2.1.1. Metode-Metode Memperoleh Karotenoida
Metode memperoleh karotenoida dari minyak sawit dapat dilakukan dengan berbagai metode yaitu dengan menyabunkan CPO dengan natrium hidroksida
metanolik 2-3 selama beberapa jam pada suhu 30-40 C sehingga hampir 98
minyak terkonversi menjadi ester. Gliserin yang terbentuk kemudian dipisahkan dengan cara dekantasi dan produk penyabunan diuapkan pada suhu 100 - 110
C dalam keadaan vakum bertekanan 0,001 – 0,0001 mmHg sehingga karotenoida
tertinggal sebagi residu Blaizot, P., 1956. Metode esktraksi dengan menggunakan pelarut petroleum eter : aseton 1 : 3 untuk mengekstraksi karotenoida dari
minyak sawit mentah Sahidin, S.S., dkk, 2001.
Penggunaan CO
2
cair sebagai pelarut dapat digunakan untuk memperoleh karotenoida konsentrat melalui sistem Supercritical Fluid Extraction dimana
sampel yang ditempatkan dalam bejana ektraksi pada suhu 40 C dan tekanan 30
MPa, kemudian gas CO
2
didinginkan pada -5 C sebelum pompa HPLC digunakan
untuk memompa CO
2
cair ke ekstraktor secara terus menerus pada kondisi spesifik ekstraksi dengan laju alir yang konstan 5 mLmenit sehingga diperoleh ekstrak
karotenoida konsentrat Wei, P.C., dkk, 2005.
Karotenoida konsentrat dari minyak sawit juga banyak diperoleh melalui proses adsorpsi menggunakan adsorben polimer sintetis diikuti dengan ekstraksi
pelarut. Adsorben yang digunakan adalah kopolimer stirena divinil benzena. Proses tersebut pertama dimulai dengan mencampurkan adsorben dengan IPA
isopropanol kemudian diaduk selama 15 menit. Adsorben dipisahkan dari IPA dan dikeringkan dalam temperatur kamar sehingga dapat digunakan dalam proses
adsorpsi. Selanjutnya minyak kelapa sawit dilarutkan dalam IPA isopropanol. Adsorben kemudian dimasukkan ke dalam kolom diikuti dengan minyak kelapa
sawit. Karotenoida kemudian diekstraksi dengan n-heksana untuk memisahkannya dari adsorben. Karotenoida dipekatkan sampai sekitar 15.000 ppm dengan
recovery 30-62 dengan variasi yang paling sesuai adalah pada 1,5 jam dan temperatur 40
C Latip, R.A., 2000.
Universitas Sumatera Utara
Selain itu, dapat juga digunakan campuran abu sekam padi dan silika gel sebagai adsorben berdasarkan metode kromatografi adsorpsi dimana adsorben
dimasukkan ke dalam kolom yang diikuti dengan metil ester kasar dan dielusi dengan menggunakan pelarut n-heksan kemudian eluat dipekatkan dengan gas N
2
dengan perolehan 3754,55 μggram dan recovery adalah 28,8 Zulkipli,
2007.
Penggunaan bahan penjerap arang aktif dan belaching earth dalam larutan n- heksana dimana minyak sawit dilarutkan terlebih dahulu dengan n-heksana dan
ditambahkan dengan bahan penjerap kemudian diaduk selama beberapa saat. Karotenoida yang terjerap dilarutkan dengan campuran n-heksana dan aseton untuk
memperoleh karotenoida konsentrat dengan perolehan untuk arang aktif adalah 736,31
μggram, recovery sekitar 16,59 dan untuk bleaching earth adalah 13103 μggram, recovery adalah 39,16 Serlahwaty, D., 2007 dan
penggunaan bentonit dimana minyak sawit dan adsorben 3 : 1 dicampurkan dalam suatu reaktor berpengaduk selama 171 menit. Selanjutnya disaring dengan
menggunakan pompa vakum untuk memisahkan minyak dengan adsorben yang telah mengandung β-karoten. Kemudian, karotenoida pada adsorben didesorpsi
dengan pelarut n-heksana dan dipekatkan dengan N
2
sehingga diperoleh karotenoida konsentrat sekitar 375,5 μmgram dan recovery adalah 3,7
Hayuningtyas, R.I.R., 2007. Adapun ringkasan metode yang telah digunakan dapat dilihat pada Tabel 2.2 di bawah ini
Tabel 2.2. Metode-Metode Memperoleh Karotenoida
Metode Keterangan
yield Peneliti
Saponifikasi NaOH metanolik 2-3
5-6 Blaizot, P., 1956
Ekstraksi pelarut petroleum eter dan
aseton 1 : 3 -
Sahidin, S.S., dkk, 2001
cairan superkritis CO2 -
Wei, P.C., dkk, 2005
Adsorpsi kopolimer stirena divinil
benzena 1,5
Latip, R.A., 2000 campuran abu sekam padi
dan silika gel 25 : 15 0,38
Zulkipli, 2007 arang aktif dan bleaching
earth 0,073 dan
1,31 Serlahwaty, D., 2007
bentonit 0,0375
Hayuningtyas, R.I.R., 2007
Universitas Sumatera Utara
2.2. Polistirena