MANISAN PALA TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. MANISAN PALA

Pala merupakan salah satu dari hasil pertanian yang memiliki nilai ekonomis. Daging buahnya dapat dijadikan bahan baku manisan, sirup, jelly dan selai. Bagian biji yang mengandung fuli, tempurung dan daging biji, umumnya dimanfaatkan untuk ekstraksi minyak atsiri pala. Untuk skema pemanfaatan buah pala dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini. Manisan buah pada umumnya dibedakan atas manisan buah basah dan manisan buah kering. Kedua manisan tersebut dibedakan dalam cara pembuatannya, daya awet, dan penampakannya. Daya awet manisan buah kering lebih lama dibandingkan dengan manisan buah basah. Hal ini Bentuk Produk Konsumen Buah Pala Daging Buah Biji Manisan Fruit salad Sirup Jelly Jam Chutney Daging Biji Tempurung Fuli Minyak fuli Bungkil Oleoresin Mentega fuli Tempurung Minyak pala Bungkil Oleoresin Mentega pala Industri pangan Industri pangan Industri pangan Industri pangan Industri pangan Industri pangan Industri pangan Industri pakan Industri pangan Industri kosmetik Industri kimia Industri pangan Industri pakan Industri pangan Industri kosmetik Gambar 1. Pengolahan pala terpadu Somaatmadja, 1984 4 disebabkan selain kadar air manisan buah kering lebih rendah, kandungan gulanya juga lebih tinggi. Namun dari segi penampakan, manisan buah basah lebih menarik dibandingkan dengan manisan buah kering Apriantono, 1985 Manisan pala merupakan produk olahan dari daging buah pala yang menggunakan gula pasir sebagai bahan pemanisnya. Pada dasarnya proses pembuatan manisan pala adalah untuk membuat daging buah pala menyerap gula sebanyak-banyaknya dengan cara mencampurnya dengan gula. Pada umumnya proses pembuatan manisan buah pala adalah sebagai berikut: buah dikupas dan diiris, kemudian direndam dalam larutan garam selama dua malam. Potongan buah dicuci bersih, selanjutnya direndam dalam sirup gula selama satu malam dan diikuti perebusan. Perendaman dan perebusan berakhir hingga titik kepekatan gula sesuai dengan yang diinginkan. Pada manisan kering, setelah gula dianggap cukup meresap dalam daging buah kemudian ditapis dan disiram air panas untuk menghilangkan sirup yang masih melekat. Manisan dijemur dan diangin-anginkan sambil ditaburi gula pasir sampai gula cukup melekat Rismunandar, 1988. Menurut Apriantono 1985, dengan perendaman dalam larutan gula maka buah akan mengalami dehidrasi osmosis. Proses tersebut akan berlangsung terus hingga tercapai keseimbangan gula dan air dalam bahan pangan. Proses inilah yang menyebabkan buah-buahan dapat menjadi manisan. Warna daging buah setelah dikupas umumnya cepat menjadi coklat. Hal ini disebabkan oleh reaksi browning baik yang enzimatis maupun yang nonenzimatis. Untuk mencegahnya, setelah dikupas daging buah direndam dalam air garam Harry, 1998. Air garam menghambat aktivitas mikroorganisme dengan membuat perbedaan tekanan osmosis. Garam masuk ke dalam daging buah karena selama perendaman terjadi difusi air dari buah pala ke larutan garam dan difusi partikel garam NaCl dari larutan ke dalam buah Desrosier, 1988. Tujuan lain perendaman dalam larutan garam adalah untuk melemaskan daging buah pala agar lebih mudah dibentuk menjadi bunga atau yang lainnya. 5 Konsentrasi larutan garam yang digunakan tergantung dari jumlah buah pala yang direndam. Secara umum konsentrasi be rkisar antara 5-25 Lioe, 1991.

B. PRODUKSI BERSIH