Hutan Tanaman Pinus Pinus merkusii Sampling dalam Inventarisasi Hutan Metoda Systematic Sampling

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Hutan Tanaman Pinus Pinus merkusii

Pada tegakan tertutup, batang pinus akan berbentuk langsing, lurus, dan bulat. Sedangkan pada tegakan yang terbukajarang, bentuk batangnya akan bengkok. Diameter batangnya mencapai 70 cm – 90 cm dbh, bahkan pohon yang sangat tua dapat mencapai 100 cm – 145 cm dbh Beekman, 1949 dalam Imanuddin 1999. Pinus Pinus merkusii merupakan salah satu jenis pohon jarum yang mempunyai fungsi ekonomis secara langsung antara lain kayu kayu bakar, kayu gergajian, tripleks, veneer, pulp, dan kertas dan getah dapat dijadikan gondorukem sebagai bahan industri batik, kosmetik, cat, dan sebagainya. Guna menunjang pengembangan industri maupun guna perencanaan bibit secara mantap perlu diketahui potensi pinus Darsidi,1943 dalam Imanuddin 1999.

B. Sampling dalam Inventarisasi Hutan

Inventarisasi hutan merupakan suatu teknik mengumpulkan, mengevaluasi, dan menyajikan informasi yang terspesifikasi dari suatu areal hutan. Secara umum hutan merupakan areal yang luas, maka data biasanya dikumpulkan dengan kegiatan sampling de Vries, 1986. Inventarisasi hutan merupakan salah satu kegiatan yang pertama kali dilakukan dalam rangkaian kegiatan manajemen hutan nasional yang baik dengan tujuan utama menentukan setepatnya massa tegakan atau nilai-nilai pohon yang sedang berdiri pada suatu tegakan hutan dengan waktu dan biaya yang terbatas. Kegiatan tersebut dapat dilakukan melalui suatu penaksiran dalam pengambilan contoh Hitam, 1980. Untuk areal hutan yang luas, survei 100 dianggap tidak sepadan antara usaha dan hasil. Hal tersebut disebabkan oleh besarnya kelompok kerja, lamanya waktu, dan besarnya biaya yang diperlukan. Dengan alasan ini, sebagian inventarisasi berskala besar dilaksanakan dengan menggunakan teknik pencuplikan atau sampling techniques Husch, 1987. 5

C. Metoda Systematic Sampling

Systematic sampling atau pencuplikan contoh secara sistematik merupakan cara pengamatan terhadap sesuatu populasi dengan hanya menggunakan sebagian dari unit populasi yang bersangkutan dimana penentuan atau pemilihan unit contohnya dilakukan dengan cara atau pola khusus yang telah ditetapkan atau diatur terlebih dahulu, yaitu secara sistematik Sutarahardja, Hardjoprajitno, Manan, Ngadiono, Soekotjo, Wiroatmodjo, Setiadi, Atmawidjaja, Nasoetion, dan Soediono, 1982. Penarikan contoh secara sistematik ini sering digunakan dalam penaksiran massa tegakan kayu karena : 1. Satuan-satuan penarikan contoh lebih mudah ditempatkan di lapangan dan biayanya lebih murah. 2. Kelihatannya satuan-satuan penarikan contoh lebih mewakili, karena contoh- contoh tersebut tersebar merata pada seluruh populasi, sehingga lebih memberikan perwakilan daripada contoh-contoh yang diambil secara random Hitam, 1980. Keuntungan yang jelas dari metoda systematic sampling terhadap penarikan contoh acak sederhana simple random sampling adalah sebagai berikut : 1. Pada metoda sistematik lebih mudah untuk mengambil sebuah sample dan seringkali lebih mudah melaksanakannya tanpa kesalahan. Pelaksanaannya juga dapat dilakukan secara cermat dan hemat waktu. 2. Secara intuisi, penarikan contoh sistematik terlihat lebih teliti dibandingkan dengan penarikan sample contoh acak sederhana. Contoh sistematik lebih menyebar dalam populasinya, dan hal ini kadang-kadang menyebabkan penarikan contoh sistematik lebih teliti daripada penarikan contoh acak berlapis Cochran, 1991. Kelemahan utama pengambilan contoh secara sistematik adalah bahwa cara ini tidak didasarkan kepada hukum-hukum peluang dan tidak memberi kesempatan perhitungan kesalahan sampling yang sah. Pada kenyataan praktek, banyak penarikan sampling secara sistematik dianalisis melalui penggunaan 6 rumus pencuplikan random. Hal ini dapat diperkenankan selama pendekatan kondisi improvisasi selalu diingat Husch, 1987. Untuk memperkecil kekurangan dari systematic sampling method, seringkali cara ini dikombinasikan dengan random sampling, yaitu dengan cara memilih salah satu contoh secara acak kemudian contoh yang lain dipilih secara sistematik sesuai dengan pola yang telah diterapkan. Cara ini lazim disebut dengan pengambilan contoh secara sistematik dengan awal acak systematic sampling with random start .

D. Metoda Stratified Systematic Sampling with Random Start

Dokumen yang terkait

Kontribusi Penyadapan Getah Pinus (Pinus merkusii) Terhadap Tingkat Pendapatan Penyadap

18 166 77

Pendugaan Karbon Tersimpan pada Tegakan Pinus (Pinus merkussii) dan Ekaliptus (Eucalyptus sp) di Taman Hutan Raya Bukit Barisan Kabupaten Karo

2 44 58

Pemuliaan Pinus Merkusii

1 36 11

Siklus nitrogen pada hutan tanaman pinus di hutan pendidikan Gunung Walat, Sukabumi

0 7 174

Analisa laju infiltrasi pada perbedaan kerapatan tegakan hutan pinus (Pinus merkusii), Blok Cimenyan, Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi-Jawa Barat

0 4 100

Studi Tehnik Pendugaan Potensi Tegakan Hutan Puspa (Schima waliichii) dengan Simple Systematic Sampling with Random Start dengan Unit Contoh Six Tree Sampling dan Circular Plot (Studi Kasus di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi)

0 12 50

Pendugaan Potensi Tegakan Agathis ( Agathis loranthifolia Salisb ) Menggunakan Metode Two Stage Sampling Dengan Unit Contoh Six Trees Sampling ( 6- Contoh Pohon ) dan Circular Plots ( Lingkaran ) Studi Kasus di Hutan Pendidikan IPB Gunung Walat Sukabumi

0 13 54

Pendugaan Biomassa Tegakan Pinus (Pinus merkussi Jungh et de Vriese) pada Berbagai Kerapatan di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi

0 11 57

Pendugaan Potensi Biomassa Tegakan di Areal Rehabilitasi Hutan Pendidikan Gunung Walat Menggunakan Metode Tree Sampling

0 4 26

Perbandingan Efisiensi Metode Tree Sampling dan Metode Konvensional dalam Pendugaan Potensi Tegakan Agathis (Agathis toranthifolia) di hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi

0 2 54