Persepsi Mahasiswa Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Sumatera Utara Terhadap Dukungan Ekonomi Syariah Di Sumatera Utara
SKRIPSI
PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TERHADAP DUKUNGAN SISTEM
EKONOMI SYARIAH DI SUMATERA UTARA
OLEH
Rafika Nanda 110501021
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2015
(2)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara terhadap dukungan Sistem Ekonomi Syariah di Sumatera Utara.
Penelitian ini bersifat deskriptif. Data yang digunakan adalah data primer dan data skunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui kuesioner yang disebarkan kepada mahasiswa muslim Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Sedangkan data skunder diperoleh dari Bagian Pendidikan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera utara, Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik. Setelah data terkumpul penulis mengunakan program komputer SPSS 21 dengan analisis Reliabilitas dan Validitas.
Hasil penelitian dari 97 responden mahasiswa muslim Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara memiliki persepsi 423,8 dari skor ideal 500 “Sangat Setuju” mendukung Ekonomi Syariah di Sumatera Utara.
(3)
ABSTRACT
The purpose of this research is to determine the perception of Faculty Economics and Business Sumatera Utara University’s students on supporting Sharia Economy System in the Sumatera Utara.
This research characteristic is descriptive. The data in the research are primary data and secondary data. The collecting of the primary is giving questionnaire to Faculty Economics and Business Sumatera Utara University’s Muslim students. While secondary data from education division of Faculty Economics and Business Sumatera Utara University’s. The Reliability and Validity method in the research using SPSS 21.
From 97 respondent, the perception of Faculty Economics and Business Sumatera Utara University’s students on supporting Sharia Economy System in the Sumatera Utara obtained a score 423,8 of 500 “So Agree” That supporting Sharia Economy System in Sumatera Utara.
(4)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT yang maha kuasa, dimana atas segala nikmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dengan judul “Persepsi Mahasiswa Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Sumatera Utara Terhadap Dukungan Ekonomi Syariah Di Sumatera Utara”. Dalam kesempatan ini, penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini dan juga penyelesaian studi penulis, yaitu kepada :
1. Kedua orang tua tercinta Ayahanda A. Rahiem Rasyid Lubis dan Ibunda Rosmini atas semangat dan dukungan baik berupa dukungan moril maupun materil serta kakak Ririn Rizki yang selalu memberikan motivasi kepada penulis dalam setiap proses penyusunan skripsi.
2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, SE., M.Ec.,Ac.,Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE., M.Ec., selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si., selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnsi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Irsyad Lubis, SE., M.Soc.Sc., Ph.D., selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan dan Bapak Paidi Hidayat, SE., M.Si., selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Haroni Doli Hamoraon, SE., M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya dan memberi masukan dari awal sehingga terselesaikannya skripsi ini.
(5)
6. Bapak Drs. Rakhmat Sumanjaya Hsb, M.Si. dan Bapak Drs. Rujiman,MA., selaku dosen pembaca dan penilai yang telah meluangkan waktunya dan memberi masukan terhadap skripsi ini.
7. Seluruh staf pengajar dan staf pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, terutama Departemen Ekonomi Pembangunan. 8. Seluruh responden Mahasiswa Muslim Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Sumatera Utara yang memberikan waktu dan informasi kepada penulis, serta semua pihak yang terlibat dalam setiap penulisan skripsi ini. 9. Kepada teman-teman terdekat saya yang telah banyak membantu serta seluruh
teman-teman stambuk 2011 Ekonomi Pembangunan yang juga memberikan semangat, doa dan dukungannya kepada penulis.
Akhir kata, penulis berharap semoga hasil penelitian dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.
Medan, Maret 2015 Penulis,
110501021 Rafika Nanda
(6)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Ekonomi Syariah ... 8
2.2 Karateristik Sistem Ekonomi Syariah ... 11
2.3 Prinsip Dasar Produksi Ekonomi Syariah ... 18
2.4 Prinsip Dasar Konsumsi Ekonomi Syariah ... 22
2.5 Prinsip Dasar Distribusi Ekonomi Syariah ... 26
2.6 Peran Pemerintah Dalam Perekonomian Syariah ... 26
2.7 Persepsi Dalam Al-Qur’an ... 28
2.8 Penelitian Terdahulu ... 30
2.9 Kerangka Konseptual ... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 33
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 33
3.3 Definisi Operasional ... 33
3.4 Populasi dan Sampel ... 34
3.4.1 Populasi ... 34
3.4.2 Sampel ... 34
3.5 Jenis dan Metode Pengumpulan Data ... 35
3.5.1 Jenis Data ... 35
3.5.2 Metode Pengumpulan Data ... 36
3.6 Teknik Analisis Data ... 36
3.6.1 Alat Analisis Data ... 36
3.6.2 Metode Analisis Data ... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Sumatera Utara ... 38
(7)
4.2.2 Jenis Kelamin ... 39
4.2.3 Usia ... 40
4.2.4 Program Studi ... 41
4.2.5 Asal Daerah Responden ... 42
4.3 Uji Validitas Dan Reliabilitas ... 42
4.4 Persepsi Mahasiswa Muslim Fakultas Ekonomi dan Bisnis Terhadap Ekonomi Syariah... 45
4.4.1 Persepsi Variabel Definisi Ekonomi ... 45
4.4.2 Persepsi Variabel Informasi Ekonomi Syariah ... 46
4.4.3 Persepsi Variabel Penerapan Ekonomi Syariah ... 49
4.4.4 Persepsi Variabel Ketentuan Ekonomi Syariah ... 53
4.4.5 Persepsi Variabel Dukungan Ekonomi Syariah ... 58
4.4.6 Persepsi Variabel Pemahaman Ekonomi Syariah ... 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 63
5.2 Saran ... 64
(8)
DAFTAR TABEL
No Tabel Judul Halaman
1.1 Jumlah Mahasiswa Yang Mengambil Konsentrasi Ekonomi
Islam Tahun 2009 – 2013 ... 5
1.2 Jumlah Mahasiswa Yang Mengambil Konsentrasi Perencanaan dan Perbankan Tahun 2009 – 2013 ... 5
4.1 Jumlah Responden Berdasarkan Stambuk ... 39
4.2 Jumlah Responden Berdasarkan Asal Daerah ... 42
4.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 43
4.4 Gambaran Persepsi Variabel Definisi ... 45
4.5 Gambaran Persepsi Variabel Informasi ... 46
4.6 Gambaran Persepsi Variabel Penerapan ... 49
4.7 Gambaran Persepsi Variabel Ketentuan ... 53
4.8 Gambaran Persepsi Variabel Dukungan ... 58
(9)
DAFTAR GAMBAR
No Gambar Judul Halaman
2.1 Kerangka Konseptual ... 32
4.1 Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 40
4.2 Jumlah Responden Berdasarkan Usia ... 40
(10)
DAFTAR LAMPIRAN
No Lampiran Judul Halaman
1 Kuesioner Penelitian ... 65 2 Distribusi Jawaban Responden... 69 3 Output Uji Validitas dan Reliabilitas Melalui SPSS 21 ... 71
(11)
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Islam sebagai agama yang universal dan komprehensif. Universal berarti bahwa Islam diperuntukan bagi seluruh umat manusia di muka bumi dan dapat diterapkan dalam setiap waktu dan tempat sampai akhir zaman. Komprehensif artinya Islam mempunyai ajaran yang lengkap dan sempurna (syumul).
Kesempurnaan ajaran Islam, dikarenakan Islam mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, tidak saja aspek spiritual (ibadah murni), tetapi juga aspek muamalah yang meliputi ekonomi, sosial, politik, hukum, dan sebagainya.
(Agustianto, 2002: 1)
Al-Qur’an secara tegas mendeklarasikan kesempurnaan Islam tersebut. Dalam surat Al-Maidah ayat 3 Allah berfirman, “pada hari ini kusempurnakan bagi kamu agamamu dan Kusempurnakan bagi kamu nikmatKu dan Aku ridho Islam itu sebagai agama kamu”.
Allah menyediakan sumber daya alam sangat banyak demi memenuhi kebutuhan manusia. Manusia yang berperan sebagai khalifah, dapat memanfaatkan sumber daya yang banyak itu untuk kebutuhan hidupnya. Dalam pandangan Islam, nikmat Allah hampir tak terbatas banyaknya. Sebagimana dalam firmanNya, “dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak bisa menghitungnya” (QS 14:34). Sementara para
(12)
ahli ekonomi konvensional, selalu menyebutkan bahwa sumber daya alam terbatas (limited), sementara keinginan manusia tidak terbatas (unlimited).
Karena itu, menurut Ekonomi Islam, Krisis ekonomi yang dialami suatu negara, bukan karena terbatasnya sumber daya alam, melainkan karena tidak meratanya distribusi (maldistribution), sehingga terwujud ketidakadilan
(injustice). (Agustianto, 2002: 17)
Kondisi terpuruknya ekonomi yang dialami banyak negara-negara dunia sejak tahun 1970 bahkan sampai saat ini menjadi faktor pendorong maraknya wacana tentang Ekonomi Islam. Walaupun bukan tanpa pujian, Sistem Ekonomi konvensional ternyata tetap tidak mampu berbuat apa-apa untuk mengantarkan sebuah negara ke pintu gerbang kesejahteraan yang diidamkan. Negara berpredikat maju seperti Amerika dan sebagian besar Eropa sampai saat inipun tetap tidak bisa berbuat apa-apa mengatasi pengangguran, inflasi, hutang negara, kemiskinan, defisit anggaran dan sebagainya. (Ibid: 46)
Indonesia yang merupakan 87,18% penduduknya beragama Islam menurut sensus BPS 2010. dengan penduduk Muslim terbesar terdapat di Jawa Barat sebesar 41.763.592 jiwa, Jawa Timur 36.113.396 jiwa kemudian, Jawa Tengah 31.328.341 jiwa, sedangkan Sumatera Utara menempati posisi kelima sebesar 8.579.830 jiwa, dan diposisi terakhir Nusa Tenggara Timur sebesar 423.925 jiwa, masih belum dapat menerapkan Sistem Ekonomi Syariah secara kaffah (menyeluruh). Namun penerapannnya sudah mulai tampak sejak
(13)
pemerintah Indonenesia. yaitu Bank Muamalat sebagai Bank pertama berbasis Syariah. Dan disusul oleh lembaga-lembaga Syariah lainnya seperti Asuransi Syariah, Pegadain Syariah, Pasar Modal Syariah dan Bisnis Syariah dll. Menurut data Bank Indonesia tahun 2013 terdapat 11 Bank Umum Syariah (BUS), 23 Unit Usaha Syariah (UUS), dan 160 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS).
