mereka cenderung lebih terpuaskan. Menurutnya ada sejumlah alas an yang melatarbelakangi kepuasan kerja mereka, seperti pengharapan-pengharapan yang
lebih rendah dan penyesuaian-penyesuaian yang lebih baik terhadap situasi kerja karena mereka lebih berpengalaman. Para pekerja yang lebih muda dilain pihak
cenderung kurang terpuaskan karena berbagai pengharapan yang lebih tinggi, kurangnya penyesuaian dan penyebab-penyebab lainnya. Demikian pula Robbins
1998, menyatkan bahwa semakin lanjut usia pekerja semakin mampu menunjukkan kematangan pikiran, mampu mengendalikan emosi, dan semakin terampil
menjalankan tugasnya. Lebih lanjut ia menjelaskan pekerja yang lebih tua kecil kemungkinan akan berhenti, karena masa kerja mereka yang lebih tinggi dan
tunjangan pension yang lebih menarik.
2.4.2. Pendidikan Kader
Faktor pendidikan akan meningkatkan pengetahuan dan selanjutnya dapat mempengaruhi kemampuan dan berproduktivitas individu. Tingkat pengetahuan
seseorang mempengaruhi perilaku individu, yaitu makin tinggi pendidikan atau pengetahuan seseorang, maka makin tinggi kesadaran untuk berperan serta dibidang
tugasnya. Kader posyandu dalam menjalankan tugas umumnya dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang relative tinggi dan penghargaan yang diterima serta latihan
yang diikuti Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat, 1990. Hasil penelitian Rosphita 2007, memperoleh gambaran tingkat pendidikan
kader posyandu yaitu sebagian besar kader berpendidikan SD 55,1, SMP 22,4, dan SMA 16,3, Tidak Tamat SD 4 dan yang paling kecil memiliki tingkat
pendidikan Perguruan Tinggi 2. Hubungan pendidikan kader dengan interpretasi
Universitas Sumatera Utara
hasil penimbangan N dan T dan menggambar grafik pertumbuhan anak dalam KMS, menunjukkan hubungan yang bermakna dengan derajat keeratan sedang dan
berpola positif.
2.4.3. Lama Tugas Jadi Kader
Telah dilakukan tinjauan ulang yang meluas terhadap hubungan senioritas dengan produktivitas. Tidak ada alas an untuk menyakini bahwa orang-orang yang
telah lebih lama berada pada suatu pekerjaan akan lebih produktif dibandingkan mereka yang tingkat senioritasnya lebih rendah Robbins, 1998. Menurutnya bukti
menandakan bahwa lama tugas pada suatu pekerjaan sebelumnya dari seorang karyawan, merupakan suatu peramal yang mapuh dari keluarnya karyawan itu di
masa depan. Hal ini berkaitan dengan pendapat Siagian 1997, yakni bila usia dan lama kerja diperlakukan secara terpisah, tampaknya lama kerja akan merupakan
peramal yang lebih konsisten dan mantap dari kepuasan kerja dari pada usia kronologis.
2.4.4. Pelatihan Kader
Pelatihan kader adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan pengelolaan Posyandu,, pengetahuan dan keterampilan kader dalam pelaksanaan
pelayanan dan penyuluhan gizi di posyandu, di luar Posyandu maupun pada kunjungan rumah Depkes RI, 2006.
Departemen Dalam Negeri dan Otonomi Daerah 2001, mendefinisikan pelatihan kader adalah suatu usaha untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan sekaligus dedikasi kader agar timbul kepercayaan diri untuk dapat
Universitas Sumatera Utara
melaksanakan tugas sebagai kader dalam melayani masyarakat, baik di posyandu maupun saat melakukan kunjungan rumah.
Menurut Green 1980, pelatihan adalah termasuk dalam factor pemungkin, yaitu factor yang memungkinkan kader bias bekerja. Tujuan diadakan pelatihan kader
adalah agara kader mengerti, bersedia dan mampu berperan dalam pelaksanaan kegiatan program-program kesehatan. Peserta pelatihan adalah kader kesehatan yang
dipilih oleh masyarakat dengan criteria yang telah ditentukan. Materi dalam pelatihan kader dititikberatkan pada keterampilan teknis
menyusun rencana kerja kegiatan di Posyandu speerti : a.
Cara menimbang kelompok sasaran yang menjadi tanggung jawab posyandu. b.
Cara menimbang. c.
Cara menilai pertumbuhan anak. d.
Cara menyiapkan kegiatan pelayanan sesuai kebutuhan anak dan ibu. e.
Cara menyiapkan peragaan. f.
Cara pemberian MP-ASI Makanan Pendamping ASI g.
Cara PMT Pemberian Makanan Tambahan untuk anak yang pertumbuhannya tidak cukup sebagaimana perambahan umurnya dan anak yang berat badannya
tidak naik. h.
Cara memantau perkembangan ibu hamil dan ibu menyusui. Agar pelatihan kader dapat berjalan efektif, maka diperlukan unsure pelatihan
kader yang mampu dan berdedikasi tinggi dalam memberikan materi pelatihan secara efektif dan berkesinambungan, yakni melalui pendampingan dan bimbingan.
Universitas Sumatera Utara
Pelatihan kader diberikan secara berkelanjutan berupa pelatihan dasar berjenjang yang berpedoman pada modul pelatihan kader.
2.5. Kartu Menuju Sehat KMS 2.5.1. Penjelasan Umum Kartu Menuju Sehat KMS Balita