Jalur Expectation Channel Var Shock INT, RR, INDEX, dan SBI Jalur Exchange Rate Channel 1 Var Shock ER, INT, RR, MS, dan BASE

3. Jalur Balance Sheet Channel Var Shock INT, RR, MS, INV, SBI dan BASE

Jalur Neraca atau yang juga dikenal dengan balance sheet channel yang menganggap variabel utama yang digoncang adalah tingkat sukubunga, cadangan wajib minimum, penawaran uang, investasi, tingkat sukubunga sertifikat bank Indonesia dan Uang primer ini pada masa transisi lebih menunjukkan peningkatan yang lebih baik dibandingkan dengan jalur sukubunga dan jalur kredit. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan dari konsumsi 402.02 persen yang diakibatkan oleh adanya peningkatan dalam hal pendapatan disposabel 262.51 persen, pengeluaran pemerintah tumbuh sebesar 83.33 persen, ekspor meningkat sebesar 184.29 persen, impor tumbuh 66.53 persen, uang khartal 173.47 persen dan uang giral sebesar 135.59 persen, tabungan dan deposito 39.15 persen serta investasi baik swasta maupun pemerintah sebesar 50 persen. Peningkatan-peningkatan tersebut yang cukup besar ada pada variabel konsumsi dan PDBI naik sebesar 238.00 persen atau lebih dari dua kali lipat. Hal ini didukung oleh peningkatan pendapatan disposabel yang naik cukup besar sehingga hal tersebut memungkinkan meningkatkan konsumsi masyarakat yang pada akhirnya akan memberi dampak positif terhadap peningkatan PDBI.

4. Jalur Expectation Channel Var Shock INT, RR, INDEX, dan SBI

Jalur ekspektasi menunjukkan hasil berbeda dengan jalur mekanisme lainnya, hal ini ditunjukkan dari variabel PDBI yang masih rata-rata turun sebesar -53.61 persen. Selain pengaruh dari turunnya pertumbuhan neraca perdagangan -160.26 persen dan neraca pembayaran -32.64 persen yang cukup signifikan terhadap pertumbuhan perekonomian, hal lain yang mempengaruhi pertumbuhan produk domestik bruto adalah turunnya pendapatan disposabel -56.96 persen yang diasumsikan variabel tersebut mempengaruhi turunnya konsumsi sebesar –80.65 persen. Pertumbuhan ekspor turun - 246.99 persen diprediksi karena mata uang terapresiasi -159.80 persen dan hal tersebut cenderung langsung mengakibatkan turunnya neraca perdagangan -160.26 persen. Peningkatan tingkat sukubunga pun secara tidak langsung akan meningkatkan sukubunga kredit, disamping hal tersebut dipengaruhi pula oleh naiknya tingkat sukubunga sertifikat Bank Indonesia sebesar 50 persen lebih tinggi yang menjadi dasar bagi sektor perbankan dalam menentukan sukubunga kredit dengan tingginya tingkat sukubunga kredit maka hal tersebut akan mengurangi sektor riil untuk menggunakan dana pihak perbankan dalam bentuk kredit untuk ekspansi usahanya sebesar -62.74 persen

5. Jalur Exchange Rate Channel 1 Var Shock ER, INT, RR, MS, dan BASE

Jalur ini menunjukkan hasil yang lebih baik dengan adanya peningkatan rata-rata yang positif pada variabel PDBI sebesar 5.66 persen disinyalir karena adanya pertumbuhan pada faktor balance of trade neraca perdagangan sebesar 128.53 persen dengan adanya depresiasi mata uang rupiah 50 persen maka hal tersebut berpengaruh terhadap peningkatan ekspor sehingga net ekspor meningkat dan akhirnya akan berdampak positif pada neraca perdagangan. Disamping itu komponen neraca perdagangan ekspor dan impor pun mengalami peningkatan sebesar 18.63 persen dan -32.77 persen, sedangkan variabel lain yang mengalami peningkatan adalah variabel konsumsi 14.48 persen karena adanya peningkatan pada variabel pendapatan disposabel 5.94 persen, pendapatan pemerintah 2.81 persen dan pajak 4.1 persen dan peningkatan pengeluaran pemerintah 2.81 persen. Permintaan uang dalam hal ini pun mengalami peningkatan yang tidak terlalu besar sebesar 2.16 persen lebih besar jika dibandingkan dengan pertumbuhan kinerja perekonomian tersebut pada mekanisme jalur ekspektasi pada periode yang sama.

6. Jalur Exchange Rate Channel 2 Var Shock ER, RR, MS, dan BASE