Metoda Stratified Systematic Sampling with Random Start Bentuk-Bentuk Petak Ukur

6 rumus pencuplikan random. Hal ini dapat diperkenankan selama pendekatan kondisi improvisasi selalu diingat Husch, 1987. Untuk memperkecil kekurangan dari systematic sampling method, seringkali cara ini dikombinasikan dengan random sampling, yaitu dengan cara memilih salah satu contoh secara acak kemudian contoh yang lain dipilih secara sistematik sesuai dengan pola yang telah diterapkan. Cara ini lazim disebut dengan pengambilan contoh secara sistematik dengan awal acak systematic sampling with random start .

D. Metoda Stratified Systematic Sampling with Random Start

Pada metoda sampling ini populasi dibagi dalam kelompok-kelompok atau blok atau sub populasi, dimana setiap kelompokbloksub populasi disebut stratum. Dalam cara ini dilakukan penarikan contoh pertama secara acak pada setiap stratum. Untuk contoh selanjutnya ditentukan secara sistematik dengan interval k Sutarahardja, 1999. E. Kesalahan Sampling Sampling Error Kesalahan sampling sampling error merupakan kesalahan dalam pengambilan contoh yang besarnya dinyatakan dalam persen Sutarahardja, 1999. Sampling error dinyatakan tidak hanya dalam persentase dari hasil taksiran tetapi juga dalam ukuran unit yang bersangkutan FAO, 1987. Inventarisasi hutan berdasarkan pencuplikan selalu akan mempunyai sampling error sebagai akibat dari peluang pemilihan petak ukur yang berbeda- beda. Sampling error merupakan perbedaan yang mungkin antara taksiran sampling dengan nilai sebenarnya di dalam populasi atau hutan yang bersangkutan. Bilamana besarnya sampling, atau jumlah petak ukur bertambah, rata-rata sampling error menurun dan nilai kepercayaan atas taksiran inventarisasi akan meningkat Husch, 1987. Menurut Spurr 1992, kesalahan sampling dalam penarikan contoh yang masih dianggap tepat di dalam pendugaan adalah tidak lebih dari 10 . 7

F. Bentuk-Bentuk Petak Ukur

Contoh adalah porsi dari populasi yang diuji untuk membuat kesimpulan tentang populasi tersebut. Contoh dapat berupa unit-unit contoh yang disebut juga sebagai petak ukur. Bentuk petak ukur yang dipakai dalam inventarisasi hutan diantaranya adalah jalur, empat persegi panjang, bujur sangkar, lingkaran, dan titik. Salah satu sumber kesalahan error yang sangat penting peranannya dalam pembangunan petak ukur adalah pohon batas borderlines tree yaitu pohon-pohon yang terletak pada batas petak ukur. Oleh karena itu untuk menentukan apakah suatu pohon batas akan masuk sebagai contoh atau tidak, harus dilakukan pengukuran yang cermat. Bila titik pusat penampang lintang pohon persis terletak pada batas petak ukur maka pohon tersebut akan merupakan pohon batas. Bentuk petak ukur empat persegi panjang atau bujur sangkar mengundang peluang untuk terjadinya bias, karena pembuatan sudut yang benar-benar tegak lurus di lapangan tidak mudah. Demikian pula terjadinya error karena pohon tepi pada kedua macam bentuk petak ukur itu ternyata cukup besar. Dalam upaya untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan tersebut, maka lahirlah bentuk petak ukur lingkaran Kadri, Soerjono, dan Perbatasari, 1992. Petak coba lingkaran umumnya lebih mudah dibuat dibandingkan bentuk lain, karena dalam pembuatannya yang diperlukan hanya titik pusat petak dan jari- jari lingkaran, selain itu relatif lebih mudah dalam mengatur pohon batas borderline tree. Pertimbangan tentang pohon-pohon yang masuk diantara pohon-pohon batas perlu dilakukan, sebab semakin bertambahnya jumlah pohon dari keadaan sebenarnya tidak akan memberikan hasil penaksiran yang baik Loetsch, Zohrer, and Haller, 1973. Ukuran-ukuran petak ukur PU yang paling umum berkisar antara 0,1 sampai dengan 0,4 hektar dan petak ukur dapat berbentuk lingkaran, bujur sangkar, atau persegi panjang. Pemilihan ukuran dan bentuk petak ukur yang paling cocok merupakan faktor yang dapat mempengaruhi ketepatan survei Husch, 1987. 8 Menurut Sutarahardja 1999, bahwa ukuran satuan contoh dinyatakan dalam luasan tertentu dalam satuan hektar, seperti untuk bentuk circular dan rectangular plots besarnya adalah 0,02 ha, 0,04 ha, 0,05 ha, 0,10 ha, dsb.

G. Unit Contoh Lingkaran Circular Plots

Dokumen yang terkait

Kontribusi Penyadapan Getah Pinus (Pinus merkusii) Terhadap Tingkat Pendapatan Penyadap

18 166 77

Pendugaan Karbon Tersimpan pada Tegakan Pinus (Pinus merkussii) dan Ekaliptus (Eucalyptus sp) di Taman Hutan Raya Bukit Barisan Kabupaten Karo

2 44 58

Pemuliaan Pinus Merkusii

1 36 11

Siklus nitrogen pada hutan tanaman pinus di hutan pendidikan Gunung Walat, Sukabumi

0 7 174

Analisa laju infiltrasi pada perbedaan kerapatan tegakan hutan pinus (Pinus merkusii), Blok Cimenyan, Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi-Jawa Barat

0 4 100

Studi Tehnik Pendugaan Potensi Tegakan Hutan Puspa (Schima waliichii) dengan Simple Systematic Sampling with Random Start dengan Unit Contoh Six Tree Sampling dan Circular Plot (Studi Kasus di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi)

0 12 50

Pendugaan Potensi Tegakan Agathis ( Agathis loranthifolia Salisb ) Menggunakan Metode Two Stage Sampling Dengan Unit Contoh Six Trees Sampling ( 6- Contoh Pohon ) dan Circular Plots ( Lingkaran ) Studi Kasus di Hutan Pendidikan IPB Gunung Walat Sukabumi

0 13 54

Pendugaan Biomassa Tegakan Pinus (Pinus merkussi Jungh et de Vriese) pada Berbagai Kerapatan di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi

0 11 57

Pendugaan Potensi Biomassa Tegakan di Areal Rehabilitasi Hutan Pendidikan Gunung Walat Menggunakan Metode Tree Sampling

0 4 26

Perbandingan Efisiensi Metode Tree Sampling dan Metode Konvensional dalam Pendugaan Potensi Tegakan Agathis (Agathis toranthifolia) di hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi

0 2 54