Perkembangan ekonomi Syariah di Indonesia dapat kita lihat dari banyaknya lembaga keuangan salah satunya Perbankan Syariah dimana sekarang ini banyak bank konvensional menjadi bank Syariah. Proses konvensi bank konvensional menjadi bank berbasis Syariah telah diatur oleh Undang-Undang. Merujuk pada UU No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan dan Undang-Undang No.23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia, keduanya memberi peluang bagi beroperasinya bank dengan sistem Syariah. (Hamidi, 2003: 155)
Masyarakat yang mendiami negara Republik Indonesia bercermin kepada keberhasilan bank muamalat, sehingga para ahli ekonomi secara perlahan mengubah orientasi pemikirannya kearah pradigma Ekonomi Syariah yang dianggap lebih meyakinkan dan menjanjikan. Bahkan lebih jauh dari itu, beberapa bank konvensional saat ini telah memiliki bank Syariah seperti Bank Syariah mandiri dan Bank Syariah BNI dll. Jumlah perbankan yang mengunakan prinsip Syariah diperkirakan akan semakin bertambah seiring dengan telah disahkannya sebuah rancangan Undang menjadi Undang-Undang No. 3 tahun 2006 tentang perubahan Undang-Undang-Undang-Undang No. 7 Tahun
(14)
1989 tentang Peradilan Agama dan Undang-Undang Perbankan yang mengakomondasi prinsip Syariah dan takaful. (Ali, 2008: 61)
Menyikapi perkembangan yang cukup menggembirakan itu, pihak perguruan tinggi membuka jurusan Ekonomi Islam dalam mempersiapkan kader-kader intelektual yang mampu bekerja secara professional untuk menempati posisi pekerjaan sebagai manager operasional, account officer, manager marketing, remedial, analisis kredit dan pegawai di berbagai institusi Ekonomi Syariah seperti Bank Syariah dan takaful (Asuransi Islam), Gadai Syariah, dan Lembaga Keuangan Syariah lainnya seperti direktur perbankan syariah di Bank Indonesia (BI) dan depertemen perbankan syariah di Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Perkembangan ekonomi Syariah juga dirasakan di Sumatera Utara banyaknya lembaga keuangan Syariah salah satunya Bank daerah Bank Sumut membuka Bank Sumut Syariah, salah satu dukungan terhadap ekonomi Syariah. Tumbuhnya Bank Prekreditan Rakyat Syariah (BPRS), Baitul Mal wat Tamwil (BMT), Pergadaian Syariah, Asuransi Syariah (Takaful), dan usaha bisnis
Syariah juga mulai tumbuh di Sumatera Utara mulai dari bisnis makanan halal, fasion, bisnis transportasi, akomodasi, hingga ke bisnis wisata syariah. Dimana Ekonomi Syariah juga di dukung oleh pemerintah daerah Wakil Gubernur Sumatera Utara juga berperan dalam perkembangan Ekonomi Syariah Ir. H. Tengku Erry Nuradi, M.Si dikukuhkan menjadi Ketua Umum Pengurus Wilayah (PW) Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Sumut periode 1436H -
(15)
1439H. Salah satu langkah strategis yang dapat ditempuh dengan melakukan sosialisasi kepada seluruh lapisan masyarakat, tanpa membedakan agama dan keyakinan akan manfaat dan keunggulan prinsif syariah dalam membangun usaha dan bisnis. Sosialisasi dapat dilakukan dengan merangkul OJK, Bank Indonesia dan lembaga Perbankan lainnya dengan demikian prinsip Ekonomi Syariah dapat menyebar keseluruh masyarakat. ( http://tengkuerrynuradi.com)
Berjalan dengan perkembangan Ekonomi Syariah di Sumatera utara bukan hanya Institusi Agama Islam Negeri Sumatera Utara (IAIN) yang membuka jurusan Ekonomi Islam. Universitas Sumatera Utara (USU) di Fakultas Ekonomi Dan Bisnis (FEB) juga sudah ada mata kuliah Akuntansi Syariah di program studi S1 Akuntansi dari tahun 2011 dan di S1 Ekonomi Pembangunan sejak tahun 2009 sudah ada konsentrasi Ekonomi Syariah dengan mata kuliah: fiqih muamalat, Institusi pembangunan Islam, kebijakan fiskal Islam, perbankan Syariah dan ekonomi pembangunan Islam. Dan di tahun 2013 konsentrasi Ekonomi Islam berubah dengan mata kuliah antara lain: Institusi Pembangunan Islam, Analisis Ekonomi Islam, Fiqih Muamalat, dan Perbankan Syariah. Dimana jumlah mahasiswa yang mengambil mata kuliah konsentrasi Ekonomi Islam dapat diihat dari tabel berikut:
Tabel 1.1 Jumlah Mahasiswa Yang Mengambil Konsentrasi Ekonomi Islam Tahun 2009 - 2013
Semester Tahun
2009 2010 2011 2012 2013
Ganjil 15 orang 13 orang 17 orang 17 orang 0 Genap 12 orang 27 orang 11 orang 20 orang 19 orang sumber dari Bagian Pendidikan FEB USU (diolah)
(16)
Yang masih sedikit dibandingkan dengan konsentrasi perencanaan dan perbankan di tahun ajaran 2009 sampai tahun ajaran 2013 dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 1.2 Jumlah Mahasiswa Yang Mengambil Konsentrasi Perencanaan dan Perbankan Tahun 2009 - 2013
Konsentrasi Semester
Tahun
2009 2010 2011 2012 2013
Perencanaan Ganjil 70 41 9 39 45
Genap 37 17 34 68 78
Perbankan Ganjil 25 34 37 45 45
Genap 37 41 42 64 48
Sumber dari Bagian Pendidikan FEB USU (diolah)
Di Indonesia sendiri Ekonomi Islam lebih dikenal dengan Ekonomi Syariah, karena mecegah Islamophobia di kalangan non muslim, maka banyak muncul
lembaga-lembaga yang berbasis Sistem Ekonomi Islam lebih banyak yang memakai kata Syariah seperti Bank Syariah, Asuransi Syariah dan Pegadaian Syariah dll. Oleh karena itu peneliti mengunakan kata ekonomi Syariah didalam skripsi.
Dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Persepsi Mahasiswa Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Sumatera Utara Terhadap Dukungan Sistem Ekonomi Syariah Di Sumatera Utara”
(17)
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian adalah bagaimana persepsi mahasiswa Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Sumatera Utara terhadap dukungan Sistem Ekonomi Syariah di Sumatera Utara?
1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dikemukakan diatas maka tujuan penelitian ini untuk mengetahui persepsi mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara terhadap dukungan Sistem Ekonomi Syariah di Sumatera Utra.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai tambahan wawasan ilmu dan ilmu pengetahuan penulis dalam disiplin ilmu yang penulis tekuni.
2. Sebagai tambahan informasi dan masukan bagi mahasiswa/I Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara terutama mahasiswa/I Depertemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian selanjutnya. 3. Sebagai masukan bagi kalangan akademisi untuk dapat dijadikan bahan
(18)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Ekonomi Syariah
Dalam pandangan Islam, ekonomi atau iqtishad berasal dari kata qosdum
yang berarti keseimbangan (equilibrium) dan keadilan (equally balanced).
(Fauzia dan Abdul, 2014: 3)
Pada intinya Ekonomi Syariah adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang berupaya untuk memandang, menganalisis, dan akhirnya menyelesaikan permasalahan-permasalahan ekonomi dengan cara-cara Islam di sini adalah cara-cara yang mendasarkan atas ajaran agama Islam, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Dengan pengertian seperti ini maka istilah yang juga sering digunakan adalah Ekonomi Syariah. (P3EI, 2012 : 17)
Beberapa ekonom memberikan penegasan bahwa ruang lingkup dari Ekonomi Syariah adalah masyarakat Muslim atau negara Muslim sendiri. Artinya, ia mempelajari perilaku ekonomi dari masyarakat atau negara Muslim dimana nilai-nilai ajaran Islam dapat diterapkan. Untuk memberikan pengertian yang lebih jelas maka berikut disampaikan definisi Ekonomi Syariah dari beberapa ekonom Muslim terkemuka saat ini:
1. Ekonomi Syariah merupakan ilmu ekonomi yang diturunkan dari ajaran Al-Qur’an dan Sunnah. Segala bentuk pemikiran ataupun praktik ekonomi yang tidak bersumberkan dari Al-Qur’an dan Sunnah tidak dapat
(19)
permasalahan kekinian yang belum dijelaskan dalam Al-Qur’an dan Sunnah, digunakan metode fiqh untuk menjelaskan apakah fenomena tersebut bersesuaian dengan ajaran Al-Qur’an dan Sunnah ataukah tidak. Dalam hal ini, Ekonomi Syariah dianggap tidak memiliki kelemahan dan selalu dianggap benar. Kegagalan dalam memecahkan masalah ekonomi empiris dipandang bukan sebagai kelemahan Ekonomi Syariah, melainkan kegagalan ekonom dalam menafsirkan Al-Qur’an dan Sunnah. Beberapa ekonom Muslim yang cendrung menggunakan definisi dan pendekatan ini adalah Hazanuzzaman dan Metwally dalam (P3EI, 2012: 18)
2. Ekonomi Syariah merupakan implementasi sistem etika Islam dalam kegiatan ekonomi yang ditujukan untuk pengembangan moral masyarakat. Dalam hal ini, Ekonomi Syariah bukanlah sekadar memberikan justifikasi hukum terhadap fenomena ekonomi yang ada, namun lebih menekankan pada pentingnya spirit Islam dalam mengidentifikasi spirit dasar Islam yan terkait dengan ekonomi. Spirit inilah yang kemudian menjadi dasar penurunan ilmu ekonomi. Beberapa ekonom yang mengunakan pendekatan ini adalah Mannan, Ahmad, dan Khan dalam (P3EI, 2012: 18)
3. Ekonomi Syariah merupakan representasi perilaku ekonomi umat Muslim untuk melaksanakan ajaran Islam secara menyeluruh. Dalam hal ini, Ekonomi Syariah tidak lain merupakan penafsiran dan praktik ekonomi yang dilakukan oleh umat Islam yang tidak bebas dari kesalahan dan
(20)
kelemahan. Analisis ekonomi setidaknya dilakukan dalam tiga aspek, yaitu norma dan nilai-nilai dasar Islam, batasan ekonomi dan status hukum, dan aplikasi dan analisis sejarah. Beberapa ekonomi yang mengunakan pendekatan ini adalah Siddiqie dan Naqvi dalam (P3EI, 2012: 18)
4. Beberapa ekonom Muslim mencoba mendefinisikan ekonomi Islam lebih komprehensif ataupun menggabungkan antara definisi-definisi yang telah ada. Seperti diungkapkan oleh Chapra dan Choudury dalam (P3EI, 2012: 18) bahwa berbagai pendekatan dapat digunakan untuk mewujudkan Ekonomi Syariah, baik pendekatan historis, empiris ataupun teoretis. Namun demikian, pendekatan ini di maksudkan untuk mewujudkan kesejahteraan manusia sebagaimana yang dijelaskan oleh Islam, yaitu falah, yang bermaknakan kelangsungan hidup, kemandirian, dan kekuatan
untuk hidup.
Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Ekonomi Syariah bukan hanya merupakan praktik kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh individu dan komunitas Muslim yang ada, namun juga merupakan perwujudan perilaku ekonomi yang didasarkan pada ajaran Islam. Ia mencakup cara memandang permasalahan ekonomi, menganalisis, dan mengajukan alternatif solusi atas berbagai permasalahan ekonomi. Ekonomi Syariah merupakan konsekuensi logis dari implementasi ajaran Islam secara menyeluruh dalam aspek ekonomi. (Ibid:19)
(21)
Kebutuhan terhadap sumber daya manusia (SDM) yang unggul dalam industri keuangan syariah umumnya dan industri perbankan Syariah pada khusunya, merupakan kebutuhan mendesak. Kebutuhan ini pula yang membuat dunia pendidikan nasional khususnya di perguruan-perguruan tinggi, mulai secara luas membuka mata kuliah atau program-program studi yang mempelajari pengetahuan serta keahlian tentang ekonomi, keuangan, dan perbankan syariah. Untuk itulah penyediaan literature seperti buku teks Ekonomi Islam menjadi sebuah kebutuhan yang paling pokok dalam proses pembentukan SDM yang unggul di perguruan-perguruan tinggi. (P3EI: 2012)
2.2 Karakteristik Sistem Ekonomi Syariah
1. Tujuan Ekonomi Syariah
Tujuan akhir Ekonomi Syariah adalah sebagaimana tujuan dari syariat Islam itu sendiri (maqashid asy syari’ah). Yaitu mencapai kebahagiaan di
dunia dan akhirat (falah) melalui suatu tata kehidupan yang baik dan
terhormat (hayyah thayyibah). Tujuan falah yang ingin dicapai oleh
Ekonomi Syariah meliputi aspek mikro ataupun makro, mencakup horizon waktu dunia ataupun akhirat. (P3EI, 2012: 54)
Ekonomi Syariah tidak sekedar berorientasi untuk pembangunan fisik material dari individu, masyarakat dan negara saja, tetapi juga memperhatikan pembangunan aspek lain yang juga merupakan elemen penting bagi kehidupan yang sejahtera dan bahagia. Pembangunan keimanan merupakan prakondisi yang diperlukan dalam Ekonomi Syariah,
(22)
sebab keimanan merupakan fondasi bagi seluruh perilaku individu dan masyarakat untuk kemaslahatan. (Ibid)
2. Moral sebagai Pilar Ekonomi Syariah
Moral menempati posisi penting dalam ajaran Islam, sebab terbentuknnya pribadi yang memilik moral baik (akhlaqul karimah) merupakan tujuan
puncak dari seluruh ajaran Islam, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW. “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak”. Moralitas Islam dibangun atas suatu postulat ibadah (rukun Islam), artinya bahwa moral ini lahir sebagai konsekuensi dari rukun iman dan rukun Islam. (Ibid: 56)
3. Nilai-nilai Dasar Ekonomi Syariah
Moral Islam sebagai pilar Ekonomi Syariah perlu dijabarkan lebih lanjut menjadi nilai-nilai yang lebih terinci sehingga pada akhirnya dapat menjadi rumusan penuntun perilaku para pelaku ekonomi. Nilai-nilai ini merupakan sisi normatif dari Ekonomi Syariah yang berfungsi mewarnai atau menjamin kualiatas perilaku ekonomi setiap individu. Keberadaan nilai semata pada perilaku ekonomi dapat menghasilkan suatu perekonomian yang normatif, tidak akan bisa berjalan secara dinamis. Oleh karena itu, implementasi nilai-nilai ini harus secara bersama-sama didasarkan atas prinsip-prinsip Ekonomi Syariah. (Ibid:58)
(23)
4. Prinsip-Prinsip Ekonomi Dalam Islam
Menurut Rahman (1995: 8-10) Prinsip dasar sistem Ekonomi Syariah antara lain:
a. Kebebasan individu
Individu mempunyai hak kebebasan sepenuhnnya untuk berpendapat atau membuat suatu keputusan yang dianggap perlu dalam dalam sebuah negara Islam. Karena tanpa kebebasan tersebut individu Muslim tidak dapat melaksanakan kewajiban mendasar dan penting dalam menikmati kesejahteraan dan menghindari terjadinya kekacauan dalam masyarakat.
