Pengaruh Komunikasi Terapeutik (Keterbukaan, Empati, Sikap Mendukung, Sikap Positif dan Kesetaraan) Bidan terhadap Kenyamanan Ibu Pra Persalinan di Wilayah Kerja Kecamatan Medan Marelan

(1)

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK BIDAN TERHADAP KENYAMANAN IBU PRA PERSALINAN DI KECAMATAN

MEDAN MARELAN

TESIS

Oleh

ERWITA 107032119/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

THE INFLUENCE OF MIDWIVES’ THERAPEUTIC COMMUNICATION ON MOTHERS’ COMFORT PRIOR TO CHILDBIRHT

AT MEDAN MARELAN SUBDISTRICT

THESIS

BY

ERWITA 107032119/IKM

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK BIDAN TERHADAP KENYAMANAN IBU PRA PERSALINAN DI KECAMATAN

MEDAN MARELAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

ERWITA 107032119/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(4)

Judul Tesis : PENGARUH KOMUNIKASI

TERAPEUTIK BIDAN TERHADAP KENYAMANAN IBU PRA PERSALINAN

DI KECAMATAN MEDAN MARELAN Nama Mahasiswa : Erwita

Nomor Induk Mahasiswa : 097032044

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. dr. Wirsal Hasan, M.P.H) (Dra. Syarifah, M.S Ketua Anggota

)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)


(5)

Telah diuji

Pada Tanggal : 17 Januari 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. dr. Wirsal Hasan, M.P.H Anggota : 1. Dra. Syarifah, M.S

2. Prof. dr. Delfi Lutan, M.Sc, Sp.OG(K) 3. Masleny Lubis, S.Kep M.A.R.S


(6)

PERNYATAAN

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK BIDAN TERHADAP KENYAMANAN IBU PRA PERSALINAN DI KECAMATAN

MEDAN MARELAN

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Januari 2013

Erwita 107032119/IKM


(7)

ABSTRAK

Pengamatan pendahuluan di Kecamatan Medan Marelan menunjukkan bahwa masih banyak ibu merasa tidak nyaman untuk menghadapi proses persalinan. Hal ini terkait dengan faktor komunikasi terapeutik (keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif dan kesetaraan) dari bidan.

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh faktor komunikasi terapeutik (keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif dan kesetaraan) terhadap kenyamanan ibu pra persalinan di Wilayah Kerja Kecamatan Medan Marelan. Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat explanatory research. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang akan menghadapi persalinan yang ada di Kecamatan Medan Marelan yang berjumlah 229 orang dan sampel sebesar 68 orang. Data penelitian ini diperoleh dengan wawancara dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan regresi logistik ganda pada α = 5%.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh komunikasi terapeutik (keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif dan kesetaraan) terhadap kenyamanan pra persalinan di Kecamatan Medan Marelan.

Disarankan kepada bidan untuk meningkatkan komunikasi terapeutik dalam upaya meningkatkan kenyamanan pra persalinan dengan cara mengumpulkan ibu hamil untuk pelaksanaan konseling, kepada tenaga kesehatan khususnya di wilayah kerja Kecamatan Medan Marelan agar lebih aktif melakukan komunikasi terapeutik tentang persalinan kepada ibu dan kepada ibu pra persalinan hendaknya tidak perlu merasa tidak nyaman dalam menghadapi persalinan karena kenyamanan ibu dalam menghadapi persalinan akan membantu ibu untuk siap menghadapi proses persalinan.


(8)

ABSTRACT

At the health center Marelan Medan shows that many mothers feel uncomfortable to deal with labor. It is associated with therapeutic communication factors (openness, empathy, being supportive, positive attitude, and equity) of midwives.

This study aimed to clarify the effect of therapeutic communication factors (openness, empathy, being supportive, positive attitude and equality) to antenatal maternal comfort in Medan Marelan Work Area Health Center. This research is an explanatory survey research. The population in this study are all women who will face labor (Data Health Center in September 2012) in Medan District Marelan amounting to 229 people and a sample size of 68 people. The data were obtained by interview using a questionnaire and analyzed by multiple logistic regression at α = 5%.

The results of this study indicate that there are effects of therapeutic communication (openness, empathy, being supportive, positive attitude and equity) for comfort at the health center antenatal Marelan Medan.

It is suggested that midwives to enhance therapeutic communication in an effort to improve the comfort of antenatal pregnant women by collecting for the implementation of counseling, the health workers, especially in health centers Medan District Marelan to be more active in therapeutic communication about delivery to the mother and to the ante-natal mothers should not have to feel uncomfortable in the face of labor for maternal comfort in the face of labor will help women to prepare for childbirth.


(9)

KATA PENGANTAR

Penulis panjatkan puji dan syukur yang tiada henti dan tak terhingga kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat serta pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan judul “Pengaruh Komunikasi Terapeutik (Keterbukaan, Empati, Sikap Mendukung, Sikap Positif dan Kesetaraan) Bidan terhadap Kenyamanan Ibu Pra Persalinan di Wilayah Kerja Kecamatan Medan Marelan ”.

Penyusunan tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Kesehatan (M.Kes) pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Proses penulisan tesis dapat terwujud berkat dukungan, bimbingan, arahan dan bantuan moral maupun material dari banyak pihak. Untuk itu izinkan penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara


(10)

4. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

5. Dr. dr. Wirsal Hasan, M.P.H selaku ketua komisi pembimbing yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai

6. Dra. Syarifah, M.S selaku anggota komisi pembimbing yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai. 7. Prof. dr. Delfi Lutan, M.Sc, Sp.OG(K) sebagai komisi penguji dan pembanding

yang telah banyak memberikan arahan, saran dan masukan demi kesempurnaan penulisan tesis ini.

8. Masleny Lubis, S.Kep, M.A.R.S sebagai komisi penguji atau pembanding yang telah banyak memberikan arahan dan masukan demi kesempurnaan penulisan tesis ini.

9. Camat Kecamatan Medan Marelan dan jajarannya yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada penulis untuk memberikan izin sampai selesai penelitian ini.

10. Dosen dan Staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(11)

11. Teman-teman mahasiswa Angkatan 2010 Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

12. Suami Ir. H. Chairiadi dan anak-anak tercinta Sapta Adhitya Wibowo,ST, Shara Ocvita Ningrum dan Tasha Ningtyas Suri atas pengertian dan selalu memberi semangat

Penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.

Medan, Januari 2013 Penulis

Erwita 107032119/IKM


(12)

RIWAYAT HIDUP

Erwita, lahir pada tanggal 28 Maret 1964 di Medan anak ke 4 dari 5 bersaudara dari pasangan ayahanda M.Samin dan ibunda Almarhumah Hj.Siti Aminah, mempunyai suami Ir.H.Chairiadi, 1 orang putra dan 2 orang putri.

Pendidikan formal penulis dimulai dari sekolah dasar di Sekolah Dasar Negeri, selesai Tahun 1976, Sekolah Menengah Pertama Negeri IX Medan, selesai tahun1980, Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Medan, selesai Tahun 1983, Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara, selesai Tahun 1995.

Penulis mulai bekerja di Rumah Sakit Widya Husada Medan tahun 1996 sampai tahun 2002, sebagai Direktris Akademi Kebidanan Widya Husada Medan tahun 2002 sampai sekarang.

Penulis mengikuti pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sejak tahun 2010 dan menyelesaikan studi tahun 2012.


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Hipotesis ... 8

1.5. Manfaat Penelitian ... 9

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Komunikasi ... 10

2.1.1. Prinsip Dasar Komunikasi ... 10

2.1.2. Unsur-Unsur Komunikasi ... 10

2.1.3. Bentuk-Bentuk Komunikasi ... 11

2.1.3.1. Komunikasi Interpersonal (Face to Face) ... 11

2.1.3.2. Komunikasi Kelompok (Forum) ... 15

2.1.4. Komunikasi Terapeutik ... 19

2.1.5. Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik ... 19

2.1.6. Tujuan Komunikasi Terapeutik ... 20

2.1.7. Hal yang Harus Diperhatikan Petugas Kesehatan .. 21

2.1.8. Tehnik-Tehnik Komunikasi Terapeutik ... 23

2.2. Kenyamanan ... 25

2.2.1. Pengertian Kenyamanan ... 25

2.2.2. Kebutuhan Rasa Nyaman ... 26

2.2.3. Prinsip Umum Sayang Ibu ... 27

2.2.4. Asuhan Ibu Selama Persalinan ... 27

2.3. Persalinan ... 29

2.3.1. Etiologi ... 30

2.3.2. Tanda dan Gejala Persalinan ... 31

2.3.3. Faktor-faktor yang Penting Dalam Persalinan ... 32

2.4. Landasan Teori ... 33


(14)

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 35

3.1. Jenis Penelitian ... 35

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35

3.3. Populasi dan Sampel ... 36

3.3.1. Populasi ... 36

3.3.2. Sampel ... 36

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 37

3.4.1. Jenis Data ... 37

3.4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 38

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 39

3.5.1. Variabel Bebas ... 39

3.5.2. Variabel Terikat . ... 41

3.6. Metode Pengukuran ... 42

3.7. Metode Analisis Data ... 43

3.7.1. Analisis Univariat... 43

3.7.2. Analisis Bivariat ... 43

3.7.3. Analisis Multivariat ... 43

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 45

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 45

4.2. Karakteristik Responden ... 46

4.2.1. Distribusi Karakteristik Ibu yang Menghadapi Persalinan di Kecamatan Medan Marelan 46

4.3. Analisis Univariat ... 47

4.3.1. Komunikasi Terapeutik ... 47

4.3.2. Kenyamanan Ibu Pra Persalinan ... 58

4.4. Analisis Bivariat ... 58

4.5. Analisis Multivariat ... 61

BAB 5. PEMBAHASAN ... 66

5.1. Pengaruh Faktor Komunikasi Terapeutik (Keterbukaan) . terhadap Kenyamanan Ibu Pra Persalinan di Kecamatan Medan Marelan ... 66

5.2. Pengaruh Faktor Komunikasi Terapeutik (Empati ) . terhadap Kenyamanan Ibu Pra Persalinan di Kecamatan Medan Marelan ... 68

