Analisis Periode Setelah Krisis 1. Kointegrasi

4.3. Analisis Periode Setelah Krisis 4.3.1. Kointegrasi Pada periode setelah krisis, uji kointegrasi tetap dilakukan pada kelima model asumsi yang telah dijelaskan sebelumnya. Semua model asumsi memiliki hubungan kointegrasi antara kedua variabel kecuali hanya pada model asumsi kedua dan ketiga yang tidak terdapat hubungan kointegrasi. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa tingkat hubungan kointegrasi antara IHSG dengan investasi portofolio semakin kuat pada periode pasca krisis ini dibandingkan dengan periode sebelumnya. Kondisi ini dapat dilihat pada Tabel 4.12 yang memperlihatkan analisis kointegrasi secara statistik. Tabel 4.12. Analisis Kointegrasi Periode Setelah Krisis Rank Asumsi 1 Asumsi 2 Asumsi 3 r = 0 r = 1 Trace-Stat EV- stat 15.34 10.74 4.60 4.60 Trace-Stat EV- stat 18.33 13.01 5.32 5.32 Trace-Stat EV-stat 14.09 12.94 1.15 1.15 Rank Asumsi 4 Asumsi 5 r = 0 r = 1 Trace-Stat EV- stat 27.88 15.48 12.40 12.40 Trace-Stat EV- stat 23.12 13.68 9.43 9.43 Keterangan: Trace-stat dan EV-stat adalah trace statistic dan Maximum Eigenvalue statistic kointegrasi. Jika Trace Statistic Critical Value maka persamaan tersebut terkointegrasi. Dengan demikian H0=non kointegrasi dengan hipotesis alternatif H1=kointegrasi. Jika Trace Statistic Critical Value maka kita tolak H0 atau terima H1 yang artinya terjadi kointegrasi.

4.3.2. Hubungan Investasi Portofolio dan Indeks Harga Saham Gabungan Pada Jangka Panjang

Pada estimasi jangka panjang periode setelah krisis terlihat bahwa semua model asumsi terdapat hubungan kausalitas jangka panjang karena sebelumnya terdapat kointegrasi kecuali pada model asumsi kedua dan ketiga yang tidak terdapat hubungan kausalitas jangka panjang antara kedua variabel yang dianalisis karena tidak terdapat kointegrasi. Pada model asumsi pertama investasi portofolio memiliki hubungan yang positif terhadap perkembangan IHSG yang signifikan secara statistik pada taraf nyata 5 persen yaitu masing-masing sebesar 27.64, yang artinya peningkatan investasi portofolio sebesar 1 persen akan menyebabkan peningkatan IHSG pada jangka panjang sebesar 27.64 persen yang dapat dilihat pada Tabel 4.13. Tabel 4.13. Analisis Hubungan Jangka Panjang Periode Setelah Krisis Asumsi 1 Asumsi 4 Asumsi 5 Est ln_ihsg t rinvp t trendconst 1.00 -27.64 - ln_ihsg t rinvp t trendconst 1.00 -0.16 -0.07 ln_ihsg t rinvp t trendconst 1.00 -0.36 - Keterangan: Est menunjukkan vektor kointegrasi yang digunakan dalam estimasi vecm. Tanda menunjukkan signifikan pada tingkat 5. Hal tersebut senada dengan model asumsi keempat dan kelima sebesar masing- masing 0.16 dan 0.36, yang artinya apabila investasi portofolio meningkat 1 persen maka IHSG akan meningkat sebesar 0.16 persen untuk asumsi keempat dan sebesar 0.36 persen untuk asumsi kelima. Artinya bila kegiatan di bursa efek banyak terjadi transaksi perdagangan saham sehingga pasar ramai maka IHSG pun akan meningkat yang nantinya akan berdampak pada positifnya perkembangan pasar modal. Semakin tinggi IHSG mengindikasikan semakin tingginya tingkat kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia. Tingginya kepercayaan investor ini akan mengakibatkan meningkatnya investasi portofolio di Indonesia.

