bulan (40,0%). Seluruh kader setuju jika kader harus memberikan pujian kepada ibu yang telah membawa balita ke posyandu secara rutin setiap bulannya (100,0%). Kader kurang setuju jika setiap kader harus menganjurkan untuk datang kembali bulan berikutnya melakukan bila berat badan balita tidak naik 2 kali berturut-turut atau berada di Bawah Garis Merah (BGM) (44,0%). Sebagian besar kader tidak setuju bahwa gizi seimbang adalah asupan makanan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan tubuh (50,0%). Seluruh kader setuju jika pada saat memberikan informasi pada ibu tentang gizi, sebaiknya kader selalu menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh ibu (100,0%). Kemudian kader juga setuju untuk memuji perbuatan yang baik yang telah ibu lakukan dalam upaya menjaga pertumbuhan memiliki keuntungan dalam membangun kepercayaan diri ibu (47,0%). Kader tidak setuju jika ia akan menyampaikan ke ibu balita bahwa anak ibu pertambahan berat badannya kurang cukup jika garis pertumbuhan balitanya tidak mengikuti kurva pertumbuhan (47,0%). Kader sebagian


(1)

27 50 SMP Tidak

Bekerja 11 Pendaftaran 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 3 3 2 1 1 9 2 2 0 0 0 2 0 2 1 2 2 2 1 0 2 18 0 5 5 0 10

28 36 SMA Bekerja 4 Pencatatan 1 3 2 1 3 1 2 1 1 2 1 3 3 1 2 10 2 2 0 0 0 0 2 2 2 1 2 0 0 2 2 17

0 0 0 5 5

29 42 SMA Tidak

Bekerja 6 Pendaftaran 1 1 2 2 3 1 2 3 1 2 1 3 3 1 2 11 2 2 0 0 2 2 1 2 0 0 2 1 1 1 2 18 0 0 0 0 0

30 43 SMP Tidak

Bekerja 8

Penimbangan

Balita 1 1 2 2 3 1 2 1 2 2 1 3 2 2 2 11 2 2 1 0 0 2 2 2 1 0 2 1 2 2 2 21 0 0 0 0 0

31 39 SMP Tidak

Bekerja 5 Pendaftaran 1 1 2 2 3 1 2 1 1 2 3 3 2 1 1 9 2 2 0 0 2 0 1 2 1 0 2 0 0 1 2 15 0 5 5 0 10

32 47 SMA Tidak

Bekerja 9 Pencatatan 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 3 2 1 3 9 2 2 0 0 0 0 0 2 0 0 2 2 0 0 2 12 5 0 5 0 10

33 48 SMP Tidak

Bekerja 5 Pendaftaran 1 3 1 1 2 1 2 1 1 2 1 3 2 1 1 8 2 2 2 2 0 2 1 2 1 2 2 0 2 1 2 23 0 5 0 0 5

34 43 SMP Tidak

Bekerja 3

Penimbangan

Balita 1 1 2 1 3 1 2 1 1 2 1 3 3 1 2 11 2 2 0 1 0 0 2 2 2 1 2 2 0 2 2 20 0 0 5 0 5

35 47 DI Bekerja 7 Penyuluhan 1 3 1 2 3 1 2 1 2 2 1 3 3 2 2 12 2 2 2 1 0 2 2 2 1 1 2 2 1 2 2 24

0 5 0 0 5

36 37 SMA Tidak

Bekerja 5 Pencatatan 1 3 1 2 3 1 2 3 1 2 1 3 3 2 2 12 2 2 0 1 2 2 0 2 2 1 2 2 1 0 2 21 5 0 0 0 5

37 32 SMP Tidak

Bekerja 4 Pendaftaran 1 3 2 2 3 1 2 3 1 2 1 3 1 1 3 9 2 2 0 1 0 0 2 2 1 0 2 0 0 2 2 16 0 5 5 5 15

38 25 SMA Tidak

Bekerja 3 Pendaftaran 1 3 1 2 3 1 2 1 1 1 1 3 2 1 2 11 2 2 0 0 0 0 0 2 0 0 2 0 0 0 2 10 0 0 0 0 0

39 32 SMA Tidak

Bekerja 5 Pencatatan 1 1 1 2 3 1 2 1 3 2 1 3 3 2 2 13 2 2 0 0 0 0 2 2 2 1 2 2 0 2 2 19 0 5 0 0 5