b. Hak terhadap harta
Islam mengakui hak individu untuk memiliki harta walaupun begitu ia memberikan batasan tertentu supaya kebebasan itu tidak merugikan kepentingan masyarakat umum.
c. Ketidaksamaan ekonomi dalam batas yang wajar
Islam mengakui adanya ketidaksamaan ekonomi di antara orang perorang tetapi tidak membiarkannya menjadi bertambah luas, ia mencoba menjadikan perbedaan tersebut dalam batas-batas yang wajar, adil dan tidak berlebihan.
d. Kesamaan sosial
Islam tidak mengajurkan kesamaan ekonomi tetapi ia mendukung dan menggalakkan kesamaan sosial sehingga sampai tahap bahwa kekayaan negara yang dimiliki tidak hanya dinikmati oleh sekelompok
(24)
tertentu masyarakat saja. Disamping itu amat penting setiap individu dalam sebuah negara (Islam) mempunyai peluang yang sama untuk berusaha mendapatkan pekerjaan atau menjalankan berbagai aktivitas ekonomi.
e. Jaminan sosial
Setiap individu mempunyai hak untuk hidup dalam sebuah negara Islam, dan setiap warga negara dijamin untuk memproleh kebutuhan pokoknya masing-masing. Memang menjadi tugas dan tanggungjawab utama bagi sebuah negara Islam untuk menjamin setiap warga negara, dalam memenuhi kebutuhannya sesuai dengan prinsip “hak untuk hidup”. Dan terdapat persamaan sepenuhnya di antara warga negara apabila kebutuhan pokoknya telah terpenuhi.
f. Distribusi kekayaan secara meluas
Islam mencegah penumpukkan kekayaan pada kelompok kecil tertentu orang dan menganjurkan distribusi kekayaan kepada semua lapisan masyarakat.
g. Larangan menumpuk kekayaan
Sistem ekonomi Islam melarang individu mengumpulkan harta kekayaan secara berlebihan dan mengambil langkah-langkah yang perlu untuk mencegah perbuatan yang tidak baik tersebut supaya tidak terjadi dalam negara.
(25)
h. Larangan terhadap organisasi anti sosial
Sistem ekonomi Islam melarang semua praktek yang merusak dan antisosial yang terdapat dalam masyarakat, misalnya berjudi, minum arak, riba, menumpuk harta, pasar gelap dan sebagainya.
i. Kesejahteraan individu dan masyarakat
Islam mengakui kesejateraan individu dan kesejahteraan sosial masyarakat yang saling melengkapi satu dengan yang lain, bukannya saling bersaing dan bententangan antar mereka. Maka Sistem Ekonomi Islam mencoba meredakan konflik ini sehingga terwujud kemanfaatan bersama.
5. Basis Kebijakan Ekonomi Syariah a. Penghapusan Riba
Islam telah melarang segala bentuk riba karenanya ia harus dihapuskan dalam Al-Qur’an maupun Hadits. Arti riba secara bahasa adalah ziyadah yang berarti tambahan, pertumbuhan, kenaikan, membengkak, dan bertambah, akan tetapi, tidak semua tambahan atau pertumbuhan dikatagorikan riba. Secara fiqh, riba diartinya sebagai setiap tambahan dari harta pokok yang bukan merupakan kompensasi, hasil usaha ataupun hadiah. Namun, pengertian riba secara teknis adalah pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara batil perbuatan ketidakadilan (zalim), baik dalam utang-piutang maupun jual beli. Dengan demikian, esensi dari pelarangan riba
(26)
adalah pengahapusaan ketidakadilan dan penegakan keadilan dalam ekonomi. (P3EI, 2012: 70)
Menurut Rahman (1995: 85) riba adalah pembayaran yang dikenakan terhadap pinjaman pokok sebagai imbalan terhadap masa pinjaman itu berlaku di mana modal pinjaman tersebut digunakan. Riba mengandung tiga unsur, yaitu Viz, yang ditambahkan pada pokok pinjaman, besarnya penambahan menurut jangka waktunya, dan jumlah pembayaran tambahan berdasarkan persyaratan yang telah disepakati. Semua transaksi yang mengandung ke tiga unsur tersebut dalam katagori riba.
b. Pelembagaan Zakat
Zakat pada dasarnya merupakan sebuah sistem yang berfungsi untuk menjamin distribusi pendapatan dan kekayaan masyarakat secara lebih baik. Ia merupakan sistem yang akan menjaga keseimbangan dan harmoni sosial di antara kelompok kaya (muzzaki) dan kelompok
miskin (mustahik). Dalam praktiknya pada masa awal Islam, zakat
dikelola oleh sebuah komite tetap dari pemerintahan dan menjadi bagian integral dari keuangan negara. Karenanya, kebijakan pengumpulan zakat maupun penyalurannya senantiasa terkait dengan kebijakan pembangunan negara secara keseluruhan. (P3EI, 2012: 71)
(27)
pada era sekarang sebaiknya mengacu pada strategi pelembagaan tetapi kondisinya tidak memungkinkan, pelembagaan zakat ini harus dipahami sebagai upaya untuk profesionalisasi pengelolaan zakat sebagai sebuah sistem distribusi pendapatan yang nyata. Menciptakan suatu sistem distibusi kekayaan dan pendapatan secara sistemik dan permanen. Langkah ini merupakan wujud nyata yang lain dari upaya menciptakan keadilan sosial, zakat mencerminkan komitmen sosial dari ekonomi Islam. (Ibid)
c. Pelarangan Gharar
Ajaran Islam melarang aktivitas ekonomi yang mengandung gharar.
Dari segi bahasa, gharar berarti resiko, atau juga ketidakpastian.
Menurut Ibnu Taimiyah (dalam P3EI, 2012:72) gharar adalah sesuatu dengan karakter tidak diketahui sehingga menjual hal ini adalah seperti perjudian. Dengan kata lain, gharar terjadi karena seseorang sama sekali tidak dapat mengetahui kemungkinan kejadian sesuatu sehingga bersifat spekulatif. Islam juga melarang usaha spekulatif menurut mannan (1997: 292) yang masksudnya adalah bentuk usaha yang pada hakikatnya merupakan gejala untuk membeli sesuatu dengan harga yang murah pada suatu waktu dan menjual barang yang sama dengan harga yang mahal pada waktu lain. Menurut Rahman (1995: 121) spekulasi adalah suatu bentuk perjudian komersil yang dimainkan tanpa adanya pertukaran uang atau barang-barang, dan
(28)
permainan ini berperan dalam memanipulasi kenaikan dan penurunan harga stok barang di pasaran nasional dan internasional.
d. Pelarangan Yang Haram
Dalam Ekonomi Syariah segala sesuatu yang dilakukan harus halalan thayyibah, yaitu benar secara hukum Islam dan baik dari perspektif nilai dan moralitas Islam. Kebalikan dari halalan thayyibah adalah haram, yaitu sesuatu yang jika dilakukan akan menimbulkan dosa. Meninggalkan yang haram adalah mutlak kewajibannya dan sebaiknya melaksanakan yang halal adalah mutlak kewajibannya. Haram dalam hal ini bisa terkait dengan zat maupun prosesnya (P3EI, 2012: 72)
2.3 Prinsip Dasar Produksi Ekonomi Syariah
Al-Ghazali (dalam Fauziah dan Aabdul, 2014: 116) menyebutkan bahwa produksi adalah pengerahan secara maksimal sumber daya alam (raw
material) oleh sumber daya manusia, agar menjadi barang yang bermanfaat
bagi manusia. Pemenuhan kebutuhan manusia pada tingkatan yang moderat menimbulkan dua implikasi yaitu:
1. Produsen hanya menghasilkan barang/jasa yang menjadi kebutuhan (needs), meskipun belum tentu merupakan keinginan (wants) konsumen.
Barang/jasa yang dihasilkan harus memiliki manfaat riil bagi kehidupan yang Islami, bukan sekedar memberi kepuasan maksimum bagi konsumen.
(29)
2. Kuantitas produksi tidak akan berlebihan, tetapi hanya sebatas kebutuhan yang wajar. Prosuksi barang/jasa secara berlebihan tidak saja menimbulkan mis-alokasi sumber daya ekonomi dan kemubaziran (wastage), tetapi juga menyebabkan terkurasnya sumber daya ekonomi
ini secara cepat. Islam menganjurkan umatnya untuk memproduksi dan berperan dalam berbagai bentuk aktivitas ekonomi: pertanian, perkebunan, perikanan, perindustrian, dan perdagangan. Islam memberkahi pekerjaan dunia dan menjadikannya bagian dari ibadah dan jihad. Dari Jabir, diriwayatkan oleh Baihaqi bahwa Rasulullah SAW. Bersabda: “kejahatan yang paling bahaya di muka bumi ini ialah pengagguran.” Karena pada dasarnya pekerjaan duniawi tidak hanya bermanfaat bagi individu pelakunya, tetapi juga penting untuk mencapai kemaslahatan masyarakat secara umum. (Fauziah dan Abdul, 2014: 117)
Menurut Fauziah dan Abdul (2014: 119) Faktor-faktor produksi dalam Islam meliputi:
1. Tanah
Tanah telah menjadi suatu faktor produksi terpenting sejak dahulu kala. Penekanan pada penggunaan tanah-tanah mati (ihya al mawat)
menunjukkan perhatian Rasulullah SAW. Dalam pengunaan sumber daya bagi kemakmuran rakyat. Islam mempunyai komitmen untuk melaksanakan keadilan dalam hal pertahanan. Islam mengakui adanya kepemilikan atas sumber daya alam yang ada, dengan selalu
(30)
mengupayakan pengunaan dan pemeliharaan yang baik atas sumber daya tersebut.
2. Tenaga kerja
Tenaga kerja merupakan human capital bagi suatu perusahaan. Di
berbagai macam jenis produksi, tenaga kerja merupakan modal bagi keberhasilan suatu perusahaan. Kesuksesan suatu produksi terletak pada kinerja sumber daya manusia yang ada di dalamnya. Tenaga kerja yang miliki skill dan intergritas yang baik merupakan modal utama bagi suatu perusahaan, di lain modal-modal yang lainnya. Karena secara umum, banyak di antara ahli ekonomi yang menyatakan bahwa tenaga kerja adalah satu-satunya produsen, dan pangkal produktivitas dari semua faktor produksi yang lainnya. Tanah, modal, mesin, manajerial yang baik tidak akan bisa menghasilkan suatu barang/jasa tanpa adanya tenaga kerja.