5.3. Pengaruh Faktor Komunikasi Terapeutik (Sikap Medukung) terhadap Kenyamanan Ibu Pra Persalinan di Kecamatan Medan Marelan ... 69

5.4. Pengaruh Faktor Komunikasi Terapeutik (Sikap Positif ) terhadap Kenyamanan Ibu Pra Persalinan di Kecamatan Medan Marelan ... 71


(15)

5.5. Pengaruh Faktor Komunikasi Terapeutik (Kesetaraan) terhadap Kenyamanan Ibu Pra Persalinan di Kecamatan

Medan Marelan ... 73

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 77

6.1. Kesimpulan ... 77

6.2. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 79


(16)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1 Hasil Uji Validitas Variabel Komunikasi Terapeutik (Keterbukaan, Empati, Sikap Mendukung, Sikap Positif dan

Kesetaraan) ... 38 3.2 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Komunikasi Terapeutik

(Keterbukaan, Empati, Sikap Mendukung, Sikap Positif dan

Kesetaraan) ... 40 3.3 Variabel, Cara, Alat, Skala dan Hasil Pengukuran…………. 44 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu yang Akan

Menghadapi Persalinan di Kecamatan Medan Marelan

……... 48 4.2 Distribusi Frekuensi Keterbukaan Bidan pada Ibu yang

Akan Menghadapi Persalinan di Kecamatan Medan

Marelan ……….. 49 4.3 Distribusi Frekuensi Kategori Keterbukaan Bidan pada Ibu

yang Akan Menghadapi Persalinan di Kecamatan Medan

Marelan….. ………... 50 4.4 Distribusi Frekuensi Empati Bidan pada Ibu yang Akan

Menghadapi Persalinan di Kecamatan Medan Marelan

……... 51 4.5 Distribusi Frekuensi Kategori Empati Bidan pada Ibu yang

Akan Menghadapi Persalinan di Kecamatan Medan

Marelan... 51 4.6 Distribusi Frekuensi Sikap Mendukung Bidan pada Ibu

yang Akan Menghadapi Persalinan di Kecamatan Medan

Marelan ………... 52 4.7 Distribusi Frekuensi Kategori Sikap Mendukung Bidan pada

Ibu yang Akan Menghadapi Persalinan di Kecamatan


(17)

4.8 Distribusi Frekuensi Sikap Positif Bidan pada Ibu yang Akan Menghadapi Persalinan di Kecamatan Medan Marelan...

54 4.9 Distribusi Frekuensi Kategori Sikap Mendukung Bidan pada

Ibu yang Akan Menghadapi Persalinan di Kecamatan

Medan Marelan ………. 54 4.10 Distribusi Frekuensi Kesetaraan Bidan pada Ibu yang Akan

Menghadapi Persalinan dalam Berkomunikasi di Kecamatan

Medan Marelan …... 55 4.11 Distribusi Frekuensi Kategori Kesetaraan Bidan Saat

Berkomunikasi dan pada Ibu yang Akan Menghadapi

Persalinan di Kecamatan Medan Marelan ………. 56 4.12 Distribusi Frekuensi Kenyaman Ibu Pra Persalinan di

Kecamatan Medan Marelan ………. 57 4.13 Hubungan Komunikasi Terapeutik Bidan dengan

Kenyamanan Ibu Pra Persalinan di Kecamatan Medan

Marelan ...………….... 59 5.14 Pengaruh Komunikasi Terapeutik (Keterbukaan, Empati,

Sikap Mendukung dan Sikap Positif) Bidan terhadap Kenyamanan Ibu Pra Persalinan di Kecamatan Medan


(18)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Kerangka Teori Devito (1997) ... 33 2.2. Kerangka Konsep Penelitian ... 34


(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Kesioner ……….……… 79

2 Master Data Penelitian ……..………. 83


(20)

ABSTRAK

Pengamatan pendahuluan di Kecamatan Medan Marelan menunjukkan bahwa masih banyak ibu merasa tidak nyaman untuk menghadapi proses persalinan. Hal ini terkait dengan faktor komunikasi terapeutik (keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif dan kesetaraan) dari bidan.

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh faktor komunikasi terapeutik (keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif dan kesetaraan) terhadap kenyamanan ibu pra persalinan di Wilayah Kerja Kecamatan Medan Marelan. Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat explanatory research. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang akan menghadapi persalinan yang ada di Kecamatan Medan Marelan yang berjumlah 229 orang dan sampel sebesar 68 orang. Data penelitian ini diperoleh dengan wawancara dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan regresi logistik ganda pada α = 5%.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh komunikasi terapeutik (keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif dan kesetaraan) terhadap kenyamanan pra persalinan di Kecamatan Medan Marelan.

Disarankan kepada bidan untuk meningkatkan komunikasi terapeutik dalam upaya meningkatkan kenyamanan pra persalinan dengan cara mengumpulkan ibu hamil untuk pelaksanaan konseling, kepada tenaga kesehatan khususnya di wilayah kerja Kecamatan Medan Marelan agar lebih aktif melakukan komunikasi terapeutik tentang persalinan kepada ibu dan kepada ibu pra persalinan hendaknya tidak perlu merasa tidak nyaman dalam menghadapi persalinan karena kenyamanan ibu dalam menghadapi persalinan akan membantu ibu untuk siap menghadapi proses persalinan.


(21)

ABSTRACT

At the health center Marelan Medan shows that many mothers feel uncomfortable to deal with labor. It is associated with therapeutic communication factors (openness, empathy, being supportive, positive attitude, and equity) of midwives.

This study aimed to clarify the effect of therapeutic communication factors (openness, empathy, being supportive, positive attitude and equality) to antenatal maternal comfort in Medan Marelan Work Area Health Center. This research is an explanatory survey research. The population in this study are all women who will face labor (Data Health Center in September 2012) in Medan District Marelan amounting to 229 people and a sample size of 68 people. The data were obtained by interview using a questionnaire and analyzed by multiple logistic regression at α = 5%.

The results of this study indicate that there are effects of therapeutic communication (openness, empathy, being supportive, positive attitude and equity) for comfort at the health center antenatal Marelan Medan.

It is suggested that midwives to enhance therapeutic communication in an effort to improve the comfort of antenatal pregnant women by collecting for the implementation of counseling, the health workers, especially in health centers Medan District Marelan to be more active in therapeutic communication about delivery to the mother and to the ante-natal mothers should not have to feel uncomfortable in the face of labor for maternal comfort in the face of labor will help women to prepare for childbirth.


(22)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Agar persalinan berjalan lancar dan tidak perlu khawatir terhadap apa dan bagaimana persiapan selama persalinan berjalan, tidak ada salahnya jika jauh-jauh hari mempersiapkan kebutuhan persalinan tersebut. Berikut beberapa hal yang wajib untuk membuat rencana persalinan yang meliputi tempat persalinan, memilih tenaga kesehatan terlatih, siapa yang akan menemani persalinan, berapa biaya yang dibutuhkan, siapa yang akan menjaga keluarganya jika ibu melahirkan, membuat rencana pembuatan keputusan jika kegawat daruratan pada saat pembuat keputusan utama tidak ada, siapa pembuat keputusan utama dalam keluarga, siapa yang akan membuat keputusan jika si pembuat keputusan utama tidak ada saat terjadi kegawat daruratan (Sholihah, 2009).

Setelah minggu-minggu terakhir kehamilan ibu waktu persiapan akan terasa begitu sedikit dan kapan waktu persalinan akan terjadi kadang tak dapat dipastikan. Untuk itu lebih baik jika ibu sudah mempersiapkan apa saja yang harus dibawa ke rumah sakit pada saat hari yang ditunggu tersebut tiba. Setelah kehamilan ibu mencapai sekitar 7 bulan atau akhir kehamilan 28 minggu persiapkanlah barang-barang untuk persalinan yang akan dibawa ke rumah sakit dan masukkan kedalam satu tas khusus. Ibu tidak boleh lupa memberitahukan suami ibu mengenai tas khusus yang telah ibu persiapkan ini, sehingga bila harinya tiba semuanya telah siap dan


(23)

suami ibu pun tidak lupa untuk membawa serta tas besar yang telah ibu persiapkan jauh-jauh hari sebelumnya ini (Mailani, 2010).

Memasuki bulan-bulan terakhir, dimana ibu sudah bersiap menghadapi persalinan, sang ibu harus mempersiapkan mentalnya lebih kuat lagi. Pada periode trimester ke tiga akhir, selain beban tubuh ibu semakin berat, ibu juga sering mengalami perasaan takut karena membayangkan proses persalinan yang sulit dan kamar operasi. Oleh karena itu, suami harus hadir sebagai pendamping yang bisa menyamankan kondisi istri (Sarimpi, 2011).

Selain itu, kesiapan mental ibu pun sangat diperlukan ketika harus menghadapi persalinan yang berisiko. Pada banyak kasus, persalinan tidak bisa berjalan normal, ada perdarahan, persalinan panjang, bayi terlilit tali pusat, sungsang, dan sebagainya, yang bisa saja mengancam nyawa ibu. Ada juga penyebabnya penyakit penyerta ibu, misalnya diabetes mellitus, preeclamsi, sesak nafas dan sebagainya. Bila mengetahui bahwa persalinan nanti akan bermasalah, sebaiknya persiapan mental ibu dilakukan jauh hari sebelum persalinan. Dengan begitu bila nantinya diperlukan berbagai tindakan darurat, ibu sudah langsung bisa mengatasi kondisi mentalnya (Sarimpi, 2011).

Dukungan bidan sangat diperlukan agar psikis ibu bisa terangkat saat menjalani proses persalinan. Dengan begitu ibu bisa lebih kuat, nyaman, percaya diri, dan ringan ketika bersalin. Saat itu, rasa empati bidan pun dapat tumbuh lebih dalam, sehingga penghargaan terhadap perjuangan ibu bisa tumbuh lebih sempurna. Walaupun begitu, tidak semua ibu punya mental yang kuat untuk menghadapi


(24)

persalinan. Ketika ibu panik dan kesakitan hingga berteriak-teriak, bidan amat dituntut kesabaran dan ketenangannya untuk tetap menenteramkan dan mendukung ibu dalam menjalani proses persalinan. Salah satu untuk mengatasi masalah seperti ini dengan jalan komunikasi terapeutik bidan kepada ibu yang akan menghadapi proses persalinan (Prayogi, 2012).