40 28 DIII Bekerja 4 Penyuluhan 1 3 2 1 3 1 2 1 1 2 3 3 2 2 2 9 2 2 0 0 0 0 0 2 1 2 2 2 1 0 2 16

0 0 5 0 5

41 21 SMP Tidak

Bekerja 1

Penimbangan

Balita 1 1 2 2 3 1 2 1 2 2 1 3 3 2 2 12 2 2 0 0 0 2 0 2 2 0 2 2 1 0 2 17 0 0 5 0 5

42 49 SMP Tidak

Bekerja 8 Pendaftaran 1 1 2 1 3 1 2 1 1 1 3 3 3 1 1 9 2 2 0 0 0 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 22 0 0 0 5 5

43 26 SMP Tidak

Bekerja 2

Penimbangan

Balita 1 1 2 2 2 1 2 1 1 1 1 3 2 1 2 10 2 2 0 0 0 1 2 2 1 0 2 1 0 2 2 17 0 5 0 0 5

44 42 SMP Tidak

Bekerja 5 Pendaftaran 1 3 1 2 3 1 2 1 1 1 1 3 2 1 2 11 1 2 0 0 0 1 2 2 1 1 2 0 0 2 2 16 0 0 5 0 5

45 47 SMP Tidak

Bekerja 6 Pendaftaran 1 3 2 2 3 1 2 1 1 2 1 3 2 1 2 10 2 2 1 0 2 1 1 2 0 0 2 2 1 1 2 19 0 0 0 0 0

46 43 SMP Tidak

Bekerja 4

Penimbangan

Balita 1 1 2 2 3 1 2 1 1 2 1 3 1 2 2 13 2 2 2 0 0 1 2 2 1 0 2 2 1 2 2 21 0 0 0 0 0

No Umur Didik Status Kerja

Lama Tugas

Tugas Utama

Pengetahuan

Sikap

Tindakan

(Thn) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 T 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 T 1 2 3 4 T

47 36 SMP Tidak

Bekerja 3

Penimbangan

Balita 1 3 2 2 3 1 2 1 1 2 3 3 3 1 3 9 2 2 0 0 0 2 1 2 1 0 2 2 1 1 2 18 0 0 5 0 5

48 31 SMA Tidak

Bekerja 3 Pendaftaran 1 3 1 2 2 1 2 1 1 2 3 3 2 2 3 9 2 2 0 0 0 2 1 2 0 2 2 2 0 1 2 18 0 5 0 0 5

49 30 SMP Tidak

Bekerja 3 Pendaftaran 1 3 2 2 3 1 2 3 1 2 3 3 2 2 3 8 2 2 0 1 0 2 1 2 2 1 2 0 0 1 2 18 0 5 0 0 5

50 43 SMP Tidak

Bekerja 5 Pencatatan 1 1 2 2 3 1 2 1 1 2 1 3 2 1 2 11 1 2 0 0 0 0 0 2 0 0 2 1 0 0 2 10 0 0 5 0 5

51 30 SMA Tidak

Bekerja 4 Pencatatan 1 1 1 2 3 1 2 3 2 2 1 3 2 2 2 11 2 2 0 1 0 0 2 2 1 0 2 2 0 2 2 18 0 5 0 0 5

52 43 SMA Bekerja 6 Pencatatan 1 1 2 2 3 1 2 1 1 1 1 3 2 1 2 11 2 2 0 0 0 2 0 2 1 0 2 2 1 0 2 16

0 5 5 0 10

53 32 SMP Tidak

Bekerja 5 Pendaftaran 1 1 1 2 3 1 2 1 1 2 1 3 2 1 2 12 2 2 0 0 2 0 0 2 1 2 2 2 0 0 2 17 0 5 0 0 5

54 31 SMP Tidak

Bekerja 3

Penimbangan

Balita 1 3 2 2 3 1 2 1 1 2 1 3 3 1 1 10 2 2 0 0 0 0 2 2 0 1 2 0 2 2 2 17 0 0 5 0 5

55 38 SMP Tidak

Bekerja 8 Pendaftaran 1 1 1 2 2 1 2 1 1 2 1 3 3 1 2 12 2 2 0 0 0 2 2 2 1 1 2 1 0 2 2 19 0 0 5 0 5

56 48 SMA Bekerja 11 Penimbangan

Balita 1 3 2 1 3 1 2 1 1 2 1 3 2 2 2 10 2 2 0 0 0 2 0 2 1 2 2 2 2 0 2 19 0 0 5 0 5