3. Modal
Modal merupakan faktor yang sangat penting dalam suatu produksi. Modal adalah sejumlah kekayaan yang bisa saja berupa assets
ataupun intangible assets, yang bisa digunakan untuk menghasilakan
suatu kekayaan. Dalam Islam, modal suatu usaha haruslah bebas dari riba. Dalam beberapa cara perolehan modal, Islam mengatur suatu sistem yang lebih baik, dengan cara kerja sama mudharabah atau musharakah. Hal ini untuk menjaga hak produsen dan juga hak pemilik modal, agar tercapai suatu kebaikan dalam suatu aktivitas
(31)
produksi, yang akhirnya akan berimplikasi pada adanya suatu mashlahah dalam suatu kerjasama yang dilakukan oleh masing-masing pihak.
4. Manajemen Produksi
Beberapa faktor produksi di atas tidak akan menghasilkan suatu profit yang baik ketika tidak ada manajemen yang baik. Karena tanah, tenaga kerja, modal, dan lain sebagainya tidak akan bisa berdiri dengan sendirinya. Semuanya memerlukan suatu pengaturan yang baik, berupa suatu organisasi, ataupun suatu manajemen yang bisa menerbitkan, mengatur, ataupun suatu manajemen yang bisa menerbitkan, mengatur, merencanakan, dan mengevaluasi segala kinerja yang akan dan telah dihasilkan oleh masing-masing divisi. Di dalam Al-Qur’an, kata-kata yang berkaitan dengan manajerial diungkapkan dalam beberapa bentuk yaitu yudabbiru, yatadabbarun,
yatadabbar, dan al-mudabbirat.
5. Teknologi
Di era kemajuan produksi yang ada pada saat ini, teknologi mempunyai peranan yang sangat besar dalam sektor ini. Berapa banyak produsen yang kemudian tidak bisa survive karena adanya
competitor lainnya dan lebih banyak yang bisa menghasilkan barang/jasa jauh lebih baik, karena didukung oleh faktor teknologi.
(32)
6. Bahan Baku
Bahan baku terbagi menjadi dua macam, adakalanya bahan baku tersebut merupakan sesuatu yang harus didapat ataupun dihasilkan oleh alam, tanpa ada penggantinya. Ada juga yang memang dari alam akan tetapi, bisa dicarikan bahan lain untuk mengganti bahan yang telah ada. Ketika seseorang produsen akan memproduksi suatu barang/jasa, maka salah satu hal yang harus dipikirkan yaitu bahan baku. Kerena jikalau bahan baku tersedia dengan baik, maka produksi akan berjalan dengan lancar, dan sebaliknya, maka akan mengahambat jalannya suatu produksi.
2.4 Prinsip Dasar Konsumsi Ekonomi Syariah
Pemanfaatan (konsumsi) merupakan bagian akhir dan sangat penting dalam pengelolahan kekayaan, dengan kata lain, pemanfaatan adalah akhir dari keseluruhan proses produksi. Kekayaan diproduksi hanya untuk dikonsumsi, kekayaan yang dihasilkan hari ini akan digunakan untuk hari esok. Oleh karena itu konsumsi (pemanfaatan) berperan sebagai bagian yang sangat penting bagi kehidupan ekonomi seseorang maupun negara. (rahman, 1995: 17)
Perbedaan antara ilmu ekonomi modern dan Ekonomi Syariah dalam hal konsumsi terletak pada cara pendekatannya dalam memenuhi kebutuhan seseorang. Islam tidak mengakui kegemaran materialistis semata-mata dari pola konsumsi modern. (mannan, 1997: 44)
(33)
Memenuhi kebutuhan dan bukan memenuhi kepuasan/keinginan yaitu tujuan dari aktivitas Ekonomi Syariah, dan usaha untuk pencapaian tujuan tersebut merupakan salah satu kewajiban dalam beragama. Siddiqi (dalam fauzia dan Abdul,2014: 163) menyatakan, bahwa tujuan aktivitas ekonomi yang sempurna menurut Islam antara lain: (1) memenuhi kebutuhan hidup seseorang secara sederhana, (2) memenuhi kebutuhan keluarga, (3) memenuhi kebutuhan jangka panjang, (4) menyediakan kebutuhan keluarga yang ditinggalkan, dan (5) memberikan bantuan sosial dan sumbangan menurut jalan Allah.
Dalam ekonomi konvensional, konsumen diasumsikan mempunyai tujuan untuk memproleh kepuasan (utility) dalam kegiatan konsumsinya. Dalam
Islam, tujuan konsumsi bukanlah konsep utilitas melainkan kemaslahatan. Pencapaian mashlahah tersebut merupakan tujuan dari maqashid al-syariah. Konsep utilitas sangat subjektif karena bertolak belakang pada pemenuhan kepuasan atau (wants), dan konsep mashlahah relatif lebih objektif karena
bertolak pada pemenuhan kebutuhan (needs). Mashlahah dipenuhi
berdasarkan pertimbangan rasional normatif dan positif, maka ada criteria yang objektif tentang suatu barang ekonomi yang memiliki mashlahah ataupun tidak. (Ibid: 166)
Menurut Ibn Sina, ada dua hal penting yang harus diperhatikan oleh manusia, yaitu income (pencarian rezeki/ kasab) dan expenditure
(34)
memulai untuk meraih berkahan tersebut jauh sebelum konsumsi dilakukan. (Ibid: 169)
Income dan expenditure haruslah diatur oleh suatu anggaran dengan
perhitungan yang cermat. Perolehan income sudah diatur dengan jelas
dalam Islam, sehingga nantinya berimplikasi pada label halal ataupun haram dalam income tersebut. Seperti yang telah dijelaskan oleh Rasulullah SAW.
Yang maknanya adalah: “Ambillah apa yang halal dan tinggalkanlah apa yang haram.” Adapun expenditure, Ibn sina mengklasifikasikannya menjadi
pengeluaran wajib dan tidak wajib. Pengeluaran wajib terkait dengan nafkah sehari-hari dan amal kebajikan untuk orang lain. Adapun pengeluaran yang tidak wajib adalah simpanan, karena menurut Ibn Sina manusia harus berpikir cerdas untuk perubahan peristiwa yang akan dilaluinya di masa datang. Jadi seseorang harus melakukan saving dan
investasi untuk masa depannya. (Ibid: 170-171)
Selain pengeluaran untuk konsumsi dan simpanan, Islam juga selalu memotivasi umatnya untuk menginvestasikan harta yang dimiliki olehnya. Satu alasan mendasar ketika seorang Muslim diwajibkan untuk mengeluarkan zakat adalah agar ia senantiasa menginvestasikan hartanya. Kewajiban zakat juga mendorong umat manusia untuk bekerja dan mempunyai banyak harta. (Ibid: 171)
(35)
Ada lima karakter ataupun standar dalam menilai proyek investasi, seperti yang telah disebutkan dalam mawsuah ilmiyah wa amaliyah
al-Islamiyah, yaitu:
1. Proyek yang baik menurut Islam
2. Memberikan rezeki seluas mungkin kepada anggota masyrakat 3. Memberantas kekafiran, memperbaiki pendapatan dan kekayaan 4. Memelihara dan menumbuh kembangkan harta
5. Melindungi kepentingan anggota masyarakat.
Adiwarman Azhar Karim (dalam Fauzia dan Abdul, 2014: 172) menjelaskan bahwa ekonomi konvensional suatu bahasan tentang konsumsi intertemporal. Yaitu konsumsi yang dilakukan dalam dua waktu yaitu masa sekarang dan masa datang. Dalam ekonomi konvensional, pendapatan adalah penjumlahan konsumsi, dan tabungan. Atau secara matematis ditulis:
Y= C + S Dimana: Y = pendapatan
C = konsumsi S = tabungan
Adapun konsumsi intertemporal dalam Islam seperti yang telah dijelaskan dalam Hadits Rasulullah SAW. Yang maknanya adalah: “Harta yang kamu miliki adalah apa yang kamu makan dan apa yang telah kamu infakkan.” Oleh karena itu, persamaan pendapatan menjadi:
(36)
Secara grafis, hal ini seharusnya digambarkan dengan tiga dimensi, namun untuk kemudahan penyajian grafis, yaitu dengan dua dimensi, maka persamaan ini disederhanakan menjadi:
Y = FS + S Dimana: FS = C + Infak
FS adalah final spending di jalan Allah
Penyederhanaan ini memungkinkan kita untuk mengunakan alat analisis grafis yang biasa digunakan dalam teori konsumsi, yaitu memaksimalkan fungsi utilitas (utility function) dengan garis pendapatan tertentu (budget
line), atau meminimalkan budget line dengan utility function tertentu.
(Ibid:173)
2.5 Prinsip Dasar Distribusi Ekonomi Syariah
Pembahasan tentang distribusi menjelaskan bagaimana pembagian kekayaan ataupun pendapatan yang dilakukan oleh para pelaku ekonomi. Berkaitan erat dengan faktor-faktor produksi seperti tanah, modal, tenaga kerja, dan manajemen. Kaitan distribusi dengan tanah adalah bagaimana alokasi dana untuk menyewa tanah sebagai tempat berkembangnya suatu aktivitas produksi. (Fauzia dan Abdul, 2014: 139)
Untuk mewujudkan distribusi kekayaan yang adil, jujur, dan merata Islam menetapkan tindakan-tindakan yang positif fan prohibitif. Tindakan positif melalui zakat, hukum pewarisan, dan kontribusi lainnya, baik bersifat wajib
(37)
bunga, menimbun, minum minuman keras, judi, dan perolehan harta dengan cara tidak baik dan tidak halal. (Ibid:142)
2.6 Peran Pemerintah Dalam Perekonomian Syariah
Pemerintah adalah pemegang amanah Allah untuk menjalankan tugas-tugas kolektif dalam mewujudkan kesejahteraan dan keadilan (al adh wal insan)
serta tata kehidupan yang baik (hayyah thayyibah) bagib seluruh umat, jadi
manusia adalah agen dari Tuhan. (P3E1, 2012 : 446)
Dalam menjalankan perannya, pemerintah memiliki instrument kebijakan, antara lain:
a. Manajemen produksi dan ketenagakerjaan di sektor publik pemerintah dapat berperan efektif dalam mengelola kekayaan publik (di mana masyrakat gagal mengelolanya). Mengatur produksi dan ketenagakerjaan secara menyeluruh.
b. Instrumen yang berkaitan dengan upaya mendorong kegiatan sektor swasta, misalnya menetapkan regulasi bagi sektor swasta, melakukan redistribusi faktor produksi (iqta’, kharaj), al-hisbah, perlindungan bagi
masyarakat lemah (fakir, miskin, yatim).
c. Pricing policy, dimana negara meregulasi harga dengan cara intervensi
pasar, penetapan harga, atau mendorong kebijakan diskriminasi harga untuk kelompok masyarakat, daerah, atau sektor tertentu yang dipandang merupakan kepentingan publik. Pricing policy ini juga perlu
(38)
dilakukan ketika pasar tidak dapat bersaing sempurna sehingga harga yang dihasilkan tidak merugikan masyarakat.
d. Kebijakan fiskal, yaitu pengelolaan APBN disesuaikan dengan prinsip-prinsip publik Islam
e. Kebijakan kredit dan moneter
f. Investasi kekayaan dan surplus sektor publik
2.7 Persepsi Dalam Islam
Persepsi merupakan perangkat yang dapat digunakan oleh seluruh makhluk. Namun, Allah SWT memberikan perangkat persepsi lain yang dapat membedakan manusia dengan makhluk lainnya, yaitu akal. Dengan akal, manusia dapat berpikir tentang makna-makna yang tersirat (seperti kebaikan dan keburukan, keistimewaan dan kekurangan, serta kebenaran dan kebatilan), memberikan hukum dan pradigma umum yang dilakukan melalui riset dan eksperimen, serta membuktikan keberadaan dan kekuasaan Allah SWT sebagai pencipta melalui kesimpulan yang ditariknya dari penciptaan-Nya terhadap alam semesta dan manusia. (Najati, 2006: 119)
Kemampuan akal manusia terhadap persepsi sangat terbatas dan mesti dikuti dengan tindakan pembuktian. Oleh karena itu Allah SWT mengutus para nabi dan rasul kepada manusia serta menurunkan beberapa kitab suci, guna membimbing manusia ke jalan kebaikan dan kebenaran. Allah SWT berfirman: “sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang
(39)
membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan menyucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al Hikmah (As-Sunnah), serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah (2): 151).