Komunikasi terapeutik bidan merupakan suatu pertukaran informasi, berbagi ide dan pengetahuan bidan kepada ibu pra persalinan. Hal ini berupa proses dua arah dimana informasi, pemikiran, ide, perasaan atau opini disampaikan atau dibagikan melalui kata-kata, tindakan maupun isyarat untuk mencapai pemahaman bersama. Komunikasi yang baik berarti bahwa para pihak terlibat secara aktif yaitu antara bidan dan ibu pra persalinan. Hal ini akan menolong mereka untuk mengalami cara baru mengerjakan atau memikirkan sesuatu, dan hal ini kadang-kadang disebut pembelajaran partisipatif. Semua aktifitas manusia melibatkan komunikasi, namun karena kita sering menerimanya begitu saja, kita tidak selalu memikirkan bagaimana kita berkomunikasi dengan yang lain dan apakah efektif atau tidak. Komunikasi yang baik berarti bahwa para pihak terlibat secara aktif yaitu antara bidan dan ibu pra persalinan sehingga akan mengalami difusi inovasi bagi ibu dalam menghadapi pra persalinan (Natsir, 2008).

Teori difusi inovasi pada dasarnya menjelaskan proses bagaimana suatu inovasi disampaikan (dikomunikasikan) melalui saluran-saluran tertentu sepanjang waktu kepada sekelompok anggota dari sistem sosial. Hal tersebut sejalan dengan pengertian difusi dari Rogers (1961), yaitu “as the process by which an innovation is


(25)

communicated through certain channels over time among the members of a social system.” Lebih jauh dijelaskan bahwa difusi adalah suatu bentuk komunikasi yang bersifat khusus berkaitan dengan penyebaran pesan-pesan yang berupa gagasan baru, atau dalam istilah Rogers (1971) difusi menyangkut “which is the spread of a new idea from its source of invention or creation to its ultimate users or adopters.” (Rogers, 1971).

Komunikasi yang baik melibatkan pemahaman bagaimana orang berhubungan dengan yang lain, mendengarkan apa yang dikatakan dan mengambil pelajaran dari hal tersebut. Komunikasi terapeutik yang dilaksanakan oleh bidan akan memberikan pengaruh terhadap kenyamanan ibu pra persalinan (Nengah , 2010).

Bidan sangat berpengaruh terhadap kondisi mental dan emosional ibu selama persalinan. Mengurangi rasa takut, ketidak pastian, tekanan dan rasa kesepian akan perasaan ibu jauh berbeda antara ibu yang merasa putus asa dan tidak dapat mengontrol dengan ibu yang merasa aman dan percaya diri. Bidan harus menggunakan kekuatan untuk membuat perasaan ibu merasa senang, aman dan nyaman selama persalinan (Nengah, 2010).

Selain itu bidan dituntut untuk melakukan komunikasi terapeutik dalam tindakan kebidanan agar ibu pra persalinan atau keluarganya tahu tindakan apa yang akan dilakukan pada ibu, kehadiran atau sikap benar-benar ada untuk ibu. Namun pada kenyataannya banyak bidan yang tidak menerapkan komunikasi terapeutik terhadap ibu pra persalinan. Bidan tersebut tidak lagi memberikan kenyamanan dan motivasi. Mereka hanya sekedar mengetahui tentang komunikasi terapeutik, pada hal


(26)

komunikasi terapeutik memiliki peran yang sangat besar terhadap kenyamanan ibu sebelum menghadapi persalinan (Tyastuti, 2008).

Ibu yang akan menghadapi persalinan, tanpa adanya komunikasi yang baik dan seseorang yang ada disamping ibu ketika mengahadapi persalinan, ibu yang akan menghadapi persalinan tersebut bisa mengalami stress. Hal ini akan berdampak buruk bagi ibu dan calon bayinya nanti (Henderson, 2006).

Bidan bertanggung jawab memberikan motivasi, dukungan fisik, rasa nyaman, aman dan percaya diri. Pada saat menjelang persalinan bidan juga memberikan intervensi komunikasi terapeutik dengan memberikan informasi, membantu ibu mengalihkan keluhan yang dialami ibu seperti rasa nyeri saat kontraksi berlangsung. Dukungan ini akan menimbulkan efek positif terhadap persalinan dalam arti dapat menurunkan angka morbiditas, mengurangi rasa sakit persalinan menjadi lebih singkat dan menurunkan tingkat nyeri persalinan (Kartikasari, 2005).

Bidan yang memiliki keterampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak saja akan mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan ibu, mencegah terjadi masalah legal, memberikan rasa kepuasan profesional dalam pelayanan kebidanan dan meningkatkan citra profesi kebidanan,tetap yang paling penting adalah mengamalkan ilmunya untuk memberikan pertolongan terhadap sesama manusia (Tyastuti, 2008). Secara sederhananya, komunikasi terapeutik merupakan perantara dalam penyampaian informasi dari komunikator kepada komunikate yang bertujuan untuk efisiensi penyebaran informasi atau pesan (Burgon & Huffner, 2002). Efisiensi penyebaran informasi dengan adanya komunikasi akan lebih membuat penyebaran


(27)

informasi menjadi efisien. Oleh karena itu, bidan diharapkan mampu dalam memberikan KIE (Komunikasi Informasi Edukasi) yang lebih efektif kepada ibu pra persalinan sehingga mereka tidak lagi merasa tidak nyaman untuk menghadapi proses persalinan (Kartikasari, 2005).

Di Indonesia pada saat ini komunikasi terapeutik tentang pra persalinan sudah dilaksanakan dengan baik. Berbagai cara telah dilakukan misalnya dengan penyuluhan, pengobatan gratis guna memaksimalkan komunikasi yang berguna meningkatkan pengetahuan dan pemahaman ibu sehingga ibu pra persalinan dapat merasa nyaman untuk menghadapi persalinan (Christina, 2003).

Ibu pra persalinan yang tidak mendapatkan komunikasi terapeutik untuk menghadapi proses persalinan dapat mengakibatkan beban perasaan dan pikiran selama proses persalinan, dan membuat itu tidak nyaman dalam menghadapi proses persalinan sehingga kesehatan dan kejiwaan ibu dan proses persalinan tidak dapat berjalan dengan semestinya. Sentuhan dan komunikasi terapeutik bidan terhadap klien akan memberi rasa nyaman dan dapat membantu relaksasi (Christina, 2003).

Paradigma ibu hamil, masih menganggap persalinan itu merupakan pertaruhan hidup dan mati, sehingga wanita yang akan melahirkan mengalami ketakutan, khususnya takut mati baik bagi dirinya sendiri ataupun bayi yang akan dilahirkan. Faktor psikis dalam menghadapi persalinan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi lancar tidaknya proses kelahiran dimana kecemasan atau ketegangan, rasa tidak aman dan kekhawatiran juga berpengaruh.


(28)

Menurut penelitian Cahyono (2010) dampak kurangnya komunikasi terapeutik bidan terhadap ibu untuk menghadapi proses persalinan diperoleh bahwa tingkat kecemasan pada ibu hamil untuk mengahadapi proses persalinan di dapat tingkat berat sebesar 30%, tingkat sedang sebesar 55%, tingkat ringan sebesar 15%, pada penelitian ini telah disarankan agar KIE yang

Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti di Kecamatan Medan Marelan didapat bahwa ada ibu merasa tidak nyaman dan ada juga merasa nyaman untuk menghadapi proses persalinan. Berdasarkan hasil wawancara pada 10 orang ibu pra persalinan diperoleh sebesar 70 % ibu merasa tidak nyaman untuk menghadapi proses persalinan.Faktor yang menyebabkan ibu pra persalinan tidak nyaman untuk menghadapi persalinan antara lain adalah faktor komunikasi terapeutik (keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif dan kesetaraan) dari bidan dengan ibu pra persalinan. Komunikasi terapeutik oleh bidan dengan ibu pra persalinan di Kecamatan Medan Marelan sudah sering dilaksanakan oleh bidan, namun komunikasi terapeutik tersebut belum sesuai dengan yang diharapkan.

baik dan benar dalam masa kehamilan, dapat diterapkan dan diberikan kepada ibu dan mengikut sertakan peranan orang terdekat dalam menghadapi persalinan.

Bidan kurang mengkomunikasikan kepada ibu pra persalinan tentang keluhan-keluhan pra persalinan,hal-hal yang di alami oleh ibu terutama saat menghadapi persalinan dan kurang berusaha untuk memberikan rasa nyaman berupa dorongan atau motivasi terutama dalam hal psikologis dalam menghadapi persalinan.Pada kenyataannya komunikasi terapeutik dari bidan sangat diperlukan oleh ibu pra


(29)

persalinan untuk meningkatkan persiapan ibu dalam menghadapi proses persalinan yang akan dihadapi.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti pengaruh komunikasi terapeutik (keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif dan kesetaraan) terhadap kenyamanan ibu pra persalinan di Wilayah Kerja Kecamatan Medan Marelan.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan adalah bagaimana pengaruh komunikasi terapeutik (keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif dan kesetaraan) bidan terhadap kenyamanan ibu pra persalinan di Wilayah Kerja Kecamatan Medan Marelan.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh komunikasi terapeutik (keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif dan kesetaraan) bidan terhadap kenyamanan ibu pra persalinan di Wilayah Kerja Kecamatan Medan Marelan.

1.4. Hipotesis

Ada pengaruh komunikasi terapeutik (keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif dan kesetaraan) bidan terhadap kenyamanan ibu pra persalinan di Wilayah Kerja Kecamatan Medan Marelan.


(30)

1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Bagi Peneliti

Sebagai upaya untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti khususnya tentang komunikasi terapeutik.

1.5.2. Bagi Kecamatan Medan Marelan

Sebagai informasi dalam upaya meningkatkan kenyamanan ibu pra persalinan dalam menghadapi persalinan.

1.5.3. Bagi Tenaga Kesehatan

Bagi tenaga kesehatan agar meningkatkan kualitas pemberian komunikasi terapeutik.

1.5.4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selajutnya sebagai referensi pengembangan ilmu kesehatan masyarakat, khususnya yang terkait dengan kenyamanan ibu pra persalinan.