57 48 SMP Tidak


(2)

58 36 SMA Tidak

Bekerja 8 Pendaftaran 1 3 1 2 3 1 2 1 1 2 3 3 2 1 1 9 2 2 0 2 0 2 2 2 0 0 2 1 1 2 2 20 0 5 0 0 5

59 43 SMP Tidak

Bekerja 10

Penimbangan

Balita 1 1 2 2 3 1 2 1 1 2 1 3 3 1 1 11 2 2 0 0 2 2 0 2 1 0 2 0 0 0 2 15 0 0 0 0 0

60 36 SMP Tidak

Bekerja 7 Pendaftaran 1 3 1 1 3 1 2 1 1 2 1 3 2 1 2 10 2 2 1 0 0 2 0 2 0 2 2 2 2 0 2 19 0 5 0 0 5

61 45 SMP Tidak

Bekerja 12

Penimbangan

Balita 1 3 2 1 3 1 2 3 1 2 1 3 3 1 2 9 1 2 0 0 0 0 0 2 0 0 2 1 0 0 2 10 0 0 0 0 0

62 49 SMP Tidak

Bekerja 9 Pendaftaran 1 3 2 1 3 1 2 1 1 2 1 3 2 2 2 10 2 2 0 0 0 0 1 2 1 2 2 0 0 1 2 15 0 5 0 0 5

63 25 SMP Tidak

Bekerja 3 Pendaftaran 1 1 2 2 3 1 2 1 1 2 1 3 1 2 2 13 2 2 0 0 0 2 0 2 2 1 2 1 0 0 2 16 0 0 0 0 0

64 27 SMP Tidak

Bekerja 5

Penimbangan

Balita 1 3 2 2 3 1 2 1 1 2 1 3 2 1 2 10 2 2 0 0 0 2 1 2 2 1 2 2 1 1 2 20 0 5 0 0 5

65 43 SMP Tidak

Bekerja 5 Pendaftaran 1 1 2 2 3 1 2 1 1 2 1 3 2 1 3 10 2 2 0 2 0 0 0 2 0 2 2 0 0 0 2 14 0 5 0 0 5

66 37 SMA Bekerja 4 Penimbangan

Balita 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 3 2 1 2 11 2 2 0 2 2 2 1 2 1 1 2 1 1 1 2 22 0 0 0 0 0

67 42 SMP Tidak

Bekerja 9 Pendaftaran 1 3 1 2 3 1 2 1 2 2 1 3 2 2 2 11 2 2 0 0 0 0 2 2 1 0 2 1 0 2 2 16 0 5 0 0 5

68 37 SMP Tidak

Bekerja 7

Penimbangan

Balita 1 3 2 1 2 1 2 1 1 2 1 3 3 1 3 8 2 2 0 0 0 1 0 2 2 1 2 2 1 0 2 17 0 5 0 0 5

69 44 SMA Tidak

Bekerja 9 Pencatatan 1 3 2 2 3 1 2 1 1 2 1 3 2 2 2 11 2 2 0 0 0 1 1 2 0 0 2 0 2 1 2 15 0 0 0 5 5

No Umur Didik Status Kerja

Lama Tugas

Tugas Utama

Pengetahuan

Sikap

Tindakan

(Thn) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 T 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 T 1 2 3 4 T

70 29 SMA Tidak

Bekerja 2 Pencatatan 1 1 2 2 3 1 2 3 1 1 1 3 2 2 2 11 2 2 1 0 0 1 2 2 1 1 2 2 1 2 2 21 0 5 0 0 5

71 44 SMP Tidak

Bekerja 7

Penimbangan

Balita 1 3 1 2 2 1 2 1 1 1 3 3 2 1 2 9 2 2 1 0 0 2 0 2 1 0 2 1 0 0 2 15 0 5 0 0 5

72 47 SMA Tidak

Bekerja 9 Pencatatan 1 3 2 2 3 1 2 1 1 1 3 3 3 1 1 9 2 2 0 0 0 2 0 2 0 2 2 0 1 0 2 15 0 5 0 0 5

73 36 SMP Tidak

Bekerja 6

Penimbangan

Balita 1 1 2 2 3 1 2 1 1 2 1 3 2 2 2 12 1 2 1 0 0 2 2 2 1 1 2 2 1 2 2 21 0 0 0 0 0

