II.Materi pembelajaran yang akan diajarkan dilaksanakan dalam 3 siklus dan masing-masing siklus terdiri atas satu pertemuan
2.1.4. Pendekatan Pembelajaran
2.1.4.1.Pengertian Pendekatan Pembelajaran Menurut Sanjaya, dalam Hamruni 2012: 6, pendekatan diartikan sebagai
titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Hal ini dikuatkan oleh pendapat Gulo dalam Suprihatiningrum 2013: 146, bahwa
pendekatan adalah titik tolak atau sudut pandang kita dalam memandang seluruh masalah yang ada dalam program belajar mengajar. Sudut pandang tertentu
tersebut menggambarkan cara berpikir dan sikap seorang guru dalam menyelesaikan persoalan yang ia hadapi.
Killen dalam Hamruni 2012: 6 mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran tan yang berpusat pada guru teacher-centred approaches dan
pendekatan yang berpusat pada siswa student centred approaches. Simpulan berdasarkan pendapat ahli di atas bahwa pendekatan
pembelajaran adalah sudut pandang, cara berpikir dan bersikap seorang guru terhadap proses pembelajaran, penyusunan dan penyajian materi untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang diharapkan. 2.1.4.2.Pendekatan Scientific
Purnomo 2013: 14 mengungkapkan bahwa pendekatan Scientific merupakan pendekatan pembelajaran berbasis keilmuan yang menekankan pada
dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran. Pendekatan scientific
mengembangkan peserta didik yang kreatif, produktif, afektif dan inovatif melalui pengetahuan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terintegrasi.
National Science Teacher Association NSTA mendefinisikan pendekatan ini sebagai belajarmengajar sains dan teknologi dalam konteks pengalaman
manusia. Pendekatan scientific pada hakekatnya merupakan upaya pemahaman, penyadaran, dan pengembangan nilai positif tentang fenomena alam dan sosial
yang meliputi produk dan proses Kemendikbud 2013. Pendekatan ini menekankan kepada proses pencarian pengetahuan
daripada transfer pengetahuan. Siswa dipandang sebagai subjek belajar yang perlu dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, sedangkan guru hanyalah
fasilitator yang membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan belajar siswa. Dengan demikian, siswa diarahkan untuk menemukan sendiri berbagai konsep
dan nilai-nilai baru yang diperlukan untuk kehidupannya winataputra 2013: 56. Penjelasan Sudarwan dalam Kemendikbud 2013 tentang pendekatan
scientific bahwa pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran.
Dengan demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai- nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah. Proses pembelajaran disebut ilmiah jika
memenuhi kriteria seperti berikut ini. 1. Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang
dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira- kira,
khayalan, legenda,
atau dongeng
semata.
2. Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau
penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis. 3. Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analistis,
dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.
4. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari substansi atau
materi pembelajaran. 5. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan,
dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran.
6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung jawabkan.
7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.
Pendekatan Scientific di sekolah dasar bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Kemendikbud 2013 mengungkapkan
bahwa dalamproses
pembelajaran dengan
menggunakan Pendekatan
Scientificdimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah,
bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan
tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber observasi, bukan diberi tahu.
Peneliti menyimpulkan Pendekatan Scientific merupakan pendekatan secara ilmiah yang menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung
untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami lingkungannya. Pendekatan ini diarahkan untuk mencari tahu dan
berbuat sehingga dapat membantu siswa memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang lingkungan alam sekitar.
2.1.4.3.Langkah-langkah Pendekatan Scientific Kemendikbud 2013 menyebutkan langkah-langkah pokok dalam
pembelajaran dengan pendekatan Scientific sebagai berikut: a. Mengamati
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran meaning full learning. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan
rasa ingin tahu peserta didik. Dengan metode observasi peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi
pembelajaran yang digunakan oleh guru. b. Menanya
Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya.Pada saat
guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik.Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu
pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang
baik.Guru harus mampu menginspirasi peserta didik untuk mau dan mampu menanya.
c. Menalar Istilah
“menalar” digunakan untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya dalam banyak hal dan situasi
peserta didik harus lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk
memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penalaran
nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat. Menalar merupakan proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk
memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Menalar associating merujuk pada teori belajar asosiasi, yaitu kemampuan mengelompokkan beragam ide dan
mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori dalam otak dan pengalaman-pengalaman yang tersimpan di
memori otak berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya asosiasi. d. Mencoba
Mencoba merupakan keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar dengan menggunakan metode ilmiah dan sikap
ilmiah dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari. Untuk memperoleh hasil belajar yang otentik, peserta didik harus melakukan percobaan,
terutama untuk materisubstansi yang sesuai dan aplikasi dari kegiatan mencobapun dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar
sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar,
yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini yaitu: menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar
menurut tuntutan kurikulum, mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan, mempelajari dasar teoritis yang relevan dan
hasil-hasil eksperimen sebelumnya, melakukan dan mengamati percobaan, mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data, menarik
simpulan atas hasil percobaan, dan membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan
e. Mengkomunikasikan Kegiatan ini dilakukan dengan membentuk jejaring. Membentuk jejaring
terdiri dari
tiga langkah
yaitu: menyimpulkan,
menyajikan dan
mengkomunikasikan. Menyimpulkan dapat dilakukan bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok, atau bisa juga dengan dikerjakan sendiri setelah
mendengarkan hasil kegiatan mengolah informasi. Menyajikan dapat disajikan dalam bentuk laporan tertulis. Laporan tertulis dapat dijadikan sebagai salah satu
bahan untuk portofolio kelompok dan atau individu dan walaupun tugas dikerjakan secara berkelompok, sebaiknya hasil pencatatan dilakukan oleh setiap
individu agar dapat dimasukan ke dalam file portofolio peserta didik. Pada kegiatan akhir diharapkan peserta didik dapat mengkomunikasikan hasil pekerjaan
yang telah disusun secara bersama-sama dalam kelompok danatau secara individu. Guru dapat memberikan klarifikasi agar peserta didik mengetahui
dengan tepat apakah yang telah dikerjakan sudah benar atau ada yang harus diperbaiki. Kegiatan mengkomunikasikan dapat diarahkan sebagai kegiatan
konfirmasi.
2.1.5. Model Think Pair Share