BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Agar persalinan berjalan lancar dan tidak perlu khawatir terhadap apa dan bagaimana persiapan selama persalinan berjalan, tidak ada salahnya jika jauh-jauh
hari mempersiapkan kebutuhan persalinan tersebut. Berikut beberapa hal yang wajib untuk membuat rencana persalinan yang meliputi tempat persalinan, memilih tenaga
kesehatan terlatih, siapa yang akan menemani persalinan, berapa biaya yang dibutuhkan, siapa yang akan menjaga keluarganya jika ibu melahirkan, membuat
rencana pembuatan keputusan jika kegawat daruratan pada saat pembuat keputusan utama tidak ada, siapa pembuat keputusan utama dalam keluarga, siapa yang akan
membuat keputusan jika si pembuat keputusan utama tidak ada saat terjadi kegawat daruratan Sholihah, 2009.
Setelah minggu-minggu terakhir kehamilan ibu waktu persiapan akan terasa begitu sedikit dan kapan waktu persalinan akan terjadi kadang tak dapat dipastikan.
Untuk itu lebih baik jika ibu sudah mempersiapkan apa saja yang harus dibawa ke rumah sakit pada saat hari yang ditunggu tersebut tiba. Setelah kehamilan ibu
mencapai sekitar 7 bulan atau akhir kehamilan 28 minggu persiapkanlah barang- barang untuk persalinan yang akan dibawa ke rumah sakit dan masukkan kedalam
satu tas khusus. Ibu tidak boleh lupa memberitahukan suami ibu mengenai tas khusus yang telah ibu persiapkan ini, sehingga bila harinya tiba semuanya telah siap dan
Universitas Sumatera Utara
suami ibu pun tidak lupa untuk membawa serta tas besar yang telah ibu persiapkan jauh-jauh hari sebelumnya ini Mailani, 2010.
Memasuki bulan-bulan terakhir, dimana ibu sudah bersiap menghadapi persalinan, sang ibu harus mempersiapkan mentalnya lebih kuat lagi. Pada periode
trimester ke tiga akhir, selain beban tubuh ibu semakin berat, ibu juga sering mengalami perasaan takut karena membayangkan proses persalinan yang sulit dan
kamar operasi. Oleh karena itu, suami harus hadir sebagai pendamping yang bisa menyamankan kondisi istri Sarimpi, 2011.
Selain itu, kesiapan mental ibu pun sangat diperlukan ketika harus menghadapi persalinan yang berisiko. Pada banyak kasus, persalinan tidak bisa
berjalan normal, ada perdarahan, persalinan panjang, bayi terlilit tali pusat, sungsang, dan sebagainya, yang bisa saja mengancam nyawa ibu. Ada juga penyebabnya
penyakit penyerta ibu, misalnya diabetes mellitus, preeclamsi, sesak nafas dan sebagainya. Bila mengetahui bahwa persalinan nanti akan bermasalah, sebaiknya
persiapan mental ibu dilakukan jauh hari sebelum persalinan. Dengan begitu bila nantinya diperlukan berbagai tindakan darurat, ibu sudah langsung bisa mengatasi
kondisi mentalnya Sarimpi, 2011. Dukungan bidan sangat diperlukan agar psikis ibu bisa terangkat saat
menjalani proses persalinan. Dengan begitu ibu bisa lebih kuat, nyaman, percaya diri, dan ringan ketika bersalin. Saat itu, rasa empati bidan pun dapat tumbuh lebih dalam,
sehingga penghargaan terhadap perjuangan ibu bisa tumbuh lebih sempurna. Walaupun begitu, tidak semua ibu punya mental yang kuat untuk menghadapi
Universitas Sumatera Utara
persalinan. Ketika ibu panik dan kesakitan hingga berteriak-teriak, bidan amat dituntut kesabaran dan ketenangannya untuk tetap menenteramkan dan mendukung
ibu dalam menjalani proses persalinan. Salah satu untuk mengatasi masalah seperti ini dengan jalan komunikasi terapeutik bidan kepada ibu yang akan menghadapi
proses persalinan Prayogi, 2012. Komunikasi terapeutik bidan merupakan suatu pertukaran informasi, berbagi
ide dan pengetahuan bidan kepada ibu pra persalinan. Hal ini berupa proses dua arah dimana informasi, pemikiran, ide, perasaan atau opini disampaikan atau dibagikan
melalui kata-kata, tindakan maupun isyarat untuk mencapai pemahaman bersama. Komunikasi yang baik berarti bahwa para pihak terlibat secara aktif yaitu antara
bidan dan ibu pra persalinan. Hal ini akan menolong mereka untuk mengalami cara baru mengerjakan atau memikirkan sesuatu, dan hal ini kadang-kadang disebut
pembelajaran partisipatif. Semua aktifitas manusia melibatkan komunikasi, namun karena kita sering menerimanya begitu saja, kita tidak selalu memikirkan bagaimana
kita berkomunikasi dengan yang lain dan apakah efektif atau tidak. Komunikasi yang baik berarti bahwa para pihak terlibat secara aktif yaitu antara bidan dan ibu pra
persalinan sehingga akan mengalami difusi inovasi bagi ibu dalam menghadapi pra persalinan Natsir, 2008.
