Kemungkinan Penerapan Produksi Bersih pada Industri Manisan

30 larutan garam dan dalam bahan pengawet Natrium Bisulfit dilakukan dalam dua tahap yang berbeda.

2. Kemungkinan Penerapan Produksi Bersih pada Industri Manisan

Pala Perusahaan Manisan SEGER Secara keseluruhan perusahaan manisan SEGER sudah dapat melaksanakan proses produksi dengan baik tanpa terlalu membebani lingkungan sekitarnya. Tahapan-tahapan proses yang terkontrol dan saluran pembuangan serta penanganan limbah yang ada mengurangi resiko lingkungan yang diakibatkan oleh perusahaan. Tetapi ada beberapa langkah yang kiranya masih dapat diterapkan di perusahaan manisan SEGER. Langkah-langkah produksi bersih tersebut adalah sebagai berikut: a. Cholifah 1992 dan Lioe 1991 memberikan kisaran penggunaan konsentrasi larutan garam yang diperoleh dari berbagai industri manisan yang mereka amati berkisar antara 5- 25. Konsentrasi larutan garam yang berbeda-beda akan memberikan ciri khas rasa dari masing-masing pengrajin manisan pala. Perusahaan manisan SEGER menggunakan konsentrasi larutan garam 13,3. Kalau perusahaan SEGER menggunakan konsentrasi garam yang lebih sedikit maka dapat diperoleh keuntungan finansial bagi perusahaan. Garam yang terbuang ke lingkungan dalam bentuk air garam juga akan berkurang. Langkah ini akan secara langsung menurunkan nilai pencemaran yang diakibatkan oleh konsentrasi garam dalam limbah cair. Analisa yang dilakukan di laboratorium Teknologi dan Manajemen Lingkungan TML IPB terhadap nilai total padatan terlarut TDS air garam dengan konsentrasi 5 dan 13,3 menunjukkan perbedaan yang nyata. Air garam dengan konsentrasi 5 memiliki nilai TDS sebesar 47.384 mgl. Air garam dengan konsentrasi sebesar 13,3 memiliki nilai TDS sebesar 127.685 mgl. Hal ini menunjukkan keuntungan dari segi lingkungan dalam hal penurunan konsentrasi air garam yang digunakan untuk proses perendama n pala. 31 b. Perusahaan manisan SEGER menghasilkan limbah cair yang cukup besar setiap harinya. Jumlah limbah dan tahapan proses penghasilnya dapat dilihat pada Tabel 11 berikut. Limbah cair dihasilkan dari tahap pencucian atau pembilasan dan perendaman. Juga dari kegiatan pencucian alat serta ruangan produksi. Jumlah total limbah cair yang dihasilkan industri manisan SEGER adalah 233,01 lhari. Tabel 11. Tahapan proses produksi yang berpotensi menghasilkan pencemar dan jenis serta jumlahnya pada proses pembuatan manisan pala kering aster. Proses Jenis Jumlah liter Perendaman Cair 45,53 Pembilasan Cair 187,48 Hasil dari analisa terhadap air limbah yang dihasilkan oleh industri manisan pala menunjukkan nilai BOD sebesar 789 mgl. Nilai COD yang relatif besar yaitu sebesar 3841 mgl menjadi beban bagi lingkungan sekitar. Total padatan tersuspensi TSS memiliki nilai sebesar 1113 mgl. pH dari limbah cair yang dikeluarkan adalah 2,47. Perusahaan dapat melakukan recycle air limbah yang dihasilkan untuk mengurangi pembebanan lingkungan sekaligus menghemat pemakaian sumber daya air. Langkah ini tidak harus membutuhkan biaya yang besar tetapi dapat memberikan hasil yang nyata. Salah satu cara daur ulang air adalah dengan membuat instalasi daur ulang air limbah. Instalasi ini terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pengendapan dan kedua adalah tahap penyaringan. Tahap pengendapan dapat dilakukan dengan membuat bak pengendapan dengan volume minimal 233,01 l. Bak dapat dibuat dengan ukuran 1 x 1 x 0,25 m, sehingga mampu menampung limbah cair dengan volume 250 l. Pada tahap pengendapan ini ditambahkan tawas, batu kapur 32 dan kaporit. Dengan kapasitas bak pengendapan yang sebesar 250 l, maka limbah cair industri yang dihasilkan setiap harinya dapat ditampung. Bak penyaringan dibuat dengan ukuran yang sama. Di dalam bak penyaringan dibuat lapisan-lapisan penyaring dari bahan-bahan tertentu yang dapat mengurangi pengotor dan bahan ikutan yang tidak diinginkan dalam air limbah. Bahan yang digunakan sebagai media penyaring adalah pasir, kerikil, ijuk, dan arang. Menurut Untung 1995, pasir kerikil dan ijuk berfungsi untuk mengurangi baha n-bahan padat yang ada di air. Sedangkan arang berfungsi sebagai penyerap mikroorganisme dan bahan-bahan kimia yang terkandung di air kotor. Air yang akan masuk ke dalam bak pengendapan dan bak penyaringan sebaiknya disaring terlebih dahulu dengan menggunakan kawat kasa. Hal ini untuk mengurangi kemungkinan penyumbatan pada saluran keluar bak. Bak penyaringan diisi media penyaring dengan urutan sebagai berikut: di dasar bak diletakkan tumpukan kerikil setebal 10 cm. Selanjutnya di atasnya ditaburkan pasir setebal 20 cm. Untuk menyerap bahan pencemar dalam air, disebarkan arang setebal 5 cm. Lapisan di atasnya adalah ijuk dengan tebal 10 cm. setelah itu, di atasnya di letakkan pasir setebal 15 cm. sebagai lapisan paling atas di hamparkan lagi ijuk setebal 10 cm Untung, 1995. Perhitungan jumlah bahan pembantu dapat dilihat pada Lampiran 2. Proses pengendapan dan penyaringan dapat menghasilkan limbah cair sebesar 233 l. Sisa 10 g merupakan kotoran yang tersangkut di penyaring. Air ini siap digunakan kembali ke dalam proses produksi baik itu pencucian maupun perendaman. Instalasi daur ulang air limbah dapat dilihat pada Gambar 5. Dari gambar dapat dilihat bahwa bak dibuat bersusun untuk memudahkan aliran air dari bak pengendapan menuju bak penyaringan. Setelah mengalami pengendapan, sumbat dibuka dan air dialirkan ke bak penyaringan. Air bersih yang dihasilkan dari bak penyaringan dapat digunakan dengan cara menampungnya misalnya ke dalam ember atau wadah lainnya. 33 Dari uji yang dilakukan di laboratorium untuk me ngetahui efektivitas kedua tahap daur ulang air diperoleh data parameter limbah yang menunjukkan penurunan. Nilai BOD setelah perlakuan di laboratorium 421 mgl dengan nilai COD menurun menjadi 1473 mgl. Total Padatan Tersuspensi TSS menjadi 842 mgl. Nilai pH tidak menunjukkan perubahan yang berarti, yaitu 2,86. Keterangan: : pasir : kerikil : ijuk : arang : kasa

E. Analisis Finansial