dikatakan makrosomia. Pada masa bayi-balita, berat badan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan fisik dan status gizi. Status gizi erat kaitannya dengan
pertumbuhan, sehingga untuk mengetahui pertumbuhan bayi, status gizi diperhatikan Susilowati, 2008.
Di Indonesia, baku rujukan yang digunakan sebagai pembanding penilaian satus gizi dan pertumbuhan perorangan maupun masyarakat adalah baku rujukan
WHO-NCHS Supariasa, 2001. Baku rujukan WHO-NCHS ini membedakan antara laki-laki dan perempuan, agar diperoleh perbedaan yang lebih mendasar.
Pembagiannya dikategorikan menjadi gizi baik, kurang, buruk, dan lebih Soekirman, 2000
2. Panjang Badan Istilah panjang dinyatakan sebagai pengukuran yang dilakukan ketika anak
telentang Wong dkk, 2008. Pengukuran panjang badan digunakan untuk menilai status perbaikan gizi. Selain itu, panjang badan merupakan indikator yang baik untuk
pertumbuhan fisik yang sudah lewat stunting dan untuk perbandingan terhadap perubahan relatif, seperti nilai berat badan dan lingkar lengan atas Nursalam dkk,
2005
2.1.2. Pemantauan Pertumbuhan Balita
Pemantauan pertumbuhan balita di posyandu yang merupakan salah satu kegiatan utama perbaikan gizi, menitik beratkan pada upaya pencegahan dan
peningkatan gizi balita. Selain dilakukan penilaian pertumbuhan secara teratur melalui penimbangan juga dilakukan penilaian hasil penimbangan dengan KMS. Dari
hasil KMS akan terlihat apakah balita mengalami gangguan pertumbuhan atau tidak.
Universitas Sumatera Utara
Apabila terjadi kasus gangguan pertumbuhan maka perlu dilakukan upaya berupa konseling dan rujukan guna mencegah memburuknya keadaan gizi masyarakat.
Tindak lanjutan berupa kebijakan dan program ditingkat masyarakat, serta
meningkatkan motivasi untuk memberdayakan keluarga Depkes RI, 2006.
Gambar 2.1 Alur Kegiatan Posyandu
Sumber: Buku Pemantauan Pertumbuhan Balita di Posyandu, Depkes RI, 2006 Pada kegiatan meja 4 empat pertumbuhan balita dapat dipantau dengan
menimbang berat badan anak balita setiap bulan. Hasil penimbangan anak balita diterjemahkan ke dalam KMSbuku KIA yang menghasilkan status pertumbuhan
balitaNaikTidak Naik. Kesehatan seorang anak dapat dilihat dari beberapa hal, khususnya untuk anak
usia 0-5 tahun kesehatannya dapat dilihat dari berat badan setiap bulan melalui KMS Kartu Menuju Sehat. KMS adalah kartu yang memuat kurva pertumbuhan normal
anak berdasarkan indeks antropometri berat badan menurut umur. Dengan KMS gangguan pertumbuhan atau risiko kelebihan gizi dapat diketahui lebih dini, sehingga
5. DINILAI STATUS PERTUMBUHAN
BERDASARKAN KURVA BB ANAK
PELAYANAN GIZI DAN KESEHATAN
DASAR
N = NAIK
GIZI BURUK SANGAT KURUS
DIRUJUK TIDAK GIBUR
KONFIRMASI BBTB
BGM , PERTAMA
DITIMBANG
T = TIDAK NAIK
6. KONSELING
Universitas Sumatera Utara
dapat dilakukan tindakan pencegahan secara lebih cepat dan tepat sebelum masalahnya lebih berat KMS di Indonesia telah digunakan sejak tahun 1970-an,
sebagai instrumen utama kegiatan pemantauan pertumbuhan. Pemantauan pertumbuhan adalah serangkaian kegiatan yang terdiri dari: 1 Penilaian pertumbuhan
anak secara teratur melalui penimbangan setiap bulan, pengisian KMS, menentukan status pertumbuhan berdasarkan kenaikan berat badan; dan 2 Menindaklanjuti setiap
kasus gangguan pertumbuhan. Tindak lanjut hasil pemantauan pertumbuhan biasanya berupa konseling, pemberian makanan tambahan, pemberian suplementasi gizi dan
rujukan. Pada saat ini pemantauan pertumbuhan merupakan kegiatan utama Posyandu
yang jumlahnya mencapai lebih dari 260 ribu yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar 2007 menunjukkan bahwa sebanyak 74.500
sekitar 15 juta balita pernah ditimbang minimal 1 kali selama 6 bulan terakhir, 60,9 diantaraanya ditimbang lebih dari 4 kali. Sebanyak 65 sekitar 12 juta balita
memiliki KMS. Bentuk dan pengembangan KMS ditentukan oleh rujukan atau standar antropometri yang dipakai, tujuan pengembangan KMS serta sasaran
pengguna. KMS di Indonesia telah mengalami 3 kali perubahan. KMS yang pertama dikembangkan pada tahun 1974 dengan menggunakan rujukan Harvard. Pada tahun
1990 KMS revisi dengan menggunakan rujukan WHO-NCHS. Pada tahun 2008, KMS balita direvisi berdasarkan Standar Antropometri WHO 2000.
2.2. Kader Posyandu