Tabel 8. Data pengeluaran per bulan responden Pengeluaranbulan Rp
Jumlah orang Persentase
100.000 11
11 100.000 – 250.000
15 15
250.000 – 500.000 20
20 500.000 – 1.000.000
34 34
1.000.000 20
20 Total 100
100
4.3.2. Pemahaman dan Kepedulian Konsumen
Dari hasil survei diketahui bahwa jumlah responden yang mengetahui mengenai label halal pada produk kosmetik adalah 56.
Sebanyak 24 responden menyatakan bahwa mereka mengetahui mengenai komposisi bahan baku kosmetik yang menyebabkan kosmetik
tersebut tidak halal. 77 responden menyatakan tidak tahu bahwa produk Wardah memiliki label halal. Secara umum dapat dikatakan bahwa
pemahaman dan kepedulian konsumen terhadap produk kosmetik berlabel halal masih rendah. Penyebab rendahnya pemahaman dan kepedulian
konsumen kosmetik terhadap kosmetik berlabel halal dapat bermacam- macam diantaranya kurangnya pembelajaran untuk konsumen dari pihak
produsen maupun LP POM MUI. Produsen dapat memberikan pengetahuan mengenai label halal pada produknya melalui iklan ataupun
brosur. Sedangkan LP POM MUI dapat memberikan pembelajaran melalui pembuatan tulisan melalui surat kabar atau sejenisnya. Kekurang pahaman
konsumen juga diakibatkan oleh penulisan komposisi bahan pembuat kosmetik yang terkadang hanya ditulis dalam bahasa asing. Secara lengkap
mengenai pemahaman dan kepedulian konsumen terhadap label halal pada kosmetik dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Data tingkat pemahaman dan kepedulian konsumen terhadap label halal pada kosmetik
Keterangan Ya
orang Persentase
Tidak Orang
Persentase
Mengetahui label halal pada produk kosmetik
56 56 44 44
Mengetahui komposisi kosmetik yang
menyebabkan tidak halal
24 24 76 76
Mengetahui bahwa produk Wardah
memiliki label halal 77 77 23
23
Responden menyatakan mengetahui Wardah mempunyai label halal setelah responden membaca kuesioner, tetapi ada beberapa yang memang
sudah mengetahui sebelumnya. Responden menyatakan bahwa mereka jarang memperhatikan label pada kemasan kosmetik.
Konsumen umumnya hanya memperhatikan kehalalan pada produk- produk pangan, padahal produk kosmetikpun perlu diperhatikan
kehalalannya. Kosmetik dapat menjadi tidak halal jika bahan-bahan pembuatannya berasal dari bahan yang tidak halal. Kosmetik dapat juga
tidak halal apabila dalam proses pembuatan, penyimpanan atau distribusinya tercampur dengan bahan yang tidak halal.
Bahan yang tidak halal untuk pembuatan kosmetik salah satunya adalah sodium heparin.
Sodium heparin merupakan salah satu bahan dalam pembuatan cream untuk nutrisi kulit, cream untuk sekitar mata,
produk-produk anti acne atau jerawat dan juga hair tonic www.halalguide.info, 2006
. Hal yang perlu diperhatikan adalah asal-usul sodium heparin itu sendiri. Sodium heparin yang telah diproduksi secara
komersial ternyata berasal dari jaringan mukosa permukaan bagian dalam usus babi.
Selain itu kosmetik seperti parfum atau cologne misalnya umumnya
mengandung alkohol. Haram atau tidaknya bahan yang tercampur alkohol tergantung pada kepekatan dan persentasi perbandingan alkohol dengan
bahan yang tercampur didalamnya. Dalam www.asysyariah.com, 2006
dijelaskan bahwa apabila kadar alkohol yang terkandung di dalamnya menjadikan parfum-parfum yang harum itu sebagai cairan yang
memabukkan, dalam arti kalau diminum oleh seorang pecandu khamr dan ternyata memberi pengaruh seperti pengaruh khamr yaitu mengakibatkan
dia mabuk, maka parfum-parfum tersebut hukumnya tidak boleh haram untuk digunakan, adapun jika kadar alkoholnya sedikit dalam arti tidak
mengubah parfum-parfum tersebut menjadi memabukkan maka hukumnya boleh.
Karena banyaknya hal yang harus diperhatikan secara rinci dalam penentuan halal atau tidaknya suatu produk kosmetik, maka lebih baik
diserahkan kepada yang berwenang dalam hal pemeriksaan kehalalan yaitu LP POM MUI.
4.3.3. Perpindahan Merek Brand Switching 4.3.3.1. Analisis Khi-kuadrat