(31)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Komunikasi

2.1.1. Prinsip Dasar Komunikasi

Komunikasi adalah proses pengopoperasian rangsangan (stimulus) dalam bentuk lambang atau simbol bahasa atau gerak (non-verbal), untuk mempengaruhi perilaku orang lain. Proses komunikasi yang menggunakan stimulus atau respon dalam bentuk bahasa baik lisan maupun tulisan selanjutnya disebut komunikasi verbal. Sedangkan apabila proses komunikasi tersebut menggunakan simbol-simbol disebut kmunikasi non-verbal (Setiawati, 2008).

2.1.2. Unsur-unsur Komunikasi

Agar terjadi komunikasi yang efektif antara pihak satu dengan pihak yang lain, antara kelompok satu dengan yang lain, atau seseorang dengan orang lain diperlukan keterlibatan beberapa unsur komunikasi, yakni : Komunikator (source) adalah orang atau sumber yang menyampaikan atau mengeluarkan stimulus antara lain dalam bentuk informasi atau lebih tepatnya disebut pesan yang harus disampaikan. Komunikan (recevier) adalah pihak yang menerima stimulus dan memberikan respon terhadap stimulus tersebut. Respon bisa aktif dalam bentuk ungkapan ataupun pasif dalam bentuk pemahaman. Pesan (message) adalah isi stimulus yang dikeluarkan oleh komunikator (sumber) kepada komunikan. Unsur komunikasi yang terakhir yaitu Saluran (media), adalah alat atau sarana yang


(32)

digunakan oleh komunikan dalam menyampaikan pesan atau informasi kepada komunikan (Notoatmodjo, 2003).

2.1.3. Bentuk-bentuk Komunikasi

2.1.3.1. Komunikasi Interpersonal/Tatap Muka (Face to Face) 2.1.3.1.1. Pengertian

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal atau nonverbal guru-murid dan sebagainya (Mulyana, 2000).

Menurut Effendi, pada hakekatnya komunikasi interpersonal adalah komunikasi antar komunikator dengan komunika sifatnya yang dialogis berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung, komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga. Pada saat komunikasi dilancarkan, komunikator mengetahui secara pasti apakah komunikasinya positif atau negatif, berhasil atau tidaknya. Jika ia dapat memberikan kesempatan pada komunikan untuk bertanya seluas-luasnya (Sunarto, 2003).

2.1.3.1.2. Faktor-faktor Efektivitas Komunikasi Interpersonal

Menurut Devito (1997) bahwa faktor-faktor efektivitas komunikasi interpersonal dimulai dengan lima kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu :


(33)

1. Keterbukaan (Openness)

Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya.memang ini mungkin menarik, tapi biasanya tidak membantu komunikasi. Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut.

Aspek keterbukaan yang kedua mengacu kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan yang menjemukan. Kita ingin orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita ucapkan. Dan kita berhak mengharapkan hal ini. Tidak ada yang lebih buruk daripada ketidak acuhan, bahkan ketidak sependapatan jauh lebih menyenangkan. Kita memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain.

Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran (Bochner dan Kelly, 1974). Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang anda lontarkan adalah memang milik anda dan anda bertanggung jawab atasnya. Cara terbaik untuk menyatakan tanggung jawab ini adalah dengan pesan yang menggunakan kata Saya (kata ganti orang pertama tunggal).


(34)

2. Empati (Empathy)

Empati adalah sebagai ”kemampuan seseorang untuk ‘mengetahui’ apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu.” Bersimpati, di pihak lain adalah merasakan bagi orang lain atau merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya, berada di kapal yang sama dan merasakan perasaan yang sama dengan cara yang sama. Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang.

3.

Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun non verbal. Secara nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan (1) keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai; (2) konsentrasi terpusat meliputi komtak mata, postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik; serta (3) sentuhan atau belaian yang sepantasnya. Sikap Mendukung (Supportiveness)

Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung (supportiveness). Suatu konsep yang perumusannya dilakukan berdasarkan karya Jack Gibb. Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap (1) deskriptif, bukan evaluatif, (2) spontan, bukan strategic, dan (3) provisional, bukan sangat yakin.


(35)

4. Sikap Positif (Positiveness)

Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal dengan sedikitnya dua cara: (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri.

5.

Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati interaksi atau tidak bereaksi secara menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi.

Kesetaraan (Equality)

Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang mungkin lebih pandai. Lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis daripada yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Dalam suatu hubungan interpersonal yang ditandai oleh kesetaraan, ketidak-sependapatan dan konflik lebih dillihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain.kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal


(36)

pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain, atau menurut istilah Carl Rogers, kesetaraan meminta kita untuk memberikan ”penghargaan positif tak bersyarat” kepada orang lain.

2.1.3.2. Komunikasi Kelompok (Forum) 2.1.3.2.1. Pengertian

Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan sebagainya (Anwar Arifin, 1984). Michael Burgoon dalam (Wiryanto, 2005) mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat.

Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Deddy, 2005). Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Dalam komunikasi kelompok, juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok.


(37)

2.1.3.2.2. Faktor-faktor Efektivitas Komunikasi Kelompok

Anggota-anggota kelompok bekerja sama untuk mencapai dua tujuan yaitu melaksanakan tugas kelompok dan memelihara moral anggota-anggotanya. Tujuan pertama diukur dari hasil kerja kelompok-disebut prestasi (performance) tujuan kedua diketahui dari tingkat kepuasan (satisfacation). Jadi, bila kelompok dimaksudkan untuk saling berbagi informasi (misalnya kelompok belajar), maka keefektifannya dapat dilihat dari beberapa banyak informasi yang diperoleh anggota kelompok dan sejauh mana anggota dapat memuaskan kebutuhannya dalam kegiatan kelompok. Untuk itu faktor-faktor keefektifan kelompok dapat dilacak pada karakteristik kelompok, yaitu:

1. Ukuran Kelompok

Hubungan antara ukuran kelompok dengan prestasi kerja kelompok bergantung pada jenis tugas yang harus diselesaikan oleh kelompok. Tugas kelompok dapat dibedakan dua macam, yaitu tugas koaktif dan interaktif. Pada tugas koaktif, masing-masing anggota bekerja sejajar dengan yang lain, tetapi tidak berinteraksi. Pada tugas interaktif, anggota-anggota kelompok berinteraksi secara teroganisasi untuk menghasilkan suatu produk, keputusan, atau penilaian tunggal. Pada kelompok tugas koatif, jumlah anggota berkorelasi positif dengan pelaksanaan tugas. Yakni, makin banyak anggota makin besar jumlah pekerjaan yang diselesaikan. Misal satu orang dapat memindahkan tong minyak ke satu bak truk dalam 10 jam, maka sepuluh orang dapat memindahkan pekerjaan tersebut dalam satu jam. Tetapi, bila mereka sudah mulai berinteraksi, keluaran secara


(38)

keseluruhan akan berkurang. Faktor lain yang mempengaruhi hubungan antara prestasi dan ukuran kelompok adalah tujuan kelompok. Bila tujuan kelompok memelukan kegiatan konvergen (mencapai suatu pemecahan yang benar), hanya diperlukan kelompok kecil supaya produktif, terutama bila tugas yang dilakukan hanya membutuhkan sumber, keterampilan, dan kemampuan yang terbatas. Bila tugas memerlukan kegiatan yang divergen (seperti memhasilkan gagasan berbagai gagasan kreatif), diperlukan jumlah anggota kelompok yang lebih besar. Dalam hubungan dengan kepuasan, Hare dan Slater dalam Rakmat (2004) menunjukkan bahwa makin besar ukuran kelompok makin berkurang kepuasan anggota-anggotanya. Slater menyarankan lima orang sebagai batas optimal untuk mengatasi masalah hubungan manusia. Kelompok yang lebih dari lima orang cenderung dianggap kacau, dan kegiatannya dianggap menghambur-hamburkan waktu oleh anggota-anggota kelompok.

2. Jaringan Komunikasi

Terdapat beberapa tipe jaringan komunikasi, diantaranya adalah sebagai berikut: roda, rantai, Y, lingkaran, dan bintang.

Dalam hubungan dengan prestasi kelompok, tipe roda menghasilkan produk kelompok tercepat dan terorganisir.

3. Kohesi Kelompok

Kohesi kelompok didefinisikan sebagai kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal dalam kelompok, dan mencegahnya meninggalkan kelompok. McDavid dan Harari dalam Jalaluddin (2004) menyarankam bahwa


(39)

kohesi diukur dari beberapa faktor sebagai berikut: ketertarikan anggota secara interpersonal pada satu sama lain; ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok; sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan personal. Kohesi kelompok erat hubungannya dengan kepuasan anggota kelompok, makin kohesif kelompok makin besar tingkat kepuasan anggota kelompok. Dalam kelompok yang kohesif, anggota merasa aman dan terlindungi, sehingga komunikasi menjadi bebas, lebih terbuka, dan lebih sering. Pada kelompok yang kohesifitasnya tinggi, para anggota terikat kuat dengan kelompoknya, maka mereka makin mudah melakukan konformitas. Makin kohesif kelompok, makin mudah anggota-anggotanya tunduk pada norma kelompok, dan makin tidak toleran pada anggota yang devian.

4. Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah komunikasi yang secara positif mempengaruhi kelompok untuk bergerak ke arah tujuan kelompok. Kepemimpinan adalah faktor yang paling menentukan kefektifan komunikasi kelompok. Klasifikasi gaya kepemimpinan yang klasik dilakukan oleh White dan Lippit (1960). Mereka mengklasifikasikan tiga gaya kepemimpinan: otoriter; demokratis; dan laissez faire. Kepemimpinan otoriter ditandai dengan keputusan dan kebijakan yang seluruhnya ditentukan oleh pemimpin. Kepemimpinan demokratis menampilkan pemimpin yang mendorong dan membantu anggota kelompok untuk membicarakan dan memutuskan semua kebijakan. Kepemimpinan laissez faire


(40)

memberikan kebebasan penuh bagi kelompok untuk mengambil keputusan individual dengan partisipasi dengan partisipasi pemimpin yang minimal.

2.1.4. Komunikasi Terapeutik

Menurut Purwanto (1994), komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk memengaruhi orang lain. Pada dasarnya komunikasi terapeutik merupakan komunikasi profesional yang mengarah pada tujuan yaitu memengaruhi kenyaman ibu pra persalinan.

