Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH

++ ++ - a b c Gambar 11 Hasil uji fenolhidrokuinon ekstrak metanol a, etil asetat b, dan n-heksan c

4.5 Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH

Aktioksidan alami banyak terdapat pada berbagai macam jenis tumbuhan baik dalam buah-buahan maupun sayuran. Keberadaan senyawa antioksidan ini dalam suatu bahan dapat dideteksi dengan melakukan uji aktivitas antioksidan. Uji aktivitas antioksidan pada tiga ekstrak kasar lamun dugong yang memiliki tingkat kepolaran yang berbeda, dilakukan dengan menggunakan metode uji DPPH. Metode uji DPPH memberikan informasi reaktivitas senyawa yang diuji dengan suatu radikal stabil Kuncahyo dan Sunardi 2007. Radikal bebas yang digunakan adalah 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl. Prinsip kerja dari metode ini yaitu berdasarkan pada kemampuan substansi antioksidan tersebut dalam menetralisir radikal bebas. Metode serapan radikal bebas DPPH dipilih karena metode ini sederhana, mudah, waktu pengujian singkat dan sampel yang digunakan sedikit serta tidak membutuhkan banyak reagen seperti halnya uji xantin-xantin oksidase, tiosianat, antioksidan total Juniarti et al. 2009. Antioksidan pembanding yang digunakan pada penelitian ini adalah antioksidan sintetik butylated hydroxytoluene BHT dengan beberapa konsentrasi. Begitu pula dengan konsentrasi larutan ekstrak lamun dugong pada ketiga jenis pelarut. Konsentrasi tersebut diperoleh melalui pengenceran dari masing-masing larutan stok ekstrak kasar lamun dugong dengan pelarut metanol dan etil asetat 500 ppm serta 1000 ppm untuk pelarut n-heksana. Menurut Andayani et al. 2008 menyatakan bahwa pengujian aktivitas antioksidan pada berbagai konsentrasi dimana semakin tinggi konsentrasi yang diuji maka semakin tinggi pula aktivitas antioksidannya. Aktivitas antioksidan yang terdapat pada sampel dinyatakan dalam persentase inhibisinya terhadap radikal DPPH. Persentase inhibisi ini didapatkan dari serapan antara absorban DPPH dengan absorban sampel yang diukur dengan spektrofotometer UV-Vis. Salah satu parameter yang biasa digunakan untuk menginterpretasikan hasil dari pengujian aktivitas antioksidan dengan metode DPPH adalah efficient concentration 50 value EC 50 value atau biasa disebut dengan inhibition concentration 50 value IC 50 value. Nilai ini dapat didefinisikan sebagai konsentrasi substrat yang dapat menyebabkan berkurangnya 50 aktivitas DPPH Molyneux 2004. Antioksidan BHT sebagai antioksidan pembanding yang digunakan dalam penelitian ini memiliki nilai IC 50 sebesar 15,92 ppm. Presentase penghambatan yang tinggi dan nilai IC 50 yang rendah membuktikan bahwa BHT bersifat antioksidan yang sangat kuat 50 ppm menurut klasifikasi Blois 1958 dalam Molyneux 2004. BHT memiliki nilai IC 50 yang lebih rendah dibandingkan dengan ekstrak metanol, etil asetat, dan n-heksana. Hal ini dapat terjadi karena ekstrak lamun dugong yang digunakan pada penelitian ini masih tergolong sebagai ekstrak kasar. Sehingga masih diperlukan proses pemurnian pada ekstrak kasar tersebut. Karena pada ekstrak kasar ini diduga masih terkandung senyawa lain yang bukan merupakan senyawa antioksidan. Hasil pengujian antioksidan menunjukkan bahwa ketiga ekstrak kasar lamun dugong memiliki aktivitas antioksidan yang berbeda. Nilai rata-rata IC 50 ekstrak kasar lamun dugong, dapat dilihat pada Gambar 12. Aktivitas antioksidan lamun dugong terbaik berturut-turut dimiliki oleh ekstrak metanol 73,72 ppm, ekstrak etil asetat 250,72 ppm, dan ekstrak n-heksana 8134,70 ppm. Suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat jika nilai IC 50 kurang dari 50 ppm, kuat untuk IC 50 antara 50-100 ppm, sedang jika IC 50 bernilai 100-150 ppm dan lemah jika IC 50 bernilai 150-200 ppm Molyneux 2004. Dari ketiga ekstrak yang diamati, ekstrak lamun dugong dengan pelarut metanol termasuk ke dalam antioksidan kuat, karena nilai IC 50 berada diantara 50-100 ppm. Jumlah komponen bioaktif yang terlarut pada masing-masing pelarut akan berbeda sehingga akan berpengaruh pula pada nilai IC 50 yang dihasilkan. Nilai IC 50 akan semakin besar jika ekstrak yang terlarut pada pelarut yang digunakan semakin sedikit. Angka-angka pada diagram batang yang diikuti huruf a,b menunjukkan jenis pelarut memberikan pengaruh berbeda nyata p0,05 terhadap nilai rendemen Gambar 12 Nilai rata-rata IC 50 ekstrak kasar lamun dugong Ekstrak metanol memiliki nilai antioksidan yang kuat bila dibandingkan dengan ekstrak etil asetat dan n-heksana dengan menggunakan metode pengujian DPPH. Hal ini dikarenakan metode pengujian ini cocok bagi komponen antioksidan yang bersifat polar, karena kristal DPPH hanya dapat larut dan memberikan absorbansi maksimum pada pelarut metanol Febryanti 2010. Hal ini mengisyaratkan bahwa perlu dilakukan pengujian aktivitas antioksidan dengan menggunakan metode pengujian lainnya yang universal, baik untuk komponen yang bersifat polar, semipolar, ataupun nonpolar. Bila dilihat dari faktor lainnya, kadar total fenol dalam ekstrak metanol juga memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan dua ekstrak lainnya. Menurut Andayani et al. 2008, senyawa-senyawa fenolat yang terkandung dalam tumbuhan memiliki aktivitas antioksidan karena senyawa ini dapat menangkap radikal-radikal peroksida dan dapat mengkelat logam besi yang mengkatalis peroksida lemak. Hal tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara aktivitas antioksidan dan kandungan total fenol memiliki kolerasi yang positif. 8134,70 a 250,72 b 73,72 b 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan