Formulasi Batter dan Breadcrumbs terhadap Penampakan Formulasi Penambahan Kentang terhadap Tekstur, Rasa, Aroma dan Warna Perkedel Ayam Optimasi Formulasi dan Uji Organoleptiknya

¶ pencampuran ¶ pencetakan ¶ pelapisan dengan batter ¶ pelapisan dengan breader ¶ penggorengan 160 °C, 150-180 detik ¶ pembekuan -37 °C, 30 menit ¶ pengemasan ¶ penyimpanan beku ¶ Gambar 2. Diagram alir pembuatan perkedel ayam skala laboratorium

1. Formulasi Batter dan Breadcrumbs terhadap Penampakan

Produk Perkedel Ayam Berkalsium Batter dan breadcrumbs akan melapisi adonan produk sebelum digoreng. Batter yang digunakan terbuat dari tepung terigu, maizena, dan air. Batter dibuat beberapa jenis berdasarkan kadar airnya, mulai dari 50, 60, 70, dan 80. Terdapat dua jenis breadcrumbs pada formulasi, yaitu breadcrumbs kasar dan halus. Masing-masing formula dinilai secara subyektif berdasarkan kesempurnaan batter dan breadcrumbs dalam melapisi produk dan tekstur produk setelah digoreng. Kombinasi formula batter dan breadcrumbs dapat dilihat pada Tabel 6. Perkedel ayam Raw material Tabel 6. Formulasi batter dan breadcrumbs terhadap penampakan produk

2. Formulasi Penambahan Kentang terhadap Tekstur, Rasa, Aroma dan Warna Perkedel Ayam

Pada tahap ini dilakukan penambahan kentang dengan presentasi 10, 20, 30, dan 40. Kentang yang ditambahkan merupakan kentang hasil pengolahan awal, berupa kentang goreng. Bahan pengisi pati kentang ditetapkan sebesar 10 dari raw material . Perbandingan CCM daging dan emulsi minyak ditetapkan sebesar 1:1 untuk semua formulasi agar pengaruh dari kentang dapat terlihat dengan baik. Seasoning yang ditambahkan adalah hasil threshold pada uji pendahuluan dan phosphat yang ditambahkan sebesar 0,3 Owens, 2001. Formulasi penambahan kentang goreng dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Formulasi penambahan kentang goreng Jenis breadcrumbs Kadar air batter Kode Kasar 50 B11 60 B21 70 B31 80 B41 Halus 50 B12 60 B22 70 B32 80 B42 K goreng CCM E. minyak Pati kntg Kode 10 40 40 10 K1 20 35 35 10 K2 30 30 30 10 K3 40 25 25 10 K4 Produk tiap-tiap formula dinilai secara subyektif bersama panel ahli berdasarkan tekstur, warna, aroma dan rasa. Hasil uji organoleptik formula-formula tersebut diolah dengan uji ANOVA. Formula terpilih digunakan pada tahap-tahap berikutnya.

3. Optimasi Formulasi dan Uji Organoleptiknya

Tahap optimasi formulasi adalah upaya untuk meningkatkan penerimaan. Perbaikan formulasi dinilai berdasarkan atribut mutu tekstur, rasa, aroma dan warna. Perbaikan formulasi dilakukan berdasarkan kekurangan-kekurangan yang terjadi pada tahap-tahap sebelumnya. Pada tahap ini dilakukan perbaikan tekstur dan warna dengan penambahan SBB. Pada Tabel 8 disajikan formula-formula perbandingan CCM dan SBB. Uji organoleptik bertujuan untuk mengetahui preferensi konsumen terhadap sampel perkedel. Metode uji organoleptik yang digunakan adalah uji hedonik. Uji hedonik dilakukan terhadap atribut tekstur, rasa, aroma dan warna. Skor penilaian yang digunakan dalam uji ini ada 7 tingkat, yaitu 7 = sangat suka, 6 = suka, 5 = agak suka, 4 = netral, 3 = agak tidak suka, 2 = tidak suka, 1 = sangat tidak suka. Hasil uji hedonik diolah dengan ANOVA dan uji lanjut Duncan jika ada pengaruh nyata pada uji sebelumnya. Selang kepercayaan yang digunakan adalah 95. Hasil terbaik digunakan untuk tahap-tahap penelitian Tabel 8. Formulasi perbandingan CCM dan SBB K. goreng E. minyak Pati kntg CCM : SBB Kode 20 35 10 10 : 25 C1 20 35 10 15 : 20 C2 20 35 10 17.5 : 17.5 C3 20 35 10 20 : 15 C4 20 35 10 25 : 10 C5 selanjutnya. Skor rata-rata minimal untuk masing-masing atribut yang ditargetkan adalah 4 netral. Jika tidak memenuhi target tersebut akan diperbaiki dalam tahap-tahap selanjutnya.

4. Formulasi Penambahan Kalsium Laktat