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan seorang bidan dengan teknik-teknik tertentu. Komunikasi terapeutik merupakan salah satu cara untuk membina hubungan saling percaya terhadap ibu pra persalinan dan pemberian informasi yang akurat kepada ibu pra persalinan, sehingga diharapkan dapat berdampak pada peningkatan kenyamanan ibu pra persalinan yang akan menghadapi proses persalinan.

2.1.5. Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik

Menurut Suryani (2005) ada beberapa prinsip dasar yang harus dipahami dalam membangun dan mempertahankan hubungan yang terapeutik. Pertama, hubungan bidan dengan ibu pra persalinan adalah hubungan terapeutik yang saling menguntungkan. Hubungan bidan dengan ibu pra persalinan tidak hanya sekedar hubungan seorang penolong dengan kliennya tapi lebih dari itu, yaitu hubungan antar manusia yang bermartabat.

Kedua, bidan harus menghargai keunikan ibu pra persalinan. Tiap individu mempunyai karakter yang berbeda-beda. Karena itu bidan perlu memahami perasaan


(41)

dan perilaku ibu pra persalinan dengan melihat perbedaan latar belakang keluarga, budaya dan keunikan setiap individu.

Ketiga, semua komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri pemberi maupun penerima pesan, dalam hal ini bidan harus mampu menjaga harga dirinya dan harga diri ibu pra persalinan.

Keempat, komunikasi yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling percaya harus dicapai terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan dan memberikan alternatif pemecahan masalah, hubungan saling percaya antara bidan dan ibu pra persalinan adalah kunci dari komunikasi terapeutik.

2.1.6. Tujuan Komunikasi Terapeutik

Menurut Purwanto (1994), tujuan komunikasi terapeutik adalah, membantu klien atau pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal yang diperlukan, mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif serta mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri.

Komunikasi terapeutik memegang peranan penting karena dengan komunikasi yang baik diberikan oleh bidan dapat membantu ibu pra persalinan memperjelas dan mengurangi beban pikiran ibu pra persalinan, meningkatkan pengetahuan ibu pra persalinan dan diharapkan dapat memengaruhi ibu pra persalinan untuk menanamkan kepercayaan dalam menghadapi proses persalinan.


(42)

2.1.7. Hal-hal yang Harus Diperhatikan Bidan dalam Komunikasi Terapeutik

Dalam melakukan komunikasi terapeutik, ada beberapa hal yang harus diperhatikan bidan, antara lain sikap bidan dalam melakukan hubungan, materi hubungan dan teknik komunikasi terapeutik.

Seorang bidan perlu memperhatikan sikap tertentu untuk melakukan komunikasi terapeutik. Egan dalam Kozier (1983) mengidentifikasi lima sikap atau cara menghadirkan diri secara fisik untuk memfasilitasi komunikasi terapeutik, yaitu berhadapan, posisi berhadapan menunjukan/memberi isyarat ”saya siap untuk anda”. Posisi yang tidak lurus menghadap wajah ibu pra persalinan menunjukan keterlibatan yang kurang. Mempertahankan kontak mata, kontak mata sejajar menunjukan bidan menghargai ibu pra persalinan dan menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi. Membungkuk ke arah ibu pra persalinan, posisi membungkuk ke arah ibu pra persalinan memberi makna ada keinginan untuk mengatakan atau mendengarkan sesuatu. Mempertahankan postur terbuka, tidak melipat kaki atau tangan menunjukan keterbukaan untuk berkomunikasi.

Jarak yang terbentuk antara bidan dan ibu pra persalinan menunjukkan juga keintiman dan keterbukaan sikap dalam hubungan yang terbentuk antara bidan dan ibu pra persalinan. Hall dalam kozier (1995) menyatakan bahwa hubungan intim berjarak dari nol (kontak tubuh) sampai 45 cm. Hubungan personal memiliki jarak antar individu antara 45-120 cm, hubungan sosial dalam jarak antara 1,2-3,6 meter, dan hubungan publik dengan jarak antarpersonal lebih dari 3,6 meter.


(43)

Lebih jauh, keintiman juga tercermin dari sentuhan tubuh, kemampuan merasakan bau tubuh, dan kehangatan suhu tubuh individu lain, serta frekuensi dan kualitas kontak mata terbentuk. Dan sikap yang yang terakhir yaitu rileks, sikap rileks menciptakan iklim kondusif bagi ibu pra persalinan untuk tetap melakukan komunikasi dan memungkinkan pengembangan komunikasi. Situasi yang rileks tercipta melalui posisi tubuh yang digunakan selama komunikasi, intonasi pembicaraan, dan penggunaan kata-kata yang tepat atau mengandung humor. Pemilihan kata juga penting untuk menimbulkan kesan rileks bagi ibu pra persalinan. Situasi rileks penting bagi ibu pra persalinan untuk meningkatkan kepercayaan dan keterbukaan diri dengan bidan tetap mempertahankan kesan profesional.

Saat melakukan hubungan terapeutik, materi hubungan juga harus diperhatikan bidan. Materi dalam komunikasi terapeutik diorientasikan untuk mencapai tujuan hubungan. Isi (content) komunikasi yang dilakukan antara bidan dan ibu pra persalinan dilakukan sesuai kontrak yang telah dibuat antara ibu pra persalinan dan bidan sehingga nilai-nilai hubungan profesional tetap terjaga (Tamsuri, 2005).

Kemudian yang tidak kalah pentingnya harus diperhatikan adalah komunikasi terapeutik. Sebagaimana penjelasan bahwa hubungan yang terbentuk antara bidan dan ibu pra persalinan selalu memerlukan komunikasi dan mengacu pada pemahaman bahwa komunikasi merupakan salah satu sarana untuk membina hubungan profesional antara bidan dan ibu pra persalinan, penting kiranya seorang bidan memiliki keterampilan berkomunikasi supaya komunikasi yang dilakukan berguna


(44)

untuk mempertahankan hubungan bidan-ibu pra persalinan, mempengaruhi prilaku klien menuju pola-pola kesehatan, meningkatkan integritas ibu pra persalinan, dan akhirnya menimbulkan efek mengatasi masalah ibu pra persalinan (Tamsuri, 2005).

2.1.8. Teknik-teknik Komunikasi Terapeutik

Tiap ibu pra persalinan tidak sama oleh karena itu diperlukan penerapan teknik berkomunikasi yang berbeda pula. Berikut ini adalah teknik komunikasi berdasarkan referensi dari Tamsuri (2005).

1. Diam, yaitu tenang, tidak melakukan pembicaraan selama beberapa detik atau menit

2. Mendengar adalah proses aktif penerimaan informasi dan penelaah reaksi seseorang terhadap pesan yang diterima

3. Menghadirkan topik pembicaraan yang umum adalah dengan menggunakan pernyataan atau pertanyaan yang mendorong ibu pra persalinan untuk berbicara, memilih topik pembicaraan dan memfasilitasi kelanjutan pembicaraan

4. Menspesifikan adalah membuat pernyataan yang lebih spesifik dan tentatif

5. Menggunakan pertanyaan terbuka adalah menanyakan sesuatu yang bersifat luas, yang memberi ibu pra persalinan kesempatan untuk mengeksplorasi (mengungkapkan, klarifikasi, menggambarkan, membandingkan, atau mengilustasikan)


(45)

7. Mengecek persepsi atau memvalidasi adalah metode yang sama dengan klarifikasi, tetapi pengecekan dilakukan terhadap kata-kata khusus yang disampaikan ibu pra persalinan.

8. Menawarkan diri adalah menawarkan kehadiran, perhatian, dan pemahaman tentang sesuatu

9. Memberi informasi adalah memberi informasi faktual secara spesifik tentang ibu pra persalinan walaupun tidak diminta. Apabila tidak mengetahui informasi yang dimaksud, bidan menyatakan ketidaktahuannya dan menanyakan orang yang dapat dihubungi untuk mendapatkan informasi.

10. Menyatakan kembali dan menyimpulkan adalah secara aktif mendengarkan pesan utama yang disampaikan ibu pra persalinandan kemudian menyampaikan kembali pikiran dan perasaan itu dengan menggunakan kata-kata serupa.

11. Mengklarifikasi adalah metode membuat inti seluruh pesan dari pernyataan ibu pra persalinan lebih dimengerti. Bidan dapat melakukan klarifikasi dengan menyatakan kembali pesan dasar/meminta ibu pra persalinan mengulang atau meyatakan kembali pesan yang disampaikan

12. Refleksi adalah mengembalikan ide, perasaan, pertanyaan kepada ibu pra persalinan untuk memungkinkan eksplorasi ide dan perasaan mereka terhadap situasi.


(46)

13.Menyimpulkan dan merencanakan adalah menyatakan poin utama dalam diskusi untuk mengklarifikasi hal-hal relevan yang perlu didiskusikan. Teknik ini berguna pada akhir wawancara atau mengevaluasi penguasaan ibu pra persalinan terhadap program pengajaran kesehatan.

14.Pengakuan adalah memberi komentar dengan teknik tidak menghakimi terhadap perubahan perilaku seseorang atau usaha yang telah dilakukan

15.Klarifikasi waktu adalah membantu klien mengklarifikasi waktu atau kejadian, situasi, kejadian dan hubungan antara peristiwa dan waktu.

16. Memfokuskan adalah membantu ibu pra persalinan mengembangkan topik yang penting. Penting bagi bidan untuk menunggu ibu pra persalinan beberapa saat tentang tema apa yang mereka sampaikan (perhatikan) sebelum memfokuskan pembicaraan.

2.2. Kenyamanan

2.2.1.Pengertian Kenyamanan

Kenyamanan dan rasa aman adalah penilaian komprehensif seseorang terhadap lingkungannya. Kenyamanan tidak dapat diwakili oleh satu angka tunggal. Manusia menilai lingkungan berdasarkan rangsangan yang masuk kedalam dirinya melalui keenam indra dan dicerna otak untuk dinilai. Dalam hal ini yang terlibat tidak hanya masalah fisik biologis, namun juga perasaan. Kemudian otak akan memberikan penilaian relatif apakah kondisi itu nyaman atau tidak. Kenyamanan itu disatu faktor dapat ditutupi oleh faktor lain. (Satwiko,2009).


