Tujuan Deskripsi dan Klasifikasi Lamun Dugong Thalassia hemprichii

perolehan rendemen ekstrak, kadar senyawa fenolat dan aktivitas antioksidan dapat mencapai hasil yang optimal.

1.2 Tujuan

Tujuan dilakukannya penelitian mengenai aktivitas antioksidan dan komponen bioaktif pada lamun dugong Thalassia hemprichii ini adalah: 1 Menentukan komposisi proksimat air, abu, lemak, protein, dan karbohidrat, abu tak larut asam dan serat pangan lamun dugong; 2 Mengetahui pengaruh perbedaan jenis pelarut dalam ekstraksi terhadap rendemen ekstrak, nilai total fenol, komponen bioaktif, dan aktivitas antioksidan. 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Lamun Dugong Thalassia hemprichii

Lamun dugong Thalassia hemprichii merupakan salah satu tumbuhan dari kelas Angiospermae dan termasuk ke dalam kelompok lamun. Lamun seagrass adalah tumbuhan berbunga Angiospermae yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri hidup terbenam di dalam laut Dahuri 2003. Berikut ini klasifikasi taksonomis dari lamun dugong Thalassia hemprichii menurut Phillips dan Menez 1988 dalam Soedharma 2007. Divisi : Anthophyta Kelas : Angiospermae Subkelas : Monocotyledoneae Ordo : Helobiae Famili : Hydrocharitaceae Genus : Thalassia Spesies : Thalassia hemprichii Morfologi lamun dugong dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1 Lamun dugong Thalassia hemprichii Sumber: koleksi pribadi Lamun dugong memiliki jumlah yang cukup berlimpah dan sering dominan pada padang lamun campuran. Lebar kisaran vertikal intertidalnya mendekati 25 m. Lamun ini tumbuh pada substrat pasir berlumpur yang berbeda atau pasir medium kasar atau pecahan koral kasar Dahuri 2003. Daun lamun dugong bercabang dua, tidak terpisah, berbentuk pita dan bertepi rata dengan ujung daun membulat serta memiliki akar yang berbuku-buku yang pendek. Pada umumnya, lamun dugong ditemukan pada dasar berlumpur dan berpasir, hidup bersama dengan jenis lamun lain yaitu Enhalus acoroides dan Halophila ovalis Setyawan et al. 2009. Pertumbuhan lamun diduga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor internal seperti kondisi fisiologis dan metabolisme, serta faktor eksternal seperti zat-zat hara dan tingkat kesuburan pertanian. Kecepatan tumbuh daun lamun dugong adalah 4,51 mm hari -1 untuk daun baru maupun daun lama Dahuri 2003. Lamun dugong mampu tumbuh dan berkembang dalam kondisi tak beroksigen anoxia atau berkadar oksigen rendah yang merupakan sifat habitat pasang surut yang dangkal. Hal ini disebabkan karena lamun ini mempunyai strategi metabolik dengan mikrozoma akar aerobik sehingga mampu berkoloni di habitat laut dangkal dengan berhasil dan mengusir sebagian kelompok tumbuh-tumbuhan lainnya Romimohtarto dan Juwana 2007. Lamun yang dijumpai di Asia Tenggara berjumlah 20 jenis dan hanya 12 jenis lamun yang dijumpai di perairan Indonesia. Penyebaran padang lamun di Indonesia mencakup perairan Jawa, Sumatera, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, dan Irian Jaya. Lamun dugong T. hemprichii merupakan spesies yang dominan dan dijumpai hampir di seluruh Indonesia Dahuri 2003. Pemanfaatan lamun secara umum hingga saat ini yaitu sebagai bahan kerajinan, bahan kasur, atap rambai, bahan upholstery dan kemasan, pupuk, penyaring limbah, stabilisator pantai, bahan untuk pabrik kertas, sumber bahan kimia penting, dan fooder makanan hewanternak KLH 2001. Ekosistem padang lamun sangat penting artinya bagi kehidupan penyu hijau Chelonia mydas dan dugong Dugong dugon, karena tumbuhan tersebut merupakan sumber makanan bagi kedua jenis hewan air itu. Thalassia hemprichii merupakan salah satu jenis lamun yang dikonsumsi oleh penyu hijau Dahuri 2003.

2.2 Ekstraksi Senyawa Aktif