Latar Belakang Kandungan fenol, komponen fitokimia dan aktivitas antioksidan lamun dugong

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan kebutuhan utama manusia untuk dapat menjalankan aktivitas tubuh dengan optimal. Tubuh yang sehat akan mendukung manusia dalam memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya, sebaliknya kondisi tubuh yang tidak sehat akan menghambat pemenuhan berbagai hajat hidup. Dalam kondisi kesehatan yang prima, pada dasarnya tubuh memiliki antibodi yang dapat melawan dan menangkal infeksi virus, jamur, maupun bakteri. Hal tersebut dapat terjadi jika manusia mengkonsumsi pangan yang mengandung karbohidrat, serat, dan vitamin. Namun pola makan di kota-kota besar saat ini telah berubah dari pola tradisional yang banyak mengandung karbohidrat dan serat menjadi pola modern dengan kandungan protein, lemak, gula, dan garam yang tinggi tetapi miskin serat Muchtadi 2001. Pola makan seperti inilah yang memicu timbulnya penyakit degeneratif seperti kanker, katarak, diabetes, dan tekanan darah tinggi akibat radikal bebas dalam tubuh. Reaksi radikal bebas secara umum dapat dihambat oleh antioksidan tertentu baik alami maupun sintetis. Penggunaan antioksidan sintetik di bidang industri telah banyak digunakan karena murah, aman, dan mudah didapatkan. Namun, konsumen saat ini merasa khawatir mengonsumsi pangan berbahan kimia sintetik sehingga antioksidan alami menjadi pilihan lain karena diduga lebih aman dan lebih dapat diterima oleh tubuh Pokorny et al. 2001. Beberapa studi epidemiologi menunjukkan bahwa peningkatan konsumsi antioksidan fenolik alami yang terdapat dalam buah, sayuran, dan tanaman serta produk-produknya mempunyai manfaat besar terhadap kesehatan yakni dapat mengurangi resiko terjadinya penyakit jantung koroner Lim et al. 2002. Sebagian besar antioksidan alami berasal dari tumbuhan, antara lain berupa senyawaan tokoferol, karatenoid, flavon, antosianin, asam askorbat, fenol, dan flavonoid Juniarti et al. 2009; Pokorny et al. 2001; Lim et al. 2002. Lamun dugong Thalassia hemprichii merupakan salah satu jenis tumbuhan perairan yang telah diketahui mengandung steroidtriterpenoid, flavonoid, saponin, dan tanin Kusmardiyani dan Elfahmi 2000. Seperti organisme perairan tropis lainnya, lamun dugong memproduksi produk alam metabolit sekunder berupa antioksidan sehingga lamun ini sangat prospektif digunakan sebagai sumber obat-obatan dan sebagai makanan kesehatan yakni dapat mencegah munculnya berbagai penyakit degeneratif Setyati et al. 2003. Akan tetapi kajian ilmiah yang mendukung khasiat lamun dugong sebagai obat- obatan dan makanan kesehatan masih belum banyak dilakukan. Sehingga perlu dilakukan pengkajian ilmiah mengenai metabolit sekunder khususnya aktivitas antioksidan dan komponen fitokimia yang terkandung dalam lamun dugong mengingat lamun dugong berpotensi untuk digunakan sebagai bahan baku nutraceutical. Oleh karena itu diperlukan suatu proses ekstraksi untuk memperoleh metabolit sekunder yang terkandung dalam lamun dugong. Ekstraksi merupakan peristiwa pemindahan zat terlarut solut antara dua pelarut yang tidak saling bercampur. Proses ekstraksi yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan pelarut dengan tingkat kepolaran yang berbeda, yaitu metanol polar, etil asetat semipolar, dan n-heksana nonpolar. Pemberian pelarut dengan tingkat kepolaran berbeda ini dilakukan guna mendapatkan kandungan total fenol, komponen bioaktif dan aktivitas antioksidan yang terbaik serta rendemen ekstrak yang optimal. Sifat-sifat komponen yang akan diekstraksi dan sifat-sifat pelarut merupakan faktor yang menentukan metode ekstraksi yang akan digunakan. Ekstraksi menggunakan pelarut dengan tingkat kepolaran berbeda biasanya menggunakan sampel yang telah dikeringkan. Penggunaan sampel kering ini disebabkan oleh adanya resapan membran sel sampel sehingga ekstrak metabolit endoseluler yang dihasilkan dari bahan lebih banyak Colegate dan Molyneux 2008. Rivai et al. 2009 juga menyatakan pengeringan sampel akan meningkatkan perolehan rendemen ekstrak, kadar senyawa fenolat dan aktivitas antioksidan. Adapun penelitian yang telah dilakukan mengenai aktivitas antioksidan pada sampel yang telah dikeringkan seperti pada tumbuhan Kuncahyo dan Sunardi 2007; Juniarti et al. 2009; Rivai et al. 2009; Lim et al. 2002 dan hewan Hanani et al. 2005; Apriandi 2011. Dengan adanya beberapa penelitian tersebut, maka penggunaan sampel kering pada penelitian ini dinilai telah sesuai dengan penelitian sebelumnya dan metode yang digunakan sehingga diharapkan perolehan rendemen ekstrak, kadar senyawa fenolat dan aktivitas antioksidan dapat mencapai hasil yang optimal.

1.2 Tujuan