(47)

2.2.2. Kebutuhan Rasa Nyaman

Kolcaba dalam Potter dan Perry (2006) mengungkapkan kenyamanan / rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhnya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari ), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi ) dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah). Kenyamanan mesti dipandang secara holistik yang mencakup 4 aspek yaitu:

a. Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh.

b. Sosial berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga dan sosial. c. Psikospiritual, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri sendiri

yang meliputi harga diri, seksualitas dan makna kehidupan.

d. Lingkungan berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal manusia seperti cahaya, bunyi, temperatur, warna dan unsur alamiah lainnya. Meningkatkan kebutuhan rasa nyaman diartikan bidan telah memberikan kekuatan, harapan, hiburan, dukungan, dorongan dan bantuan. Secara umum dalam aplikasinya pemenuhan kebutuhan rasa nyaman adalah kenyamanan dalam menghadapi proses persalinan seperti komplikasi – komplikasi yang akan terjadi misalnya kelainan letak anak, kelainan jalan lahir, perdarahan dan sebagainya. Hal ini disebabkan karena kegelisahan, kekawatiran merupakan kondisi yang mempengaruhi perasaan tidak nyaman ibu yang ditunjukkan dengan timbulnya gejala dan tanda pada ibu.


(48)

2.2.3. Prinsip Umum Sayang Ibu

Prinsip-prinsip sayang ibu adalah sebagai berikut :

1. Memahami bahwa kelahiran merupakan proses alami dan fisiologis.

2. Menggunakan cara-cara yang sederhana dan tidak melakukan intervensi tanpa ada indikasi.

3. Memberikan rasa aman,berdasarkan fakta dan memberi kontribusi pada keselamatan jiwa ibu.

4. Asuhan yang diberikan berpusat pada ibu. 5. Menjaga privasi serta kerahasiaan ibu.

6. Membantu ibu agar merasa aman,nyaman dan didukung secara emosional. 7. Memastikan ibu nendapat informasi,penjelasan dan konseling yang cukup. 8. Mendukung dan keluarga untuk berperan aktif dalam pengambilan keputusan. 9. Menghormati praktek-praktek adat dan kenyakinan agama.

10. Memantau kesejahteraan fisik,psikologis,spiritual dan sosial ibu / kelurganya selama kehamilan,persalinan dan nifas.

11. Memfokuskan perhatian pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.

2.2.4. Asuhan Sayang Ibu Selama Persalinan

Menurut Pusdiknakes (2003), upaya penerapan asuhan sayang ibu selama proses persalinan meliputi kegiatan :

1. Memanggil ibu sesuai nama panggilan sehingga akan ada perasaan dekat dengan bidan.


(49)

2. Meminta izin dan menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan bidan dalam pemberian asuhan.

3. Bidan memberikan penjelasan tentang gambaran tentang proses persalinan yang akan dihadapi ibu dan keluarga

4. Memberikan informasi dan menjawab pertanyaan dari ibu dan keluarga sehubungan dengan proses persalinan.

5. Mendengarkan dan menanggapi keluhan ibu dan keluarga selama proses persalinan.

6. Menyiapkan rencana rujukan atau kolaborasi dengan dokter spesialis apabila terjadi kegawat daruratn kebidanan.

7. Memberikan dukungan mental, memberikan rasa percaya diri pada ibu, serta berusaha memberi rasa nyaman dan aman.

8. Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik meliputi sarana dan prasarana pertolongan persalinan.

9. Menganjurkan suami dan keluarga untuk menghadapi ibu selama proses persalinan.

10.Membimbing suami dan keluarga tentang cara memperhatikan dan mendukung ibu selama proses persalinan dan kelahiran bayi, seperti:memberi makan dan minum, memijit punggung ibu, membantu mengganti posisi ibu, membimbing relaksasi dan mengingatkan untuk berdoa.

11.Bidan melakukan tindakan pencegahan infeksi.


(50)

13.Membimbing dan menganjurkan ibu untuk mencoba posisi selama persalinan yang nyaman dan aman.

14.Menganjurkan ibu untuk makan dan minum saat tidak kontraksi.

15.Menghargai dan memperbolehkan praktek –praktek tradisional yang tidak merugikan.

16.Menghindari tindakan yang berlebihan dan yang membahayakan.

17.Memberi kesempatan ibu untuk memeluk bayi segera setelah lahir dalam waktu 1 jam setelah persalinan.

18.Membantu ibu dalam pemberian ASI dalam waktu 1 jam pertama setelah kelahiran bayi dengan membimbing ibu membersihkan payudara,posisi menyusui yang benar dan penyuluhan tentang manfaat ASI.

2.3.Persalinan

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dari janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir (Sarwono, 2001).

Persalinan normal disebut juga partus spontan adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam (Mochtar,R 1998).

Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan ( 37 – 42 minggu ) lahir spontan dengan presentasi belakang


(51)

kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2001).

2.3.1. Etiologi

Apa yang menyebabkan terjadinya persalinan belum diketahui benar, yang ada hanyalah merupakan teori-teori yang komplek antara lain ditemukan faktor hormonal, struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh prostaglandin, pengaruh tekanan pada syaraf dan nutrisi.

2.3.1.1. Teori Penurunan Hormonal

Penurunan hormonal terjadi 1-2 minggu sebelum partus yaitu mulai terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesteron turun.

2.3.1.2. Teori Plasenta Menjadi Lebih Tua

Yang akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron sehingga menyebabkan kekejangan pembuluh darah. Hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim.

2.3.1.3. Teori Distensi Rahim

Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot sehingga mengganggu sirkulasi utero placenta.

2.3.1.4. Teori Iritasi Mekanik

Dibelakang serviks terletak ganglion servikale (Frankenhauser). Bila ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus.


(52)

2.2.1.5. Induksi Partus (Induction of Labour)

Partus dapat pula ditimbulkan dengan jalan : rangsang laminaria, amniotomi, dan oksitosin drips (Mochtar, 2005).

2.3.2. Tanda dan Gejala Persalinan 2.3.2.1. Tanda Permulaan Persalinan

Pada permulaan persalinan/kata pendahuluan (Preparatory stage of labor) yang terjadi beberapa minggu sebelum terjadi persalinan, dapat terjadi tanda-tanda sebagai berikut :

a. Lightening atau setting/deopping, yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida.

b. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun

c. Perasaan sering kencing (polikisuria) karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin

d. Perasaan sakit diperut dan dipinggang karena kontraksi ringan otot rahim dan tertekannya fleksus frankenhauser yang terletak pada sekitar serviks (tanda persalinan false-false labour pains)

e. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar karena terdapat kontraksi otot rahim f. Terjadi pengeluaran lendir, dimana lendir penutup serviks dilepaskan dan bisa

bercampur darah (Sarwono, 2005).

2.3.2.2. Tanda-tanda Inpartu


(53)

a. Kekuatan dan rasa sakit oleh adanya his datang lebih kuat, sering dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin pendek.

b. Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks.

c. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.

d. Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks : perlunakannnya, pendataran, dan terjadinya pembukaan serviks (Manuaba, 2001).

2.3.3. Faktor-faktor yang Penting dalam Persalinan

Faktor-faktor yang penting dalam persalinan antara lain : 1. Power (kekuatan mendorong janin keluar)

a. His ( kontraksi uterus )

b. Merupakan kontraksi dan relaksasi otot uterus yang bergerak dari fundus ke korpus sampai dengan ke serviks secara tidak sadar.

c. Kontraksi otot dinding rahim

d. Kontraksi diafragma pelvis/kekuatan mengejan. 2. Passanger

a. Janin b. Plasenta

3. Passage (jalan lahir)

a. Jalan lahir keras yaitu tulang pinggul (os coxae, os sacrum/promontorium, dan os coccygis)


(54)

b. Jalan lahir lunak : yang berperan dalarn persalinan adalah segmen bahwa rahim, seviks uteri dan vagina, juga otot-otot, jaringan ikat dan ligamen yang menyokong alat urogenital (Sarwono, 2009).

4. Psikologis (Kejiwaan) 5. Pisycian (Penolong)

2.4. Landasan Teori

Menurut teori komunikasi Devito (1997), bahwa faktor yang berpengaruh terhadap kenyamanan ibu pra persalinan adalah efektivitas komunikasi Interpersonal dimulai dengan lima kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality). Berdasarkan faktor-faktor yang memengaruhinya, ibu pra persalinan yang akan menghadapi persalinan adalah :

Gambar 2.1 Kerangka Teori Devito (1997)

Keterbukaan Empati Mendukung Positif

Persepsi

Kesetaraa


(55)

2.5. Kerangka Konsep

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Komunikasi Terapeutik : - Keterbukaan

- Empati

- Sikap Mendukung - Sikap Positif - Kesetaraan


(56)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survei yang bersifat explanatory research, penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh faktor komunikasi terapeutik (keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif dan kesetaraan) terhadap kenyamanan ibu pra persalinan di Wilayah Kerja Kecamatan Medan Marelan.

Rancangan penelitian ini menggunakan cross sectional, karena wawancara dan observasi dilakukan sesaat dan pada waktu yang bersamaan, serta bermaksud untuk mencari hubungan antara suatu keadaan dengan keadaan lain dalam populasi yang sama (Azwar dan Joldo, 1987, Murti, 1997).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Medan Marelan. Alasan memilih lokasi ini karena :

1. Masih dijumpai ketidak nyamanan ibu pra persalinan untuk menghadapi persalinan di Kecamatan Medan Marelan.

2. Komunikasi terapeutik dari bidan terhadap ibu pra persalinan belum sesuai yang diharapkan.


(57)

Penelitian ini dimulai dari Maret - Nopember 2012 yaitu mulai melakukan penelusuran kepustakaan, penyusunan proposal, seminar proposal, penelitian, analisis data dan penyusunan laporan akhir.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang akan menghadapi persalinan yang ada di Kecamatan Medan Marelan yang berjumlah 229 orang. Dengan kriteria inklusi sebagai berikut:

a. Responden dengan kehamilan Trimester III dan melakukan kunjungan minimal 3 kali selama kehamilan.

b. Responden bersedia diwawancarai

3.3.2. Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini adalah sebagian populasi dijadikan sampel. Besar sampel yang diperlukan dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus Lemeshow sebagai berikut :


(58)

Keterangan : N= Populasi

n = Jumlah sampel minimal yang diperlukan

α = Derajat kepercayaan

p = Proporsi ibu pra persalinan yang nyaman

q = 1-p (proporsi ibu pra sersalinan yang tidak nyaman) d = Limit dari error atau presisi absolut

Jadi besar sampel dalam penelitian ini berjumlah 68 orang

Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik convinience sampling dimana subjek dijadikan sampel karena kebetulan dijumpai di tempat dan waktu secara bersamaan pada pengumpulan data.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Jenis Data

a. Data Primer

Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner.

b. Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengambil data-data dari dokumen atau catatan yang diperoleh dari Kecamatan Medan Marelan.