4.3.3. Hubungan Kausalitas Jangka Panjang

Hubungan kausalitas yang dimaksud adalah hubungan ketergantungan atau saling mempengaruhi antar variabel yang signifikan secara statistik. Dari ketiga asumsi yang terdapat hubungan kausalitas jangka pendek terhadap jangka panjang, model asumsi 4 menunjukkan adanya hubungan kausalitas yang mutual karena kedua variabel signifikan secara statistik antara variabel IHSG dan investasi portofolio. Yang artinya kedua variabel tersebut terdapat kausalitas dua arah atau saling mempengaruhi. Sedangkan untuk model asumsi pertama dan kelima dikatakan kausalitas dari IHSG ke investasi portofolio karena hanya variabel investasi portofolio yang signifikan secara statistik. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.14 di bawah ini. Tabel 4.14. Estimasi Vektor α dan Uji Kausalitas Jangka Panjang Setelah Krisis Eq. Asumsi 1 Asumsi 4 Asumsi 5 ln_ihsg t rinvp t Coeff Std.Err t- stat 0.00 0.00 0.30 0.03 0.00 3.27 Coeff Std.Err t- stat -0.23 0.09 - 2.75 3.38 1.25 2.70 Coeff Std.Err t-stat -0.02 0.06 -0.41 2.97 0.78 3.79 Kausalitas dari IHSG ke investasi portofolio Kausalitas Mutual Kausalitas dari IHSG ke investasi portofolio Keterangan : Tanda mengindikasikan signifikan pada tingkat 5.

4.3.4. Hubungan Investasi Portofolio dan Indeks Harga Saham Gabungan Pada Jangka Pendek

Pengujian dengan regresi VEC1 pada first difference hampir untuk semua model asumsi kecuali untuk model asumsi kedua dan ketiga menggunakan regresi VAR1 pada first difference karena tidak terjadi kointegrasi. Hasil pengujian tersebut dapat dilihat pada tabel 4.15 yang merupakan gambaran hubungan jangka pendek antara variabel investasi portofolio dengan indeks harga saham di pasar modal Indonesia. Pada analisis jangka pendek untuk model asumsi pertama untuk lag pertama IHSG memiliki hubungan jangka pendek dengan investasi portofolio sebesar 2.71 yang tidak signifikan pada taraf nyata 5 persen, yang artinya apabila IHSG naik satu persen maka investasi portofolio naik sebesar 2.71 persen, begitu juga sebaliknya investasi portofolio memiliki hubungan jangka pendek yang tidak signifikan pada taraf nyata 5 persen sebesar 0.01, yang artinya apabila investasi portofolio meningkat 1 persen maka IHSG meningkat sebesar 0.01 persen. Untuk model asumsi kedua dan ketiga untuk lag pertama IHSG memiliki hubungan jangka pendek dengan investasi portofolio sebesar 3.66 yang tidak signifikan pada taraf nyata 5 persen, yang artinya apabila IHSG naik satu persen maka investasi portofolio naik sebesar 3.66 persen, begitu juga sebaliknya investasi portofolio memiliki hubungan jangka pendek yang tidak signifikan pada taraf nyata 5 persen sebesar 0.01, yang artinya apabila investasi portofolio meningkat 1 persen maka IHSG meningkat sebesar 0.01 persen. Untuk asumsi keempat untuk lag pertama IHSG memiliki hubungan jangka pendek dengan investasi portofolio sebesar 4.72 yang signifikan pada taraf nyata 5 persen, yang artinya apabila IHSG naik satu persen maka investasi portofolio naik sebesar 4.72 persen, begitu juga sebaliknya investasi portofolio memiliki hubungan jangka pendek yang tidak signifikan pada taraf nyata 5 persen sebesar -0.01, yang artinya apabila investasi portofolio meningkat 1 persen maka IHSG menurun sebesar 0.01 persen. Untuk asumsi kelima untuk lag pertama IHSG memiliki hubungan jangka pendek dengan investasi portofolio sebesar 2.71 yang tidak signifikan pada taraf nyata 5 persen, yang artinya apabila IHSG naik satu persen maka investasi portofolio naik sebesar 2.71 persen, begitu juga sebaliknya investasi portofolio memiliki hubungan jangka pendek yang tidak signifikan pada taraf nyata 5 persen sebesar 0.00, yang artinya apabila investasi portofolio meningkat 1 persen maka IHSG tidak berpengaruh. Secara keseluruhan indeks harga saham yang tidak signifikan terhadap investasi portofolio di Indonesia selama periode setelah krisis disebabkan oleh peran pasar modal dan pasar saham pada khususnya yang masih tergolong sangat kecil dalam sistem keuangan Indonesia. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah nilai dari autokolerasi, heteroskedastisitas maupun normalitas yang mengindikasikan suatu model dikatakan bias atau tidak. Secara keseluruhan, pada model ini terbebas dari semua asumsi klasik tersebut, sehingga dapat dikatakan model ini terbaik karena nilai probabilitasnya lebih besar dari taraf nyata 5 persen yang dapat dilihat pada Tabel 4.15. 4.4. Analisis Periode Gabungan 4.4.1. Kointegrasi