dikemisorpsi pada suhu kamar pada Fe, W, Ca dan Ti tetapi tidak pada Ni, Ag, Cu atau Pb Levine, I.R., 2002.
2.3.1. Sifat-Sifat Umum Proses Adsorpsi
Proses adsorpsi suatu bahan tergantung pada berbagai faktor yang dapat dibagi dalam 5 kategori yaitu Sukmariah dan Kamianti,1990 :
1. Adsorpsi adalah proses kesetimbangan proses kesetimbangan antara konsentrasi pada satu bidang permukaan dan konsentrasi lain di bidang mana
komponen itu terkandung. Jadi keadaaannya adalah reversibel. 2. Banyaknya komponen yang diadsorpsi sebanding dengan luas permukaan zat
adsorben. 3. Daya adsorpsi tiap jenis adsorben terhadap suatu zat berbeda, bahkan cara
pembuatan adsorben yang berbeda menyebabkan daya adsorpsi yang berlainan.
4. Daya adsorpsi akan berkurang bila suhu bertambah tinggi 5. Adsorpsi diikuti oleh pengeluaran panasenergi.
Adsorpsi hidrokarbon tak jenuh dalam substrat logam merupakan sebuah interaksi fisik lemah, dimana lebih didominasi oleh gaya Van der Waals. Ikatan
hidrokarbon tak jenuh dengan logam pertama kali dikembangkan oleh Dewar, Chatt dan Duncanson yang sekarang dikenal sebagai model DCD yang didasarkan
pada konsep orbital terdepan . Pada model ini, interaksi ditunjukkan dengan adanya donasi muatan dari orbital π tertinggi yang terisi ke logam dan substansi
backdonation dari muatan logam yang terisi ke orbital π
terendah yang tidak terisi Nilson, A dan L.G. Petterson, 2008.
2.4. Kalsium
Unsur golongan IIA dapat membentuk kompleks dengan 6H
2
O, seperti MgH
2
O
6
Cl
2
mengindikasikan bahwa unsur ini memberikan ikatan melalui kontribusi orbital d sekalipun energi tinggi. Madan, R.D., 2003. Untuk logam
kalsium, energi orbital d lebih tinggi dari unsur transisi lainnya. Pemakaian ba
Universitas Sumatera Utara
mungkin sedikit berbeda dengan kalsium dalam tingkat besar lobe orbital 4d dan 3d orbital. Sifat ini perlu dikaji untuk mendapatkan reaktifitas dan stabilitas
sebagai bahan pemantap senyawa dengan ikatan tidak jenuh Shriver, D.E., dkk,
1990.
Kemampuan untuk menukar basa berhubungan dengan kekuatan basa logam tersebut : semakin tinggi tingkat kebasaan, semakin mudah menukar basa. Untuk
logam golongan , dimana sifat kebasaan meningkat dari lithium ke natrium dan ke kalium, lebih mudah unutk menukar kalium daripada untuk menukar lithium. Pada
logam golongan II, sifat kebasaan meningkat dari magnesium ke stronsium ke barium; dimana lebih mudah untuk menukar barium daripada untuk menukar
magnesium Rizvi, S., 2003.
2.5. Alkena
Alkena adalah senyawa hidrokarbon yang mengandung satu atau lebih ikatan rangkap karbon-karbon. Alkena yang paling sederhana adalah etena dengan rumus
C
2
H
4.
Ikatan rangkap terkonjungasi adalah ikatan rangkap yang dipisahkan oleh masing-masing satu ikatan tunggal. Adanya ikatan rangkap terkonjungasi dalam
suatu molekul akan memberikan sifat fisik dan kimia yang khusus. Banyak molekul yang mengandung sistem ikatan rangkap terkonjungasi mengadsorpsi
panjang gelombang spesifik dari sinar tampak Stoker, H.S dan E.B. Walker, 1991.
Ikatan rangkap karbon-karbon mempunyai dua bagian yaitu ikatan sigma yang dibentuk karena tumpang tindih dari dua orbital sp
2
dan ikatan pi yang dibentuk karena tumpang tindih dari dua orbital p. Kekuatan ikatan dari ikatan rangkap
alkena lebih besar daripada ikatan tunggal karbon-karbon Murry, J.M., 1994.
Alkena etilena adalah ligan dihapto yang dapat mendonorkan dua elektron karena adanya orbital π terisi ke logam dan orbital π
dari ligan dapat menerima densitas elektron dari orbital logam terisi. Adanya ikatan logam-alkena karena
donasi elektron dari orbital π yang terisi ke logam dan penerimaan densitas
Universitas Sumatera Utara
elektron ke dalam orbital π
antibonding dari ligan disebut dengan model Dewar- Chatt. Keseluruhan ikatan dijelaskan dalam teori molekul orbital dimana dalam
kompleks alkena, terjadinya backbonding tergantung dari sifat alkena, logam dan ligan lainnya. Logam-logam yang mempunyai orbital d dengan tingkat energi yang
tinggi mengalami backbonding karena adanya kelebihan densitas elektron pada orbital π
alkena sehingga menghasilkan komples yang dikenal sebagai metalocyclopropana. Antara hidrokarbon polimer dengan hidrokarbon dapat terjadi
interaksi. Interaksi ini diperkuat oleh adanya interaksi antara ik atan π dengan
orbital LUMO dari logam kalsium sehingga kalsium polistiren sulfonat dapat berfungsi sebagai adsorben. Shriver, D.E., dkk, 1990.
CH
2
CH
2
M
Gambar 2.4. Struktur Metallocyclopropana
Universitas Sumatera Utara
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Alat-alat -