(59)

3.4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas

a. Uji Validitas

Uji validitas menggunakan rumus Pearson Product Moment, setelah itu diuji dengan menggunakan uji chi squre, dilihat penafsiran dan indeks korelasinya. Uji validitas dalam penelitian ini berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner mengenai komunikasi terapeutik bidan.

Uji validitas bertujuan mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau nilai yang menunjukan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara mengukur korelasi antara variabel pada analisis reliabilitas dengan melihat nilai correlation corrected item, dengan ketentuan jika nilai r hitung > r tabel sebesar 0,361, maka dinyatakan valid dan sebaliknya (Hidayat, 2010).

Berdasarkan hasil uji validitas variabel karakteristik ibu (pengetahuan), budaya, dukungan suami dan kualitas pelayanan KB (ketersediaan alat kontrasepsi dan ketersediaan tenaga terlatih) terlihat hasil korelasi diketahui bahwa semua item mempunyai korelasi > 0,361 maka dapat dikatakan bahwa item alat ukur tersebut valid dan dapat digunakan dalam pengumpulan data penelitian, dapat dilihat pada tabel 3.1 :

Tabel 3.1. Hasil Uji Validitas Variabel Komunikasi Terapeutik (Keterbukaan, Empati, Sikap Mendukung, Sikap Positif dan Kesetaraan)

No Komunikasi Terapeutik Corrected Item-Total Correlation Keterangan

1 Keterbukaan

Item1 0,961 Valid

Item2 0,933 Valid


(60)

Tabel 3.1 (Lanjutan)

Item4 0,898 Valid

Item5 0,660 Valid

Item6 0,933 Valid

2 Empati

Item1 0,782 Valid

Item2 0,782 Valid

Item3 0,729 Valid

Item4 0,552 Valid

Item5 0,511 Valid

Item6 0,513 Valid

3 Sikap Mendukung

Item1 0,678 Valid

Item2 0,891 Valid

Item3 0,930 Valid

Item4 0,924 Valid

Item5 0,549 Valid

Item6 0,858 Valid

4 Sikap Positif

Item1 0,736 Valid

Item2 0,897 Valid

Item3 0,643 Valid

Item4 0,958 Valid

Item5 0,882 Valid

Item6 0,895 Valid

Item7 0,897 Valid

5 Kesetaraan

Item1 0,823 Valid

Item2 0,683 Valid

Item3 0,728 Valid

Item4 0,823 Valid

Item5 0,683 Valid

Item6 0,728 Valid

b. Reliabilitas

Setelah mengukur validitas maka perlu mengukur reliabilitas data, apakah alat ukur dapat dipergunakan atau tidak. Pertanyaan dikatakan reliabel, jika jawaban


(61)

responden terhadap pertanyaan (kuesioner) adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya, untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah dapat dipercaya atau reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercayai juga. Apabila datanya memang benar dan sesuai dengan kenyataan, maka berapa kali diambil tetap akan sama (Riwidikdo

Reliabilitas data merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat menunjukkan ketepatan dan dapat dipercayai dengan menggunakan metode Cronbach’s Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran, dengan ketentuan, jika nilai r Alpha > r tabel, maka dinyatakan reliabel (Riyanto 2009).

, 2009).

Berdasarkan hasil uji reliabilitas variabel komunikasi terapeutik (keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif dan kesetaraan) terlihat nilai Cronbach’s Alpha > 0,361 maka kuesioner tersebut dikatakan reliabel, dapat dilihat pada tabel 3.2:

Tabel 3.2. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Komunikasi Terapeutik (Keterbukaan, Empati, Sikap Mendukung, Sikap Positif dan Kesetaraan)

No Komunikasi Terapeutik Cronbach’s Alpha Keterangan

1 Keterbukaan 0,815 Reliabel

2 Empati 0,814 Reliabel

3 Sikap Mendukung 0,806 Reliabel

4 Sikap Positif 0,807 Reliabel


(62)

Uji validitas dan reliabilitas dilakukan pada ibu pra persalinan di Kecamatan Medan Martubung sebanyak 30 orang dengan asumsi karakteristik ibu pra persalinan di Kecamatan Medan Marelan dan Kecamatan Medan Martubung relatif sama.

3.5. Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1. Variabel Bebas

1. Komunikasi Terapeutik

1. Keterbukaan adalah adanya komunikasi bidan secara terbuka dengan ibu untuk mengungkapkan segala informasi yang penting bagi ibu yang berhubungan dengan

Kategori Keterbukaan : 0. Ya proses persalinan.

1. Tidak

Pengukuran variabel keterbukaan disusun 6 pertanyaan yang diajukan dengan jawaban ”ya (bobot nilai 1)” dan ”tidak (bobot nilai 0)”, dan dikategorikan menjadi 2, yaitu:

0. Ya, jika responden memperoleh skor > 50% yaitu 4-6 1. Tidak , jika responden memperoleh skor ≤ 50% yaitu 1-3 2. Empati adalah

Kategori Empati : 0. Ya

kemampuan bidan dalam berkomukasi untuk memahami perasaan dan pikiran ibu juga ikut merasakan apa yang dirasakan ibu tentang proses persalinan.


(63)

Pengukuran variabel empati disusun 6 pertanyaan yang diajukan dengan jawaban ”ya (bobot nilai 1)” dan ”tidak (bobot nilai 0)”, dan dikategorikan menjadi 2, yaitu:

0. Ya, jika responden memperoleh skor > 50% yaitu 4-6 1. Tidak jika respond

3. Sikap mendukung adalah sikap atau respon bidan dalam berkomunikasi memberi dukungan moral pada ibu yang dapat membangkitkan semangat ibu dalam menghadapi proses persalinan.

Kategori sikap mendukung : 0. Mendukung 1. Tidak mendukung

Pengukuran variabel sikap mendukung disusun 6 pertanyaan yang diajukan dengan jawaban “Ya(bobot nilai 1)” dan “Tidak (bobot nilai 0)”, dan dikategorikan menjadi 2, yaitu :

0.Mendukung, jika responden memperoleh skor >50% yaitu 4-6 1.Tidak mendukung, jika responden memperoleh skor ≤ 50% yaitu 1-3 4. Sikap positif adalah cara atau

Kategori Sikap positif : 0. Bersikap positif

sikap bidan untuk menempatkan atau membawa diri saat berkomunikasi dengan ibu, yang menunjukkan perasaan bidan dengan objek yang sedang dikomunikasikan tentang proses persalinan.

1. Tidak bersikap positif

Pengukuran variabel sikap positif disusun 6 pertanyaan yang diajukan dengan jawaban ”ya (bobot nilai 1)” dan ”tidak (bobot nilai 0)”, dan dikategorikan


(64)

menjadi 2, yaitu:

0. Bersikap Positif, jika responden memperoleh skor > 50% yaitu 4-6 1. Tidak Bersikap Positif, jika responden memperoleh skor ≤ 50% yaitu 1- 5. Kesetaraan adalah sikap bidan

Kategori Kesetaraan : 0. Ada kesetaraan

yang menunjukkan tidak ada perbedaan antara bidan dengan ibu pra persalinan saat berkomunikasi tanpa memandang ibu sebagai klien yang sedang dihadapi.

1. Tidak ada kesetaraan

Pengukuran variabel kesetaraan disusun 6 pertanyaan yang diajukan dengan jawaban ”ya (bobot nilai 1)” dan ”tidak (bobot nilai 0)”, dan dikategorikan menjadi 2, yaitu:

0. Ada kesetaraan, jika responden memperoleh skor > 50% yaitu 4-6 1. Tidak ada kesetaraan jika responden memperoleh skor ≤ 50% yaitu 1-3

3.5.2. Variabel Terikat

Kenyamanan ibu pra persalinan adalah perasaan ibu pra persalinan untuk menghadapi proses persalinan yang akan berlangsung akibat komunikasi terapeutik dari bidan.

Kategori Kenyamanan :

0. Nyaman : bila ibu pra persalinan merasa tenang dan nyaman dalam menghadapi persalinan

1. Tidak Nyaman : bila ibu pra persalinan merasa tidak tenang dan nyaman dalam menghadapi persalinan.


(65)

Pengukuran variabel kenyamanan disusun 6 pertanyaan yang diajukan dengan

jawaban “ya (bobot nilai 1)” dan” tidak (bobot nilai 0),dan dengan dikategori menjadi 2, yaitu:

0. Nyaman : jika responden memperoleh skor > 50% yaitu 4-6 1. Tidak nyaman : jika responden memperoleh skor ≤ 50% yaitu 1-3

3.6. Metode Pengukuran

Tabel 3.3. Variabel, Cara, Alat, Skala dan Hasil Ukur Variabel Cara dan

Alat Ukur

Skala Ukur

Hasil Ukur Variabel Bebas

1.Keterbukaan Wawancara (kuesioner)

Ordinal 0. Ya 1. Tidak

2. Empati Wawancara

(kuesioner)

Ordinal 0. Ya 1. Tidak 3. Sikap mendukung Wawancara

(kuesioner)

Ordinal 0. Mendukung 1. Tidak mendukung 4. Sikap positif Wawancara

(kuesioner)

Ordinal 0. Bersikap positif 1. Tidak bersikap positif 5. Kesetaraan Wawancara

(kuesioner)

Ordinal 0. Ada kesetaraan 1. Tidak ada kesetaraan

Variabel Bebas

Kenyamanan ibu pra persalinan

Wawancara (Kuesioner)

Ordinal 0. Nyaman 1. Tdak Nyaman

3.7. Metode Analisis Data 3.7.1. Analisis Univariat

Analisis data secara univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi responden. Analisa ini digunakan untuk memperoleh gambaran variabel independen yaitu komunikasi terapeutik (keterbukaan, empati, sikap


(66)

mendukung, sikap positif dan kesetaraan) dan variabel dependen yaitu kenyamanan ibu pra persalinan.