74 25 DI Bekerja 3 Penyuluhan 1 1 1 2 3 1 2 1 3 2 1 3 3 1 2 12 1 2 0 0 0 0 0 2 0 0 2 1 0 0 2 10

0 0 5 0 5

75 27 SMP Tidak

Bekerja 5

Penimbangan

Balita 1 1 1 2 3 1 2 1 2 2 1 3 2 1 2 11 2 2 0 0 0 2 1 2 0 1 2 2 1 1 2 18 0 5 0 0 5

76 31 SMA Tidak

Bekerja 6

Penimbangan

Balita 1 3 2 2 3 1 2 1 1 2 1 3 3 2 1 11 2 2 0 0 0 2 1 2 2 0 2 1 0 1 2 17 0 5 0 0 5

77 29 SMP Tidak

Bekerja 5 Pendaftaran 1 1 2 2 3 1 2 1 1 2 1 3 2 1 1 10 2 2 0 0 2 0 1 2 2 1 2 2 2 1 2 21 0 5 0 0 5

78 21 SMA Bekerja 1 Pendaftaran 1 1 2 1 2 1 2 1 1 2 1 3 3 1 3 9 2 2 0 0 0 2 2 2 0 0 2 1 0 2 2 17

0 0 0 0 0


(3)

89 30 SMP Tidak

Bekerja 5

Penimbangan

Balita 1 3 1 1 2 1 2 3 1 1 1 3 2 2 2 9 2 2 0 2 0 2 1 2 0 1 2 2 1 1 2 20 0 5 0 0 5

90 43 SMA Bekerja 7 Pendaftaran 1 1 2 2 3 1 2 1 1 1 1 3 3 1 3 11 2 2 0 0 0 2 0 2 1 2 2 1 1 0 2 17

0 5 0 5 10

91 32 SMP Tidak

Bekerja 6

Penimbangan

Balita 1 1 2 2 3 1 2 1 1 2 1 3 3 1 2 12 2 2 2 0 0 1 1 2 0 0 2 2 1 1 2 18 0 0 0 0 0

No Umur Didik Status Kerja

Lama Tugas

Tugas Utama

Pengetahuan

Sikap

Tindakan

(Thn) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 T 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 T 1 2 3 4 T

92 31 SMA Tidak

Bekerja 6 Pencatatan 1 3 2 2 3 1 2 1 1 2 1 3 3 1 2 11 2 2 0 0 0 2 0 2 1 2 2 0 0 0 2 15 0 5 0 0 5

93 38 SMP Tidak

Bekerja 8

Penimbangan

Balita 1 3 2 2 3 1 2 1 1 2 1 3 2 2 2 11 2 2 0 0 0 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 22 0 5 5 5 15

94 48 SMA Tidak

Bekerja 9 Pencatatan 1 1 2 2 2 1 2 1 1 2 1 3 2 1 1 9 2 2 0 0 2 0 1 2 1 2 2 2 0 1 2 19 0 0 0 0 0

95 48 SMP Tidak

Bekerja 9

Penimbangan

Balita 1 3 2 2 3 1 2 3 1 2 1 3 2 1 2 9 2 2 0 0 0 2 1 2 1 0 2 0 1 1 2 16 0 0 0 0 0

96 28 SMP Tidak

Bekerja 7 Pendaftaran 1 3 1 2 3 1 2 1 2 2 1 3 2 2 2 11 2 2 0 0 0 2 0 2 2 2 2 2 1 0 2 19 0 0 0 0 0

97 21 SMP Tidak

Bekerja 1

Penimbangan

Balita 1 1 1 1 3 1 2 1 1 2 1 3 2 1 3 10 1 2 0 0 0 0 0 2 0 0 2 1 0 0 2 10 0 5 5 0 10

98 39 SMP Tidak

Bekerja 9 Pendaftaran 1 1 2 2 3 1 2 1 1 2 1 3 2 1 2 11 2 2 0 0 0 0 1 2 0 2 2 1 1 1 2 16 0 5 0 0 5

99 26 SMP Tidak

Bekerja 3

Penimbangan

Balita 1 1 2 2 3 1 2 1 1 1 1 3 2 1 2 11 2 2 0 2 0 2 0 2 1 0 2 2 1 0 2 18 0 0 0 0 0

100 32 SMA Bekerja 7 Pencatatan 1 1 1 2 3 1 2 1 3 2 1 3 1 1 1 11 2 2 0 1 0 2 2 2 1 1 2 2 0 2 2 21

0 0 0 0 0


(4)

(5)

(6)