Ardhani (2014: 87) menyatakan manusia yang dikaruniai hati dan akal untuk menimbang segala yang ada di dalam diri juga di luar diri tentunya kita tak lepas dari apa yang disebut dengan prasangka. Ia selalu hadir mengiringi setiap gerak kita selaku makhluk yang berketuhanan dan berhubungan antarsesama. Untuk itu prasangka senantiasa menghiasi berbagai hal berkenaan dengan sisi-sisi kehidupan, dimana terdapat prasangka baik (husnuzhan) yaitu cara pandang seseorang yang membuatnya melihat segala
sesuatu secara positif, seorang yang memiliki sikap husnuzan akan mepertimbangkan segala sesuatu dengan pikiran jernih, pikiran dan hatinya bersih dari prasangka yang belum tentu kebenaranya. Rasulullah SAW bersabda: “Hendaklah kamu selalu benar. Sesungguhnya kebenaran membawa kepada kebajikan, dan kebajikan membawa kesurga. Selama seseorang benar dan selalu memilih kebenaran dia tercatat disisi Allah SWT. Sebagai seorang yang benar (jujur). Berhati-hatilah terhadap dusta, sesungguhnya dusta membawa kepada kejahatan dan kejahatan membawa kepada neraka. Selama seseorang dusta dan selalu memilih dusta dia tercatat di sisi Allah sebagai seorang pendusta.” (HR. Bukhari)
(40)
Dan prasangka buruk (su’uzhan) yaitu selalu akan memandang segala
sesuatu jelek, seolah-olah tidak ada sedikit pun kebaikan dalam pandanganya, pikirannya telah dikungkung oleh sikap yang menganggap orang lain lebih rendah dari pada dirinya. Sikap buruk sangka identik dengan rasa curiga, cemas, amarah dan benci padahal kecurigaan, kecemasan, kemarahan dan kebencian itu hanyalah perasaan semata yang tidak jelas penyebabnya, terkadang apa yang ditakutkan bakal terjadi pada dirinya atau orang lain sama sekali tak terbukti. Allah SWT berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purbasangka (kecurigaan), karena sebagian dari purbasangka itu dosa. Dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka, tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan, bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya, Allah maha menerima tobat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat: 12) dan Rasulullah SAW bersabda: “jauhilah prasangka itu sebab prasangka itu pembicaraan yang paling dusta.” (HR. Muttafaqun ‘alaih). (Ibid: 89)
Menurut Gilbert Harrel (dalam Morissan, 2010 : 96) Persepsi adalah proses yang digunakan individu untuk memilih, mengorganisasi dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti.
Persepsi adalah suatu proses individual yang sangat bergantung pada faktor-faktor internal, seperti kepercayaan, pengalaman, kebutuhan, suasana hati
(41)
(mood), serta harapan. Proses persepsi juga dipengaruhi oleh karakteristik stimulus (ukuran, warna, dan intensitas) serta konteks di mana stimulus itu dilihat dan didengar. (morissan, 2010 : 96).
2.8 Penelitian Terdahulu
Nur Kholis (2006) dalam penelitiannya yang berjudul “Penegakkan Syariat Islam di Indonesia (Perspektif Ekonomi)” hasil penelitian menunjukkan lembaga yang berbasisis Ekonomi Syariah di Indonesia menunjukkan perkembangan pesat. masyarakat mendukungan dan optimis untuk mengembangkan lebih banyak di masa depan. Terlebih lagi kinerja perbankan syariah semua Muslim di Indonesia untuk mendukung dan berpartisipasi dalam mengembangkan Ekonomi Syariah penegakkan hukum dimasa depan, terutama dibidang zakat, wakaf, asuransi syariah.
Dian Ariani (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “Persepsi Masyarakat Umum Terhadap Bank Syariah Di Medan” hasil penelitian menunjukkan perkembangan perbankan di Medan masih kurang mengembirakan masih sedikitnya bank syariah di Medan dan persepsi msayarakat terhadap perbankan syariah mengingat pertumbuhan dan perkembangan bank syariah masih dipandang sinis oleh beberapa kalangan dan bahkan kalangan umat Islam itu sendiri.
Siti Zulaikha (2013) dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Globalisasi Ekonomi Terhadap Ekonomi Islam di Indonesia” hasil penelitian menunjukkan pengembangan sistem perekonomian syariah yang telah teruji
(42)
cukup tangguh dalam menghadapi krisis ekonomi. Hal ini disebabkan sistem perekonomian yang digunakan tidak terpengaruh dengan tingkat bunga perbankan yang mendorong timbulnya inflasi. Bahkan sejumah lembaga keuangan bank dan non-bank berbasis nilai syariat telah berkembang dengan cukup pesat di kota-kota bisnis terkemuka seperti London, New York, dan Geneva.
2.9 Kerangka Konseptual
Adapun kerangka pemikiran penulis yang menjadi pijakan dalam penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual (dibuat oleh peneliti)
Islam
Akidah Syariah Akhlak
Ekonomi Syariah
Ekonomi Syariah di negara yang mayoritas penduduk Muslim
Ekonomi Syariah di Sumatera Utara
Persepsi masyarakat (Mahasiswa FEB USU terhadap Sistem Ekonomi
(43)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ialah suatu jenis penelitian yang bertujuan untuk mencandra atau mendeskripsikan secara sistematik, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat suatu objek atau populasi tertentu (Sinulingga, 2011: 23). Penelitian ini mendeskripsikan bagaimana persepsi mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara terhadap dukungan Sistem Ekonomi Syariah di Sumatera Utara.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Universitas Sumatera Utara yaitu Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Waktu penelitian ialah pada November 2014 sampai dengan Maret 2015.
3.3 Definisi Operasional
Definisi operasional variabel yang digunakan dalam pembahasan skripsi ini adalah :
1. Persepsi adalah prasangka baik dan buruk atau tanggapan mengenai sesuatu sebelum mengetahuinya (menyaksikan, menyelidiki).
2. Sistem ekonomi syariah adalah sistem ekonomi yang berlandaskan Al-Quran, Hadist, Ijma’, dan Qiyas. Sistem ekonomi yang berbeda dengan sistem ekonomi konvensional.
(44)
3.4 Populasi dan Sampel 3.4.1 Populasi
Populasi merujuk pada sekumpulan orang atau objek yang memiliki kesamaan dalam satu atau beberapa hal yang membentuk masalah pokok dalam suatu penelitian (Muhamad, 2008: 161). Populasi dari penelitian ini adalah mahasiswa muslim Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara tahun ajaran 2014/2015 dimana jumlahnya adalah 3376 mahasiswa muslim dari 6069 Mahasiswa.
3.4.2 Sampel
Sampel merupakan bagian atau sejumlah cuplikan tertentu yang diambil dari suatu populasi dan diteliti secara rinci (Muhamad, 2008: 162). Teknik sampling yang digunakan adalah Slovin. dengan rumus:
n = �
(1+���2)
n = 3376
1 + 3376 � 0,12
n = 97,12
n = 97 mahasiswa yang menjadi sample dimana:
n = ukuran sample N = ukuran populasi
e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan penggambilan sample yang masih dapat ditolerir atau diinginkan, misalnya 2% pemakaian rumus diatas mempunyai asumsi bahwa populasi
(45)
Dan teknik yang dipakai (Ibid: 167), yaitu simple random sampling
anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Penulis mengambil sampel sebanyak 97 mahasiswa muslim dari kurang lebih 3376 mahasiswa muslim Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU.
3.5 Jenis dan Metode Pengumpulan Data 3.5.1 Jenis Data
1. Data Primer merupakan data yang dikumpulkan dan diolah langsung sendiri oleh suatu organisasi atau perorangan langsung dari objeknya (Muhamad, 2008: 101), yaitu melalui kuesioner yang diberikan kepada mahasiswa muslim Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU.
2. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain, biasanya sudah dalam bentuk publikasi (Ibid: 102), yaitu data dari Data mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis, serta bahan bacaan lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.
3.5.2 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan sebagai berikut :
1. Studi kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan data dan informasi melalui literatur yang berhubungan dengan
(46)
permasalahan yang diteliti, yang dapat diperoleh dari buku-buku, jurnal, internet dan lain-lain.
2. Observasi, meliputi melakukan pencatatan terhadap data yang diperlukan.
3. Kuesioner, peneliti membuat daftar pertanyaan kepada mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU dimana pertanyaan yang dibuat relevan dengan penelitian yang dilakukan ditujukan.
3.6 Teknik Analisis Data 3.6.1 Alat Analisis Data
Alat analisis data yang digunakan dalam menganalisis data penelitian yaitu:
1. Dengan menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) 21.
2. Skala Likert. Menurut Kinnear (dalam Muhamad 2008: 154) skala likert ini berhubungan dengan pernyataan tentang sikap seseorang terhadap sesuatu. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan, pernyataan sikap seperti berikut:
- Sangat Setuju (SS), dengan skor 5
- Setuju (S), dengan skor 4
- Ragu-ragu (R), dengan skor 3
(47)
3.6.2 Metode Analisis Data
Untuk mendeskripsikan bagaimana persepsi mahasiswa fakultas Ekonomi dan Bisnis terhadap penerapan Sistem Ekonomi Syariah di Indonesia penulis menggunakan statistik deskriptif, yaitu metode statistik yang berusaha menjelaskan atau menggambarkan berbagai karakteristik data seperti berapa rata-ratanya, seberapa jauh data-data bervariasi, dan lain sebagainya (Muhamad 2008: 200).
Sementara untuk menguji skala pengukuran yang digunakan, peneliti menggunakan uji validitas dan uji realibilitas. Suatu skala pengukuran dikatakan valid apabila skala tersebut digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sarwono, 2006: 99). Realibilitas menunjuk pada adanya konsistensi dan stabilitas hasil pengukuran tertentu (Ibid: 100).
a. Uji validitas, yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan program SPSS 21, dengan membandingkan nilai r
hasil Corrected Item Total Correlation dengan r tabel (situmorang,
2008: 43). Skala pengukuran dinyatakan valid apabila � hitung > � tabel.
b. uji realibilitas menggunakan program SPSS 21, namun uji ini membandingkan koefisien cronbach’s alpha dengan r tabel. Hasil
perhitungan menunjukan reliable bila koefisien Cronbach’s Alpha
(48)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Sumatera Utara
Provinsi Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, terletak pada garis 1 o - 4 o Lintang Utara dan 98 o - 100 o Bujur Timur. Sebelah Utara berbatasan dengan provinsi Aceh, sebelah Timur dengan negara Malaysia di selat Malaka, sebelah Selatan berbatasandengan provinsi Riau dan Sumatera Barat, dan di sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia. Luas daratan provinsi Sumatera Utara adalah 71.680.68 km2. Berdasarkan luas daerah menurut kabupaten/kota di Sumatera Utara luas daerah terbesar adalah kabupaten Mandailing Natal dengan luas 6.620.70 km2, atau sekitar 9,23% dari total luas Sumatera Utara, diikuti Kabupaten Langkat dengan luas 6.263.29 km2 atau 8,74%, kemudian kabupaten Simalungun dengan luas 4.386.60 km2 atau sekitar 6.12% sedangkan luas daerah terkecil kota Sibolga dengan luas 10.77 km2 atau sekitar 0,02% dari total luas wilayah Sumatera Utara. (BPS Sumatera Utara)
Berdasarkan kondisi letak dan kondisi alam, Sumatera Utara dibagi dalam 3(tiga) kelompok wilayah/kawasan yaitu kawasan pantai Barat meliputi kabupaten Nias, Nias Utara, Nias Barat, Mandailing Natal, Tapanuli Selatan, Padang Lawas, Padang Lawas Utara, Tapanuli Tengah, Nias Selatan, Kota Padang Sidempuan, Kota Sibolga, Dan Gunung Sitoli. Kawasan dataran tinggi meliputi kabupaten Dairi, Karo, Humbang Hasundutan, Pakpak,
(49)
Samosir, dan Kota Pemantang Siantar. Kawasan Pantai Timur meliputi kabupaten Labuhan Batu, Labuhan Batu Utara, Labuhan Batu Selatan, Asahan, Batu Bara, Deli Serdang, Langkat, Serdang Bedagai, kota Tanjung Balai, kota Tebing Tinggi, kota Medan dan kota Binjai. (Ibid)
4.2 Karateristik Responden 4.2.1 Stambuk Mahasiswa
Dari hasil penyebaran kuesioner, didapatkan bahwa sebagian besar yang menjadi responden adalah stambuk 2012 sebanyak 44 responden atau 45.36 persen, stambuk 2011 sebanyak 28 responden atau 28.86 persen, stambuk 2013 sebanyak 19 responden atau 19.58 persen dan stambuk 2014 sebanyak 6 responden atau 6.18 persen.