Teori difusi inovasi pada dasarnya menjelaskan proses bagaimana suatu inovasi disampaikan dikomunikasikan melalui saluran-saluran tertentu sepanjang
waktu kepada sekelompok anggota dari sistem sosial. Hal tersebut sejalan dengan pengertian difusi dari Rogers 1961, yaitu “as the process by which an innovation is
Universitas Sumatera Utara
communicated through certain channels over time among the members of a social system.” Lebih jauh dijelaskan bahwa difusi adalah suatu bentuk komunikasi yang
bersifat khusus berkaitan dengan penyebaran pesan-pesan yang berupa gagasan baru, atau dalam istilah Rogers 1971 difusi menyangkut “which is the spread of a new
idea from its source of invention or creation to its ultimate users or adopters.” Rogers, 1971.
Komunikasi yang baik melibatkan pemahaman bagaimana orang berhubungan dengan yang lain, mendengarkan apa yang dikatakan dan mengambil pelajaran dari
hal tersebut. Komunikasi terapeutik yang dilaksanakan oleh bidan akan memberikan pengaruh terhadap kenyamanan ibu pra persalinan Nengah , 2010.
Bidan sangat berpengaruh terhadap kondisi mental dan emosional ibu selama persalinan. Mengurangi rasa takut, ketidak pastian, tekanan dan rasa kesepian akan
perasaan ibu jauh berbeda antara ibu yang merasa putus asa dan tidak dapat mengontrol dengan ibu yang merasa aman dan percaya diri. Bidan harus
menggunakan kekuatan untuk membuat perasaan ibu merasa senang, aman dan nyaman selama persalinan Nengah, 2010.
Selain itu bidan dituntut untuk melakukan komunikasi terapeutik dalam tindakan kebidanan agar ibu pra persalinan atau keluarganya tahu tindakan apa yang
akan dilakukan pada ibu, kehadiran atau sikap benar-benar ada untuk ibu. Namun pada kenyataannya banyak bidan yang tidak menerapkan komunikasi terapeutik
terhadap ibu pra persalinan. Bidan tersebut tidak lagi memberikan kenyamanan dan motivasi. Mereka hanya sekedar mengetahui tentang komunikasi terapeutik, pada hal
Universitas Sumatera Utara
komunikasi terapeutik memiliki peran yang sangat besar terhadap kenyamanan ibu sebelum menghadapi persalinan Tyastuti, 2008.
Ibu yang akan menghadapi persalinan, tanpa adanya komunikasi yang baik dan seseorang yang ada disamping ibu ketika mengahadapi persalinan, ibu yang akan
menghadapi persalinan tersebut bisa mengalami stress. Hal ini akan berdampak buruk bagi ibu dan calon bayinya nanti Henderson, 2006.
Bidan bertanggung jawab memberikan motivasi, dukungan fisik, rasa nyaman, aman dan percaya diri. Pada saat menjelang persalinan bidan juga
memberikan intervensi komunikasi terapeutik dengan memberikan informasi, membantu ibu mengalihkan keluhan yang dialami ibu seperti rasa nyeri saat kontraksi
berlangsung. Dukungan ini akan menimbulkan efek positif terhadap persalinan dalam arti dapat menurunkan angka morbiditas, mengurangi rasa sakit persalinan menjadi
lebih singkat dan menurunkan tingkat nyeri persalinan Kartikasari, 2005. Bidan yang memiliki keterampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak saja
akan mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan ibu, mencegah terjadi masalah legal, memberikan rasa kepuasan profesional dalam pelayanan kebidanan dan
meningkatkan citra profesi kebidanan,tetap yang paling penting adalah mengamalkan ilmunya untuk memberikan pertolongan terhadap sesama manusia Tyastuti, 2008.