3.7.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk menguji ada tidaknya hubungan komunikasi terapeutik (keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif dan kesetaraan) bidan dengan kenyamanan ibu pra persalinan di Kecamatan Medan Marelan dengan menggunakan statistik uji chi-square kemudian hasilnya dinarasikan.

3.7.3. Analisis Multivariat

Analisis multivariat dilakukan untuk menguji pengaruh komunikasi terapeutik (keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif dan kesetaraan) bidan terhadap kenyamanan ibu pra persalinan di Kecamatan Medan Marelan dengan menggunakan uji statistik Regresi Logistik Berganda. Analisis multivariat dilakukan pada variabel bebas yang berhubungan dengan variabel terikat.


(67)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1.Gambaran Umum Lokasi Penelitian. 4.1.1. Data Geografis

Kecamatan Medan Marelan terletak di Jalan. Kapten Rahmad Buddin No.118 Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan.

Kecamatan Medan Marelan berbatasan dengan wilayah sebagai berikut : 1. Sebelah Utara : Kecamatan Medan Belawan

2. Sebelah Selatan : Kecamatan Medan Labuhan 3. Sebelah Barat : Kecamatan Hamparan Perak 4. Sebelah Timur : Kecamatan Medan Deli

4.2. Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang diteliti dalam penelitian ini meliputi: umur pendidikan, pekerjaan dan jumlah anak.

4.2.1. Distribusi Karakteristik Ibu yang Akan Menghadapi Persalinan di Kecamatan Medan Marelan.

Umur ibu yang akan menghadapi persalinan di Kecamatan Medan Marelan adalah mayoritas dengan umur 20-35 tahun sebanyak 47 orang (69,1%), dan minoritas dengan umur ≤ 19 tahun sebanyak 3 orang (4,4%), pendidikan mayoritas dengan pendidikan SMP sebanyak 23 orang (33,8%) dan minoritas dengan pendidikan PT sebanyak 1 orang (1,3%), pekerjaan mayoritas dengan lain-lain


(1)

sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Dalam suatu hubungan interpersonal yang ditandai oleh kesetaraan. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain atau meminta kita untuk memberikan penghargaan positif tak bersyarat kepada orang lain.

Dalam hal ini kesetaraan dari bidan saat melakukan komunikasi terapeutik pada ibu pra persalinan masih kurang, dapat kita lihat dari 68 orang ibu hamil, mengatakan adanya sikap positif saat berkomunikasi terapeutik dari bidan sebanyak 18 orang (26,5%). Hal ini dapat diperkuat dari jawaban ibu pra persalinan bahwa bidan menunjukkan rasa kebersamaan dan teman yang baik dalam berkomunikasi sebesar 35,3%, bidan bersama-sama dengan ibu dan tidak ada jarak yang ditunjukkan bidan dalam mengkomunikasikan tentang proses persalinan sebesar 35,3%, bidan bersama-sama dengan ibu membahas dan mendiskusikan segala masalah yang akan dihadapi saat proses persalinan dengan jelas sebesar 47,1%, bidan bersedia bersama-sama dengan ibu membahas proses persalinan dengan baik sebesar 39,7% dan komunikasi yang dilakukan oleh bidan menunjukkan bahwa bidan tidak sebagai tenaga kesehatan tapi sebagai keluarga sebesar 50,0%.

Pada penelitian ini masih banyak ibu yang menyatakan tidak mendapatkan kesetaraan saat berkomunikasi dengan bidan. Hal ini membuat ibu pra persalinan tidak nyaman dalam menghadapi persalinan. Berdasarkan keadaan ini perlu pemahaman bagi bidan bahwa ibu pra persalinan perlu mendapakan kesetaraan dari bidan untuk kenyamanan dalam menghadapi proses persalinan yang dihadapinya.


(2)

Ibu pra persalinan yang merasakan ada kesetaraan dari bidan saat melakukan komunikasi terapeutik lebih banyak yang merasakan nyaman dalam menghadapi persalinan, hal ini menunjukkan bahwa kesetaraan dari bidan untuk ibu pra persalinan sangat penting untuk meningkatkan kenyaman ibu pra persalinan dalam menghadapi persalinan. Sedangkan ibu pra persalinan yang merasakan tidak ada kesetaraan dari bidan lebih banyak tidak merasa nyaman, hal ini bahwa ibu tersebut yang merasakan tidak ada kesetaraan dari bidan kurang menerima komunikasi dari bidan tentang proses persalinan.

Untuk meningkatkan kenyamanan pra persalinan dapat dilakukan melalui pendekatan komunikasi terapeutik dari bidan tentang persalinan dengan melakukan kesetaraan oleh bidan di Kecamatan Medan Marelan pada ibu pra persalinan. Pada komunikasi terapautik dan penyuluhan tersebut ditekankan bahwa bidan sebagai tenaga kesehatan atau mediator yang paling dekat dengan ibu harus memberikan kesetaraan kepada ibu pra persalinan.


(3)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Terdapat pengaruh komunikasi terapeutik (keterbukaan) terhadap kenyamanan pra persalinan di Kecamatan Medan Marelan.

2. Terdapat pengaruh komunikasi terapeutik (empati) terhadap kenyamanan ibu pra persalinan di Kecamatan Medan Marelan dan merupakan variabel yang paling dominan memengaruhi kenyaman ibu pra persalinan di Kecamatan Medan Marelan karena variabel empati yang dilakukan bidan memengaruhi kenyamanan ibu pra persalinan.

3. Terdapat pengaruh komunikasi terapeutik (sikap mendukung) terhadap kenyamanan pra persalinan di Kecamatan Medan Marelan.

4. Terdapat pengaruh komunikasi terapeutik (sikap positif) terhadap kenyamanan pra persalinan di Kecamatan Medan Marelan.

5. Terdapat pengaruh komunikasi terapeutik (kesetaraan) terhadap kenyamanan pra persalinan di Kecamatan Medan Marelan.


(4)

6.2. Saran

1. Kepada bidan untuk lebih menjiwai dan mendalami pentingnya komunikasi terapeutik dalam upaya meningkatkan kenyamanan ibu pra persalinan dan selalu mengikuti seminar atau pelatihan-pelatihan yang berhubungan dengan komunikasi terapeutik dan selalu mengadakan penyuluhan-penyuluhan pada ibu hamil.

2. Kepada ibu pra persalinan hendaknya tidak perlu merasa tidak nyaman, cemas dan khawatir dalam menghadapi persalinan karena kenyamanan ibu akan membantu ibu untuk siap menghadapi proses persalinan.

3. Kepada Peneliti Selanjutnya agar melakukan penelitian dengan variabel lebih luas dan dengan sampel lebih banyak agar dapat menjadi bahan referensi pengembangan ilmu kesehatan masyarakat khususnya yang terkait dengan kenyamanan ibu pra persalinan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Cahyono A, 2010, Kecemasan Primigravida Menghadapi Proses Persalinan

/Melahirkan :

tanggal di akses 19 Juni 2010.

Christina, 2003, Komunikasi Kebidanan, EGC, Jakarta. DeddyM, 2005, Ilmu Komunikasi

Devito,J. A.1997, Komunikasi Antar Manusia, Professional Book, Jakarta.

Suatu Pengantar, Remaja Rosdakarya, Bandung.

Henderson, C, 2006. Buku Ajar Konsep Kebidanan, EGC, Jakarta.

Hidayat A, A, 2010, Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisis Data, Salemba Medika, Jakarta.

Jalaluddin R, 2004, Metode Penelitian Komunikasi; Dilengkapi Dengan Contoh Analistik Statistik, PT Remaja Rosdakarya, Bandung.

Kartikasari, B.D, 1995, Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Kecemasan dalam Komunikasi Interpersonal, Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta

Mochtar. R. 2005, Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Patologi, EGC, Jakarta.

Mulyana,D, 2000, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, PT Remaja. Rosdakarya, Bandung.

MurtiB, 1997, Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi, UGM, Yogyakarta. Natsir, 2008,

Nengah, S, 2010, Psikologi Kehamilan, EGC, Jakarta.

Peran Posyandu Dalam Penyebaran Informasi, Tesis, FKM USU, Medan.

Notoatmodjo S, 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta Prawirohardjo, 2001,

Prayogi, N, 2012, Psikologi Pada Ibu yang Mengalami Persalinan, Nifas dan Menopause,

Ilmu Kebidanan, YBP-SP, Jakarta

http://nurhadiprayogi.blogspot. com/2012/02/psikologi-pada-ibu-yang mengalami.html#ixzz1yhvhlpFc

Purwanto, H, 1994, Komunikasi Untuk Perawat, EGC, Jakarta.


(6)

Riyanto A, 2009, Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan, Mitra Cendika Press, Yogyakarta.

Rogers, E., 1971,

Riwidikdo, H, 2009, Statistik Kesehatan, Mitra Cendika Press, Yogyakarta. Communication of Innovations

Rustam M, 1998, Sinopsis Obstetric, EGC, Jakarta.

, London: The Free Press.

Sarimpi, 2011, Siapkan Mental Suami Hadapi Perubahan Istri Hamil, Nakita, Jakarta. Sarwono P, 2001, Ilmu Kebidanan, YBP-SP, Jakarta.

P, 2005, Ilmu kebidanan, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta P, 2009, Ilmu Kebidanan, YBP-SP, Jakarta

Sholihah, 2009, Persiapan Persalinan dan Kelahiran Bayi, Jakarta. Seitiawati, D, 2008, Pendidikan Kesehatan, Trans Info Media, Jakarta.

Sunarto, 2003, Humas Pemerintah dan Komunikasi Persuasif, Jakarta:

Suryani, 2005,Komunikasi Terapeutik Teori dan Praktek, EGC, Jakarta.

Tamsuri A 2005, Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Tyastuti, 2008, Komunikasi & Konseling Dalam Praktik Kebidanan, Fitramaya, Yogyakarta:

Wiryanto, 2005, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Grameia Wiiasarana Indonesia.