Tabel 4.1
Jumlah Responden Berdasarkan Stambuk
Stambuk Jumlah Persen
2011 28 28.86%
2012 44 45.36%
2013 19 19.58%
2014 6 6.18%
Jumlah 97 99.98%
Sumber: Data primer yang diolah
4.2.2 Jenis Kelamin
Dari 97 responden yang diteliti didapatkan bahwa sebagian besar yang menjadi responden adalah perempuan yakni sebesar 60 responden atau 61.8 persen, sedangkan responden laki-laki sebesar 37 responden atau 38.14 persen. Sedikitnya laki-laki menjadi responden karena pada
(50)
dasarnya kurang minat menjadi responden dalam penelitian ini. Adapun penyebaran karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada gambar 4.1.
Gambar 4.1 Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin (Data Primer)
4.2.3 Usia
Berdasarkan kategori usia, persentase tertinggi dari 97 total responden ada pada responden berusia 20-22 tahun, yakni 79.38 persen atau sebanyak 77 responden. Pada rentang usia ini sesorang sudah dapat dikatakan memiliki pemikiran yang lebih luas. Dibandingkan pada usia 17-19 tahun, yakni 20.61 persen atau 20 responden.
(51)
4.2.4 Program Studi
Berdasarkan program studi persentasi tertinggi dari S1 Ekonomi pembangunan sebanyak 40.20 persen atau 39 responden, S1 Manajemen sebanyak 29.89 persen atau 29 responden, S1 Akuntansi sebanyak 17.52 persen, D3 Akuntansi sebanyak 3.09 persen atau 3 responden, D3 Keuangan sebanyak 8.24 persen atau 8 responden, dan D3 Sekretaris 1.03% atau 1 responden.
Gambar 4.3 Jumlah Responden Berdasarkan Program Studi (Data Primer)
4.2.5 Asal Daerah Responden
Berdasarkan penyebaran kuesioner didapatkan bahwa mahasiswa yang menjadi responden berasal dari berbagai daerah di Sumatera Utara maupun diluar Sumatera Utara. Dapat dilihat dari tabel 4.2 berikut:
(52)
Tabel 4.2
Jumlah Responden Berdasarkan Asal Daerah
Asal Daerah Jumlah
Medan 47 responden
Padang Sidempuan 7 responden
Kisaran 4 responden
Tebing Tinggi 4 responden
Pemantang Siantar 4 responden
Aceh 4 responden
Sibolga 3 responden
Binjai 3 responden
Sidikalang 3 responden
Rantau Prapat 2 responden
Labuhan batu utara 2 responden
Labuhan batu selatan 2 responden
Mandailing natal 2 responden
Simalungun 2 responden
Porsea 2 responden
Riau 1 responden
Nias 1 responden
Padang 1 responden
Jakarta 1 responden
Pontianak 1 responden
Gunung sitoli 1 responden
Total 97 responden
4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas
Suatu instrumen yang baik harus memiliki Validitas serta Reliabilitas yang tinggi. Suatu kuesioner dikatakan valid apabila instrumen penelitian tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Sedangkan suatu instrumen dikatakan reliabel apabila instrumen penelitian tersebut bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.
(53)
Berikut ini merupakan tabel output hasil Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
menggunakan SPSS 21:
Tabel 4.3
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
No. Variabel r-hitung Cronbach’s
Alpha
1.
Ilmu ekonomi adalah ilmu bagaimana cara manusia memenuhi kebutuhan yang relatif tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang terbatas. (Fauzia dan Abdul,2014: 2)
0.250 0.820
2.
Dalam pandangan Islam sumberdaya alam (karunia) itu tidak terbatas banyaknya. (QS 14:34)
0.298 0.818
3.
Sistem Ekonomi Syariah sudah ada sejak zaman nabi Muhammad SAW. Sampai sekarang. (P3EI,2012: 97)
0.468 0.807
4.
Islam bukan hanya mengatur hubungan Tuhan dengan manusia namun juga mengatur hubungan sesama manusia (muamalat). (P3EI,2012: 16)
0.400 0.811
5.
Ekonomi Syariah bermuara kepada akidah Islam yang berlandaskan dari Al-qur’an, Hadits, Ijma’ dan Qiyas. (Fauzia dan Abdul,2014: 16)
0.547 0.801
6.
Sistem Ekonomi Syariah lebih mengutamakan kemaslahatan (kesejahteraan) orang banyak dibanding individu. (P3EI,2012: 7)
0.627 0.796
7.
Sistem Ekonomi Syariah layak diterapkan di Indonesia karena penduduk Indonesia mayoritas beragama Islam. (P3EI,2012: 17)
0.388 0.813
8.
Saya memahami banyak bahwa zakat berperan penting dalam pendistribusian pendapatan dalam Ekonomi Syariah. (Fauzia dan Abdul,2014: 143)
(54)
9. Sistem Ekonomi Syariah melarang bunga/riba.
(Rahman,1995: 85) 0.549 0.803
10. Ekonomi Syariah tidak termasuk usaha yang
haram dan besar mudharatnya. (P3EI,2012: 72) 0.600 0.799
11.
Ekonomi Syariah melarang mengambil keuntungan yang berlebihan lebih dari 100%. (QS. Al-Baqarah: 188)
0.478 0.806
12.
Bank konvensional mengutamakan prinsip yang bersifat perhitungan aman dan untung, sementara Bank Syariah mengutamakan kesederajatan dan keadilan diantara Bank serta loyalitas nasabah. (Sutedi,2009: 56)
0.553 0.801
13. Saya ingin memiliki tabungan di Bank Syariah 0.232 0.824
14.
Mata kuliah yang berhubungan dengan ekonomi syariah akan membuat saya lebih memahami apa itu Ekonomi Syariah dan penerapannya pada kehidupan sehari-hari
0.414 0.810
15.
Saya memahami bahwa Sistem Ekonomi Syariah di Indonesia sudah mengikuti aturan yang telah di tentukan menurut Al-qur’an, Hadits, Ijma’, Qiyas, dan Fatwa MUI
0.412 0.813
Sumber: Data Primer (data diolah)
Nilai r-tabel untuk N = 97; df = 95; signifikansi = 5% adalah 0,199. Dari Tabel
4.3 dapat dilihat bahwa tiap-tiap pernyataan memiliki r-hitung>r-tabel, yang
menandakan bahwa masing-masing pernyataan dapat dinyatakan valid, dan tiap-tiap pernyataan memiliki cronbach’s alpha > r-tabel. Nilai Cronbach’s Alpha >
0.60 yang menandakan bahwa masing-masing pernyataan dapat dinyatakan reliabel.
(55)
4.4 Persepsi Mahasiswa Muslim Fakultas Ekonomi dan Bisnis Terhadap Sistem Ekonomi Syariah
4.4.1 Persepsi Variabel Definisi Ekonomi
Untuk memudahkan dalam menganalisis data tentang persepsi mengenai variabel definisi maka penulis menginterpretasikannya dalam satu aspek yang seperti yang terdapat dalam tabel 4.4.
Tabel 4.4
Gambaran Persepsi Variabel Definisi
Pernyataan SS % S % R % TS % STS % Total % a Ilmu ekonomi adalah ilmu bagaimana cara manusia memenuhi kebutuhan yang relatif tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang terbatas. (Fauzia dan Abdul,2014: 2)
43.29 54.64 1.03 1.03 99.99
Sumber: data primer di olah
a. Instrumen penelitian menggunakan skala likert dengan metode deskriptif berdasarkan data gambaran variabel definisi, maka analisisnya adalah :
- Jumlah skor untuk 42 orang menjawab SS = 42 x 5 = 210 - Jumlah skor untuk 53 orang menjawab S = 53 x 4 = 212 - Jumlah skor untuk 1 orang menjawab R = 1 x 3 = 3 - Jumlah skor untuk 1 orang menjawab TS = 1 x 2 = 2 - Jumlah skor untuk 0 orang menjawab STP = 0 x 1 = 0
(56)
Jumlah skor ideal (kriterium) untuk seluruh item = 5 x 100 = 500 (SS). Jumlah skor terendah = 1 x 100 = 100 (STS).
Jadi berdasarkan data tersebut maka persepsi responden mengenai definisi ekonomi berdasarkan analisis variabel definisi ialah : (427 : 500) x 100% = 85%
Berdasarkan data yang diperoleh dari 97 responden maka data 427 terletak pada daerah Sangat Setuju (SS).
4.4.2 Persepsi Variabel Informasi Ekonomi Syariah
Untuk memudahkan dalam menganalisis data tentang persepsi mengenai variabel informasi maka penulis menginterpretasikannya dalam satu aspek seperti yang terdapat dalam tabel 4.5.
Tabel 4.5
Gambaran Persepsi Variabel Informasi
Pernyataan SS %
S %
R %
TS %
STS %
Total %
a
Dalam pandangan Islam sumberdaya alam (karunia) itu tidak terbatas banyaknya (QS. 14:34)
(57)
b
Sistem Ekonomi Syariah sudah ada sejak zaman nabi Muhammad SAW. Sampai sekarang (P3EI,2012: 97)
42.26 51.54 6.18 99.98
Sumber: data primer di olah
a. Instrumen penelitian menggunakan skala likert dengan metode deskriptif berdasarkan data gambaran persepsi variabel informasi, maka analisisnya adalah :
- Jumlah skor untuk 55 orang menjawab SS = 55 x 5 = 275 - Jumlah skor untuk 39 orang menjawab S = 39 x 4 = 156 - Jumlah skor untuk 2 orang menjawab R = 2 x 3 = 6 - Jumlah skor untuk 0 orang menjawab TS = 0 x 2 = 0 - Jumlah skor untuk 1 orang menjawab STP = 1 x 1 = 1
Jumlah = 438
Jumlah skor ideal (kriterium) untuk seluruh item = 5 x 100 = 500 (SS). Jumlah skor terendah = 1 x 100 = 100 (STS).
Jadi berdasarkan data tersebut maka persepsi responden mengenai informasi Ekonomi Syariah berdasarkan analisis variabel informasi ialah : (438 : 500) x 100% = 87%
(58)
Berdasarkan data yang diperoleh dari 97 responden maka data 438 terletak pada daerah Sangat Setuju (SS).
b. Instrumen penelitian menggunakan skala likert dengan metode deskriptif berdasarkan data gambaran persepsi variabel informasi, maka analisisnya adalah :
- Jumlah skor untuk 41 orang menjawab SS = 41 x 5 = 205 - Jumlah skor untuk 50 orang menjawab S = 50 x 4 = 200 - Jumlah skor untuk 6 orang menjawab R = 6 x 3 = 18 - Jumlah skor untuk 0 orang menjawab TS = 0 x 2 = 0 - Jumlah skor untuk 0 orang menjawab STP = 0 x 1 = 0
Jumlah = 423
Jumlah skor ideal (kriterium) untuk seluruh item = 5 x 100 = 500 (SS). Jumlah skor terendah = 1 x 100 = 100 (STS).