Secara sederhananya, komunikasi terapeutik merupakan perantara dalam penyampaian informasi dari komunikator kepada komunikate yang bertujuan untuk
efisiensi penyebaran informasi atau pesan Burgon Huffner, 2002. Efisiensi penyebaran informasi dengan adanya komunikasi akan lebih membuat penyebaran
Universitas Sumatera Utara
informasi menjadi efisien. Oleh karena itu, bidan diharapkan mampu dalam memberikan KIE Komunikasi Informasi Edukasi yang lebih efektif kepada ibu pra
persalinan sehingga mereka tidak lagi merasa tidak nyaman untuk menghadapi proses persalinan Kartikasari, 2005.
Di Indonesia pada saat ini komunikasi terapeutik tentang pra persalinan sudah dilaksanakan dengan baik. Berbagai cara telah dilakukan misalnya dengan
penyuluhan, pengobatan gratis guna memaksimalkan komunikasi yang berguna meningkatkan pengetahuan dan pemahaman ibu sehingga ibu pra persalinan dapat
merasa nyaman untuk menghadapi persalinan Christina, 2003. Ibu pra persalinan yang tidak mendapatkan komunikasi terapeutik untuk
menghadapi proses persalinan dapat mengakibatkan beban perasaan dan pikiran selama proses persalinan, dan membuat itu tidak nyaman dalam menghadapi proses
persalinan sehingga kesehatan dan kejiwaan ibu dan proses persalinan tidak dapat berjalan dengan semestinya. Sentuhan dan komunikasi terapeutik bidan terhadap
klien akan memberi rasa nyaman dan dapat membantu relaksasi Christina, 2003. Paradigma ibu hamil, masih menganggap persalinan itu merupakan pertaruhan
hidup dan mati, sehingga wanita yang akan melahirkan mengalami ketakutan, khususnya takut mati baik bagi dirinya sendiri ataupun bayi yang akan dilahirkan.
Faktor psikis dalam menghadapi persalinan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi lancar tidaknya proses kelahiran dimana kecemasan atau ketegangan,
rasa tidak aman dan kekhawatiran juga berpengaruh.
Universitas Sumatera Utara
Menurut penelitian Cahyono 2010 dampak kurangnya komunikasi terapeutik bidan terhadap ibu untuk menghadapi proses persalinan diperoleh bahwa
tingkat kecemasan pada ibu hamil untuk mengahadapi proses persalinan di dapat tingkat berat sebesar 30, tingkat sedang sebesar 55, tingkat ringan sebesar 15,
pada penelitian ini telah disarankan agar KIE yang
Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti di Kecamatan Medan Marelan didapat bahwa ada ibu merasa tidak nyaman dan ada juga merasa nyaman
untuk menghadapi proses persalinan. Berdasarkan hasil wawancara pada 10 orang ibu pra persalinan diperoleh sebesar 70 ibu merasa tidak nyaman untuk menghadapi
proses persalinan.Faktor yang menyebabkan ibu pra persalinan tidak nyaman untuk menghadapi persalinan antara lain adalah faktor komunikasi terapeutik keterbukaan,
empati, sikap mendukung, sikap positif dan kesetaraan dari bidan dengan ibu pra persalinan. Komunikasi terapeutik oleh bidan dengan ibu pra persalinan di
Kecamatan Medan Marelan sudah sering dilaksanakan oleh bidan, namun komunikasi terapeutik tersebut belum sesuai dengan yang diharapkan.
baik dan benar dalam masa kehamilan, dapat diterapkan dan diberikan kepada ibu dan mengikut sertakan peranan
orang terdekat dalam menghadapi persalinan.
Bidan kurang mengkomunikasikan kepada ibu pra persalinan tentang keluhan- keluhan pra persalinan,hal-hal yang di alami oleh ibu terutama saat menghadapi
persalinan dan kurang berusaha untuk memberikan rasa nyaman berupa dorongan atau motivasi terutama dalam hal psikologis dalam menghadapi persalinan.Pada
kenyataannya komunikasi terapeutik dari bidan sangat diperlukan oleh ibu pra
Universitas Sumatera Utara
persalinan untuk meningkatkan persiapan ibu dalam menghadapi proses persalinan yang akan dihadapi.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti pengaruh komunikasi terapeutik keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif dan
kesetaraan terhadap kenyamanan ibu pra persalinan di Wilayah Kerja Kecamatan Medan Marelan.
1.2. Permasalahan