dan perilaku ibu pra persalinan dengan melihat perbedaan latar belakang keluarga, budaya dan keunikan setiap individu.
Ketiga, semua komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri pemberi maupun penerima pesan, dalam hal ini bidan harus mampu menjaga harga
dirinya dan harga diri ibu pra persalinan. Keempat, komunikasi yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling percaya
harus dicapai terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan dan memberikan alternatif pemecahan masalah, hubungan saling percaya antara bidan dan ibu pra
persalinan adalah kunci dari komunikasi terapeutik.
2.1.6. Tujuan Komunikasi Terapeutik
Menurut Purwanto 1994, tujuan komunikasi terapeutik adalah, membantu klien atau pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran
serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal yang diperlukan, mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil
tindakan yang efektif serta mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri.
Komunikasi terapeutik memegang peranan penting karena dengan komunikasi yang baik diberikan oleh bidan dapat membantu ibu pra persalinan memperjelas dan
mengurangi beban pikiran ibu pra persalinan, meningkatkan pengetahuan ibu pra persalinan dan diharapkan dapat memengaruhi ibu pra persalinan untuk menanamkan
kepercayaan dalam menghadapi proses persalinan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.7. Hal-hal yang Harus Diperhatikan Bidan dalam Komunikasi Terapeutik
Dalam melakukan komunikasi terapeutik, ada beberapa hal yang harus diperhatikan bidan, antara lain sikap bidan dalam melakukan hubungan, materi
hubungan dan teknik komunikasi terapeutik. Seorang bidan perlu memperhatikan sikap tertentu untuk melakukan
komunikasi terapeutik. Egan dalam Kozier 1983 mengidentifikasi lima sikap atau cara menghadirkan diri secara fisik untuk memfasilitasi komunikasi terapeutik, yaitu
berhadapan, posisi berhadapan menunjukanmemberi isyarat ”saya siap untuk anda”. Posisi yang tidak lurus menghadap wajah ibu pra persalinan menunjukan keterlibatan
yang kurang. Mempertahankan kontak mata, kontak mata sejajar menunjukan bidan menghargai ibu pra persalinan dan menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi.
Membungkuk ke arah ibu pra persalinan, posisi membungkuk ke arah ibu pra persalinan memberi makna ada keinginan untuk mengatakan atau mendengarkan
sesuatu. Mempertahankan postur terbuka, tidak melipat kaki atau tangan menunjukan keterbukaan untuk berkomunikasi.
Jarak yang terbentuk antara bidan dan ibu pra persalinan menunjukkan juga keintiman dan keterbukaan sikap dalam hubungan yang terbentuk antara bidan dan
ibu pra persalinan. Hall dalam kozier 1995 menyatakan bahwa hubungan intim berjarak dari nol kontak tubuh sampai 45 cm. Hubungan personal memiliki jarak
antar individu antara 45-120 cm, hubungan sosial dalam jarak antara 1,2-3,6 meter, dan hubungan publik dengan jarak antarpersonal lebih dari 3,6 meter.
Universitas Sumatera Utara
Lebih jauh, keintiman juga tercermin dari sentuhan tubuh, kemampuan merasakan bau tubuh, dan kehangatan suhu tubuh individu lain, serta frekuensi dan
kualitas kontak mata terbentuk. Dan sikap yang yang terakhir yaitu rileks, sikap rileks menciptakan iklim kondusif bagi ibu pra persalinan untuk tetap melakukan
komunikasi dan memungkinkan pengembangan komunikasi. Situasi yang rileks tercipta melalui posisi tubuh yang digunakan selama komunikasi, intonasi
pembicaraan, dan penggunaan kata-kata yang tepat atau mengandung humor. Pemilihan kata juga penting untuk menimbulkan kesan rileks bagi ibu pra persalinan.
Situasi rileks penting bagi ibu pra persalinan untuk meningkatkan kepercayaan dan keterbukaan diri dengan bidan tetap mempertahankan kesan profesional.
Saat melakukan hubungan terapeutik, materi hubungan juga harus diperhatikan bidan. Materi dalam komunikasi terapeutik diorientasikan untuk
mencapai tujuan hubungan. Isi content komunikasi yang dilakukan antara bidan dan ibu pra persalinan dilakukan sesuai kontrak yang telah dibuat antara ibu pra
persalinan dan bidan sehingga nilai-nilai hubungan profesional tetap terjaga Tamsuri, 2005.
Kemudian yang tidak kalah pentingnya harus diperhatikan adalah komunikasi terapeutik. Sebagaimana penjelasan bahwa hubungan yang terbentuk antara bidan
dan ibu pra persalinan selalu memerlukan komunikasi dan mengacu pada pemahaman bahwa komunikasi merupakan salah satu sarana untuk membina hubungan
profesional antara bidan dan ibu pra persalinan, penting kiranya seorang bidan memiliki keterampilan berkomunikasi supaya komunikasi yang dilakukan berguna
Universitas Sumatera Utara
untuk mempertahankan hubungan bidan-ibu pra persalinan, mempengaruhi prilaku klien menuju pola-pola kesehatan, meningkatkan integritas ibu pra persalinan, dan
akhirnya menimbulkan efek mengatasi masalah ibu pra persalinan Tamsuri, 2005.
2.1.8. Teknik-teknik Komunikasi Terapeutik