Jadi berdasarkan data tersebut maka persepsi responden mengenai informasi Ekonomi Syariah berdasarkan analisis variabel informasi ialah : (423 : 500) x 100% = 84%
Berdasarkan data yang diperoleh dari 97 responden maka data 423 terletak pada daerah Sangat Setuju (SS)
(59)
4.4.3 Persepsi Variabel Penerapan Ekonomi Syariah
Untuk memudahkan dalam menganalisis data tentang persepsi mengenai variabel penerapan maka penulis menginterpretasikannya dalam satu aspek seperti yang terdapat dalam tabel 4.6.
Tabel 4.6
Gambaran Persepsi Variabel Penerapan
Pernyataan SS % S % R % TS % STS % Total % a
Islam bukan hanya mengatur hubungan Tuhan dengan manusia namun juga mengatur hubungan sesama manusia (muamalat) (P3EI,2012: 16)
65.98 32.98 1.03 99.99
b Sistem Ekonomi Syariah lebih mengutamakan kemaslahatan (kesejahteraan) orang banyak dibanding individu (P3EI,2012: 7)
40.20 51.54 8.24 99.98
c
Saya memahami banyak bahwa zakat berperan penting dalam pendistribusian pendapatan dalam Ekonomi Syariah (Fauzia dan Abdul,2014: 143)
34.02 54.64 11.34 100
d
Ekonomi Syariah tidak termasuk usaha yang haram dan besar mudharatnya
(P3EI,2012: 72)
40.21 54.64 11.34 100
(60)
a. Instrumen penelitian menggunakan skala likert dengan metode deskriptif berdasarkan data gambaran persepsi variabel penerapan, maka analisisnya adalah :
- Jumlah skor untuk 64 orang menjawab SS = 64 x 5 = 320 - Jumlah skor untuk 32 orang menjawab S = 32 x 4 = 128 - Jumlah skor untuk 1 orang menjawab R = 1 x 3 = 3 - Jumlah skor untuk 0 orang menjawab TS = 0 x 2 = 0 - Jumlah skor untuk 0 orang menjawab STP = 0 x 1 = 0
Jumlah = 451
Jumlah skor ideal (kriterium) untuk seluruh item = 5 x 100 = 500 (SS). Jumlah skor terendah = 1 x 100 = 100 (STS).
Jadi berdasarkan data tersebut maka persepsi responden mengenai penerapan Ekonomi Syariah berdasarkan analisis variabel penerapan ialah : (451 : 500) x 100% = 90%
Berdasarkan data yang diperoleh dari 97 responden maka data 451 terletak pada daerah Sangat Setuju (SS).
b. Instrumen penelitian menggunakan skala likert dengan metode deskriptif berdasarkan data gambaran persepsi variabel penerapan,
(61)
- Jumlah skor untuk 39 orang menjawab SS = 39 x 5 = 195 - Jumlah skor untuk 50 orang menjawab S = 50 x 4 = 200 - Jumlah skor untuk 8 orang menjawab R = 8 x 3 = 24 - Jumlah skor untuk 0 orang menjawab TS = 0 x 2 = 0 - Jumlah skor untuk 0 orang menjawab STP = 0 x 1 = 0
Jumlah = 419
Jumlah skor ideal (kriterium) untuk seluruh item = 5 x 100 = 500 (SS). Jumlah skor terendah = 1 x 100 = 100 (STS).
Jadi berdasarkan data tersebut maka persepsi responden mengenai penerapan Ekonomi Syariah berdasarkan analisis variabel penerapan ialah : (419 : 500) x 100% = 83%
Berdasarkan data yang diperoleh dari 97 responden maka data 419 terletak pada daerah Sangat Setuju (SS).
c. Instrumen penelitian menggunakan skala likert dengan metode deskriptif berdasarkan data gambaran persepsi variabel penerapan, maka analisisnya adalah :
- Jumlah skor untuk 33 orang menjawab SS = 33 x 5 = 165 - Jumlah skor untuk 53 orang menjawab S = 53 x 4 = 212 - Jumlah skor untuk 11 orang menjawab R = 11 x 3 = 33
(62)
- Jumlah skor untuk 0 orang menjawab TS = 0 x 2 = 0 - Jumlah skor untuk 0 orang menjawab STP = 0 x 1 = 0
Jumlah = 410
Jumlah skor ideal (kriterium) untuk seluruh item = 5 x 100 = 500 (SS). Jumlah skor terendah = 1 x 100 = 100 (STS).
Jadi berdasarkan data tersebut maka persepsi responden mengenai penerapan Ekonomi Syariah berdasarkan analisis variabel penerapan ialah : (410 : 500) x 100% = 82%
Berdasarkan data yang diperoleh dari 97 responden maka data 410 terletak pada daerah Sangat Setuju (SS).
d. Instrumen penelitian menggunakan skala likert dengan metode deskriptif berdasarkan data gambaran persepsi variabel penerapan, maka analisisnya adalah :
- Jumlah skor untuk 39 orang menjawab SS = 39 x 5 = 195 - Jumlah skor untuk 53 orang menjawab S = 53 x 4 = 212 - Jumlah skor untuk 5 orang menjawab R = 5 x 3 = 15 - Jumlah skor untuk 0 orang menjawab TS = 0 x 2 = 0 - Jumlah skor untuk 0 orang menjawab STP = 0 x 1 = 0
(63)
Jumlah skor ideal (kriterium) untuk seluruh item = 5 x 100 = 500 (SS). Jumlah skor terendah = 1 x 100 = 100 (STS).
Jadi berdasarkan data tersebut maka persepsi responden mengenai penerapan Ekonomi Syariah berdasarkan analisis variabel penerapan ialah : (422 : 500) x 100% = 84%
Berdasarkan data yang diperoleh dari 97 responden maka data 422 terletak pada daerah Sangat Setuju (SS).
4.4.4 Persepsi Variabel Ketentuan Ekonomi Syariah
Untuk memudahkan dalam menganalisis data tentang persepsi mengenai variabel ketentuan maka penulis menginterpretasikannya dalam satu aspek seperti yang terdapat dalam tabel 4.7.
Tabel 4.7
Gambaran Persepsi Variabel Ketentuan
Pernyataan SS %
S %
R %
TS %
STS %
Total %
a
Ekonomi Syariah bermuara kepada akidah Islam yang berlandaskan dari Al-qur’an, Hadits, Ijma’ dan Qiyas (Fauzia dan Abdul,2014: 16)
(64)
b
Sistem Ekonomi Syariah melarang bunga/riba
(Rahman,1995: 85)
72.16 25.77 2.06 99.99
c
Ekonomi Syariah melarang mengambil keuntungan yang berlebihan lebih dari 100% (QS. Al-Baqarah: 188)
55.67 36.08 8.24 99.99
d
Bank konvensional mengutamakan prinsip yang bersifat perhitungan aman dan untung, sementara Bank Syariah mengutamakan kesederajatan dan keadilan diantara Bank serta loyalitas nasabah
(Sutedi,2009: 56)
34.02 54.77 11.34 100
Sumber: data primer di olah
a. Instrumen penelitian menggunakan skala likert dengan metode deskriptif berdasarkan data gambaran persepsi variabel ketentuan, maka analisisnya adalah :
- Jumlah skor untuk 65 orang menjawab SS = 65 x 5 = 325 - Jumlah skor untuk 44 orang menjawab S = 44 x 4 = 176 - Jumlah skor untuk 8 orang menjawab R = 8 x 3 = 24 - Jumlah skor untuk 0 orang menjawab TS = 0 x 2 = 0 - Jumlah skor untuk 0 orang menjawab STP = 0 x 1 = 0
Jumlah = 525
(65)
Jadi berdasarkan data tersebut maka persepsi responden mengenai ketentuan Ekonomi Syariah berdasarkan analisis variabel ketentuan ialah : (525 : 500) x 100% = 105%
Berdasarkan data yang diperoleh dari 97 responden maka data 525 terletak pada daerah lebih dari skala 500 SangatSetuju (SS).
b. Instrumen penelitian menggunakan skala likert dengan metode deskriptif berdasarkan data gambaran persepsi variabel ketentuan, maka analisisnya adalah :
- Jumlah skor untuk 70 orang menjawab SS = 70 x 5 = 350 - Jumlah skor untuk 25 orang menjawab S = 25 x 4 = 100 - Jumlah skor untuk 2 orang menjawab R = 2 x 3 = 6 - Jumlah skor untuk 0 orang menjawab TS = 0 x 2 = 0 - Jumlah skor untuk 0 orang menjawab STP = 0 x 1 = 0
Jumlah = 456
Jumlah skor ideal (kriterium) untuk seluruh item = 5 x 100 = 500 (SS). Jumlah skor terendah = 1 x 100 = 100 (STS).
Jadi berdasarkan data tersebut maka persepsi responden mengenai ketentuan Ekonomi Syariah berdasarkan analisis variabel ketentuan ialah : (456 : 500) x 100% = 91%
(66)
Berdasarkan data yang diperoleh dari 97 responden maka data 456 terletak pada daerah Sangat Setuju (SS).
c. Instrumen penelitian menggunakan skala likert dengan metode deskriptif berdasarkan data gambaran persepsi variabel ketentuan, maka analisisnya adalah :
- Jumlah skor untuk 54 orang menjawab SS = 54 x 5 = 270 - Jumlah skor untuk 35 orang menjawab S = 35 x 4 = 140 - Jumlah skor untuk 8 orang menjawab R = 8 x 3 = 6 - Jumlah skor untuk 0 orang menjawab TS = 0 x 2 = 0 - Jumlah skor untuk 0 orang menjawab STP = 0 x 1 = 0
Jumlah = 416
Jumlah skor ideal (kriterium) untuk seluruh item = 5 x 100 = 500 (SS). Jumlah skor terendah = 1 x 100 = 100 (STS).
Jadi berdasarkan data tersebut maka persepsi responden mengenai ketentuan Ekonomi Syariah berdasarkan analisis variabel ketentuan ialah : (416 : 500) x 100% = 83%
(67)
Berdasarkan data yang diperoleh dari 97 responden maka data 416 terletak pada daerah Sangat Setuju (SS).
d. Instrumen penelitian menggunakan skala likert dengan metode deskriptif berdasarkan data gambaran persepsi variabel ketentuan, maka analisisnya adalah :
- Jumlah skor untuk 33 orang menjawab SS = 33 x 5 = 165 - Jumlah skor untuk 53 orang menjawab S = 53 x 4 = 212 - Jumlah skor untuk 11 orang menjawab R = 11 x 3 = 33 - Jumlah skor untuk 0 orang menjawab TS = 0 x 2 = 0 - Jumlah skor untuk 0 orang menjawab STP = 0 x 1 = 0
Jumlah = 410
Jumlah skor ideal (kriterium) untuk seluruh item = 5 x 100 = 500 (SS). Jumlah skor terendah = 1 x 100 = 100 (STS).
Jadi berdasarkan data tersebut maka persepsi responden mengenai ketentuan Ekonomi Syariah berdasarkan analisis variabel ketentuan ialah : (410 : 500) x 100% = 82%
Berdasarkan data yang diperoleh dari 97 responden maka data 410 terletak pada daerah Sangat Setuju (SS).
(68)
4.4.5 Persepsi Variabel Dukungan Ekonomi Syariah
Untuk memudahkan dalam menganalisis data tentang persepsi mengenai variabel dukungan maka penulis menginterpretasikannya dalam satu aspek seperti yang terdapat dalam tabel 4.8.
Tabel 4.8
Gambaran Persepsi Variabel Dukungan
Pernyataan SS % S % R % TS % STS % Total % a Sistem Ekonomi Syariah layak diterapkan di Indonesia karena penduduk Indonesia mayoritas beragama Islam (P3EI,2012: 17)
36.08 50.51 11.34 2.06 99.99
b Saya ingin memiliki tabungan di Bank Syariah
32.98 52.57 12.37 2.06 99.98
Sumber: data primer di olah
a. Instrumen penelitian menggunakan skala likert dengan metode deskriptif berdasarkan data gambaran persepsi variabel dukungan, maka analisisnya adalah :
- Jumlah skor untuk 35 orang menjawab SS = 35 x 5 = 175 - Jumlah skor untuk 49 orang menjawab S = 49 x 4 = 196 - Jumlah skor untuk 11 orang menjawab R = 11 x 3 = 33 - Jumlah skor untuk 2 orang menjawab TS = 2 x 2 = 4 - Jumlah skor untuk 0 orang menjawab STP = 0 x 1 = 0
(69)
Jumlah skor ideal (kriterium) untuk seluruh item = 5 x 100 = 500 (SS). Jumlah skor terendah = 1 x 100 = 100 (STS).
Jadi berdasarkan data tersebut maka persepsi responden mengenai dukungan Ekonomi Syariah berdasarkan analisis variabel dukungan ialah : (408 : 500) x 100% = 81%
Berdasarkan data yang diperoleh dari 97 responden maka data 408 terletak pada daerah Sangat Setuju (SS).
b. Instrumen penelitian menggunakan skala likert dengan metode deskriptif berdasarkan data gambaran persepsi variabel dukungan, maka analisisnya adalah :
- Jumlah skor untuk 32 orang menjawab SS = 32 x 5 = 160 - Jumlah skor untuk 51 orang menjawab S = 51 x 4 = 204 - Jumlah skor untuk 12 orang menjawab R = 12 x 3 = 36 - Jumlah skor untuk 2 orang menjawab TS = 2 x 2 = 4 - Jumlah skor untuk 0 orang menjawab STP = 0 x 1 = 0
Jumlah = 404
Jumlah skor ideal (kriterium) untuk seluruh item = 5 x 100 = 500 (SS). Jumlah skor terendah = 1 x 100 = 100 (STS).
(70)
Jadi berdasarkan data tersebut maka persepsi responden mengenai dukungan Ekonomi Syariah berdasarkan analisis variabel dukungan ialah : (404 : 500) x 100% = 80%
Berdasarkan data yang diperoleh dari 97 responden maka data 404 terletak pada daerah Sangat Setuju (SS).
4.4.6 Persepsi Variabel Pemahaman Ekonomi Syariah
Untuk memudahkan dalam menganalisis data tentang persepsi mengenai variabel dukungan maka penulis menginterpretasikannya dalam satu aspek seperti yang terdapat dalam tabel 4.9.
Tabel 4.9
Gambaran persepsi Variabel Pemahaman
pernyataan SS % S % R % TS % STS % Total % a
Mata kuliah yang berhubungan dengan ekonomi syariah akan membuat saya lebih memahami apa itu Ekonomi Syariah dan penerapannya pada kehidupan sehari-hari
41.24 53.60 4.12 1.03 99.99
b
Saya memahami bahwa Sistem Ekonomi Syariah di Indonesia sudah
(71)
yang telah di tentukan menurut Al-qur’an, Hadits, Ijma’, Qiyas, dan Fatwa MUI
Sumber: data primer di olah
a. Instrumen penelitian menggunakan skala likert dengan metode deskriptif berdasarkan data gambaran persepsi variabel pemahaman, maka analisisnya adalah :
- Jumlah skor untuk 40 orang menjawab SS = 40 x 5 = 200 - Jumlah skor untuk 52 orang menjawab S = 52 x 4 = 208 - Jumlah skor untuk 4 orang menjawab R = 4 x 3 = 12 - Jumlah skor untuk 1 orang menjawab TS = 1 x 2 = 2 - Jumlah skor untuk 0 orang menjawab STP = 0 x 1 = 0
Jumlah = 422
Jumlah skor ideal (kriterium) untuk seluruh item = 5 x 100 = 500 (SS). Jumlah skor terendah = 1 x 100 = 100 (STS).
Jadi berdasarkan data tersebut maka persepsi responden mengenai pemahaman Ekonomi Syariah berdasarkan analisis variabel pemahaman ialah : (422 : 500) x 100% = 84%
(1)
yang telah di tentukan menurut Al-qur’an, Hadits, Ijma’, Qiyas, dan Fatwa MUI
Sumber: data primer di olah
a. Instrumen penelitian menggunakan skala likert dengan metode deskriptif berdasarkan data gambaran persepsi variabel pemahaman, maka analisisnya adalah :
- Jumlah skor untuk 40 orang menjawab SS = 40 x 5 = 200 - Jumlah skor untuk 52 orang menjawab S = 52 x 4 = 208 - Jumlah skor untuk 4 orang menjawab R = 4 x 3 = 12 - Jumlah skor untuk 1 orang menjawab TS = 1 x 2 = 2 - Jumlah skor untuk 0 orang menjawab STP = 0 x 1 = 0
Jumlah = 422
Jumlah skor ideal (kriterium) untuk seluruh item = 5 x 100 = 500 (SS). Jumlah skor terendah = 1 x 100 = 100 (STS).
Jadi berdasarkan data tersebut maka persepsi responden mengenai pemahaman Ekonomi Syariah berdasarkan analisis variabel pemahaman ialah : (422 : 500) x 100% = 84%
(2)
62 Berdasarkan data yang diperoleh dari 97 responden maka data 422 terletak pada daerah Sangat Setuju (SS).
b. Instrumen penelitian menggunakan skala likert dengan metode deskriptif berdasarkan data gambaran persepsi variabel pemahaman, maka analisisnya adalah :
- Jumlah skor untuk 28 orang menjawab SS = 28 x 5 = 140 - Jumlah skor untuk 41 orang menjawab S = 41 x 4 = 164 - Jumlah skor untuk 25 orang menjawab R = 25 x 3 = 75 - Jumlah skor untuk 2 orang menjawab TS = 2 x 2 = 2 - Jumlah skor untuk 1 orang menjawab STP = 1 x 1 = 1
Jumlah = 382
Jumlah skor ideal (kriterium) untuk seluruh item = 5 x 100 = 500 (SS). Jumlah skor terendah = 1 x 100 = 100 (STS).
Jadi berdasarkan data tersebut maka persepsi responden mengenai pemahaman Ekonomi Syariah berdasarkan analisis variabel pemahaman ialah : (382 : 500) x 100% = 76%
Berdasarkan data yang diperoleh dari 97 responden maka data 382 terletak pada daerah Setuju (S).
(3)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian, analisis dan pembahasan diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Sebagian besar responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini dianggap dapat mewakili persepsi mahasiswa khususnya mahasiswa Muslim. yang berada di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara terhadap dukungan Sistem Ekonomi Syariah. Dan berdasarkan hasil penelitian ini dapat dinyatakan bahwa mahasiswa muslim yang berada di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara mendukung Ekonomi Syariah di Sumatera Utara dimana dukungan masyarakat akan penerapan ekonomi syariah di Indonesia maupun Sumatera Utara berada pada nilai 423.8 dari skor ideal 500 yang dinyatakan pada kategori “Sangat Setuju”.
2. Berdasarkan karakteristik responden dapat ditarik kesimpulan yaitu bahwa responden lebih banyak didominasi oleh perempuan yaitu sebesar 61.80% sedangkan laki-laki 38.14%, kebanyakan responden diperkirakan berusia antara 20-22 tahun yakni 79.38%, dan rata-rata responden berpendidikan S1. Dimana S1 Ekonomi Pembangunan 40.20%, S1 Manajemen 29.89%, S1 Akuntansi 17.52%. Dan banyak responden berasal dari daerah Medan sekitar 47 responden.
(4)
64 5.2 Saran
Melihat analisis dan kesimpulan diatas maka penulis dapat memberikan beberapa saran sebagai berikut :
1. Tingkat dukungan mahasiswa mengenai Sistem Ekonomi Syariah dipengaruhi oleh informasi atau sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah dan lembaga pendidikan serta lembaga keuangan syariah. Kepada pemerintah dan lembaga pendidikan serta lembaga yang berkaitan dengan Ekonomi Syariah terus meningkatkan kegiatan sosialisasi kepada seluruh lapisan mahasiswa atau masyarakat sehingga mahasiswa atau masyarakat mampu memahami dan mendukung Ekonomi Syariah di Sumatera utara maupun di Indonesia. Kegiatan bisa melalui kelas konsentrasi Ekonomi Islam maupun seminar nasional yang membahas Ekonomi Syariah untuk kalangan mahasiswa maupun masyarakat umum.
2. Lembaga keuangan seperti Perbankan Syariah, Asuransi Syariah, Pergadaian Syariah, dan usaha Syariah diharapkan semakin maju dan transparan dalam pelaksanaan usaha. Dan semakin menjaga kualitas layanan terhadap masyarakat agar masyarakat percaya dan semakin loyal terhadap Sistem Ekonomi Syariah di Indonesia. Dan semoga Sistem Ekonomi Syariah di Indonesia dapat mengikuti peraturan yang ada dalam Al-qur’an, Hadits maupun Fatwa MUI dalam pelaksanaannya.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zainuddin, 2008. Hukum Ekonomi Syariah, Sinar Grafika, Jakarta.
Agustianto, 2002. Percikan Pemikiran Ekonomi Islam, Forum Kajian Ekonomi dan Perbankan Islam (FKEBI) IAIN SU, Bandung.
Ardhani, Zulfan Abu, 2014. Refresh Your Heart, PT Elex Media Komputido, Jakarta.
Ariani, Dian, 2007. “ Persepsi Masyarakat Umum Terhadap Perbankan Syariah Di Medan”. Diakses
BI. 2014. BI Outlook Perbankan Syariah 20
Agustus 2014)
BPS. 2010. Penduduk Menurut Wilayah Dan Agama Yang Dianut.
BPS Provinsi Sumatera Utara, 2013. Sumatera utara dalam Angka 2013, Medan Fauzia,Ika Yunia dan Abdul, Kadir Riyadi, 2014. Prinsip Dasar Ekonomi Islam,
Kencana, Jakarta.
Hamidi, M Lutfi, 2003. Jejak-Jejak Ekonomi Syariah, Senaya Abadi Publishing, Jakarta.
Kholis, Nur, 2006. “Penegakan Syariat Islam Di Indonesia (Perspektif Ekonomi)” Al-Mawarid edisi 16. Diakses http.//scholar.google.com (12 Agustus 2014)
Lubis, Ibrahim, 1994. Ekonomi Islam Suatu Pengantar 1, Kalam Mulia, Jakarta. _______,1994. Ekonomi Islam Suatu Pengantar 2, Kalam Mulia, Jakarta.
Mannan, M Abdul, 1997. Teori dan Praktek Ekonomi Islam, PT Dana Bhakti Prima Yasa, Yogyakarta.
Morissan, 2010, Periklanan, Kencana, Jakarta
Muhamad, 2008. Metodologi Penelitian Ekonomi Islam: Pendekatan Kuantitatif,
Rajawali Pers, Jakarta.
Najati, Utsman Muhammad, 2006. Ilmu Jiwa Dalam Al-Qur’an, Pustaka Azzam, Jakarta.
(6)
xi Nuradi, Tengku erry. 2015. Tengku Erry Nuradi Dikukuhkan Jadi Ketum PW Mes
Sumut.
P3EI (Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam) UII, 2012. Ekonomi
Islam, Edisi Revisi IV, Rajawali Pers, Jakarta.
Rahman, Afzalur, 1995, Doktrin Ekonomi Islam Jilid 1, Dana Bhakti Waakaf, Yogyakarta
_______, 1995, Doktrin Ekonomi Islam Jilid 2, Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta. _______, 1995, Doktin Ekonomi Islam Jilid 3, Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta. Sarwono, Jonathan, 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Graha
Ilmu, Jakarta.
Sinulingga, Sukaria, 2011. Metode Penelitian, USU Press, Medan.
Situmorang, Syafrizal Helmi, dkk, 2008. Analisis Data Penelitian (Menggunakan Program SPSS), USU Press, Medan.
Zulaikha, Siti, 2013. “Pengaruh Globalisasi Ekonomi Terhadap Hukum Ekonomi Islam Di Indonesia”. Diakses http.//scholar.google.com (12 Agustus 2014)