UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
menerima obat antidiabetes oral metformin. Metformin merupakan obat antidiabetes oral golongan biguanida yang pemakaiannya harus dihentikan pada
pasien PGK dengan LFG 30 mlmnt. Metformin akan terakumulasi pada pasien dengan kerusakan ginjal yang signifikan, yang dapat mengakibatkan terjadinya
asidosis laktat. Asidosis laktat jarang terjadi tetapi merupakan komplikasi metabolik yang serius Ashley, C., dan Currie, A., 2009.
Menurut KDOQI 2012, Harh dan Molitch 2015, Ashley, C. dan Currie, A. 2009 terdapat alternatif obat antidiabetes untuk pasien PGK, seperti
golongan sulfonilurea, diantaranya glipizid, glikuidon aman untuk pasien PGK, glimepirid, gliklazid, glibenklamid aman, tetapi butuh penyesuaian dosis;
golongan tiazolidindion, diantaranya pioglitazon, rosiglitazon aman untuk pasien PGK. Selengkapnya dapat dilihat pada literatur.
4.1.3.2 DRPs Ketidaktepatan Penyesuaian Dosis
DRPs ketidaktepatan penyesuaian dosis terdiri dari: dosis terlalu tinggi dari dosis terapi overdosis dan dosis terlalu rendah dari dosis terapi subterapi.
Kejadian DRPs ketidaktepatan penyesuaian dosis pada pasien rawat inap PGK dengan penyakit penyerta di Rumkital Dr. Mintohardjo dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.7 Data Distribusi Pasien DRPs Dosis Obat Terlalu Tinggi
No. Golongan Terapi Obat
Nama Generik Frekuensi Persentase
1. Anti-hiperurisemia gout
Allopurinol 3
7,7 2.
Antibiotik Aminoglikosida Gentamisin
1 2,6
3. Antibiotik Sefalosporin
Beta laktam lainnya Seftriakson
Meropenem 1
3 2,6
7,7 4.
Antibiotik Kuinolon Levofloksasin
1 2,6
5. Antijamur
Flukonazol 2
5,1 6.
Antidiabetes oral Sulfonilurea
Glimepirid Diaversa
1 2,6
7. Antidiabetes oral Biguanida Metformin
1 2,6
8. Antidiabetes oral Inhibitor
alfa-glukosida Akarbose Eclid,
Glucobay 6
15,4 9.
Antihipetensi ACEi Kaptopril
1 2,6
10. Diuretik Antagonis aldosteron
Spironolakton Letonal
2 5,1
11. Beta bloker Bisoprolol
Concor 1
2,6
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
12. Antifibrinolitik Asam
traneksamat Transamin
6 15,4
13. Hepatoprotektif Asam
ursodeoksikolat Urdafalk
1 2,6
14. Antasida Sukralfat
7 18,0
15. Antiemetik Antagonis dopamin
Domperidon 2
5,1 Total: 39
Tabel 4.8 Data Distribusi Pasien DRPs Dosis Obat Terlalu Rendah
No. Golongan Terapi Obat
Nama Generik Frekuensi Persentase
1. Antiansietas
Alprazolam 1
2,9 2.
Antibiotik Sefalosporin Sefadroxil
Sefotaksim 1
1 2,9
2,9 3.
Antihipertensi Agonis alfa-2 sentral
Klonidin Catapres
1 2,9
4. Antihiperlipidemia
Gemfibrozil 1
2,9 5.
Antitusif Dextromethorphan
HBr 1
2,9 6.
Antidiare Attapulgite New
diatabs 1
2,9 Total: 7
Hasil data deskriptif pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa terdapat 21 pasien 47,73 dengan 43 kasus 11,2 yang mengalami kejadian DRPs dosis
obat terlalu tinggi dari dosis terapi overdosis dan 7 pasien 15,91 dengan 7 kasus 2,0 yang mengalami DRPs dosis obat terlalu rendah dari dosis terapi
subterapi. Pada penelitian yang dilakukan oleh Belaiche, S., et al. 2012 menunjukkan DRPs dosis terlalu tinggi overdosis sebanyak 51 kasus 17,8
dan dosis terlalu rendah subterapi sebanyak 69 kasus 24,0. Gangguan fungsi ginjal menyebabkan beberapa obat yang mengalami metabolisme dan
diekskresikan melalui ginjal memerlukan penyesuaian dosis sesuai dengan kemampuan ginjal. Agar tidak terjadi efek toksik dari penggunaan obat ataupun
gagal menerima obat. Jenis obat yang paling sering berpotensi tidak tepat dosis berada di atas
dosis terapi tabel 4.7 adalah sukralfat, diikuti asam traneksamat Transamin dan akarbose. Pemberian sukralfat melebihi dosis terapi karena dosis yang diberikan
per harinya adalah 4,5 g, melebihi dosis yang seharusnya pada pasien gangguan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ginjal. Menurut Ashley, C. Dan Currie, A. 2009, dosis pemberian sukralfat pada pasien gangguan ginjal tidak melebihi 4 g per hari.
Pemberian Transamin tidak tepat dosis terkait dengan frekuensi pemberian. Menurut Ashley, C. Dan Currie, A. 2009, pasien gangguan ginjal
dengan LFG 20-50 mlmnt diberikan 10 mgkg IV setiap 12 jam, LFG 10-20 mlmnt diberikan 10 mgkg IV setiap 12-24 jam dan LFG di bawah 10 mlmnt
diberikan 5 mgkg IV setiap 12-24 jam, sedangkan pada penelitian ini semua pasien yang menerima Transamin diberikan dengan frekuensi 3x1 ampul, dimana
tiap ampul memiliki kekuatan 250 mg5 ml sehingga dosis pemberian Transamin pada beberapa pasien melebihi dosis terapi. Pemberian akarbose dikatakan tidak
tepat dosis karena penggunaannya pada pasien yang kontraindikasi secara patologis. Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa akarbose kontraindikasi
dengan pasien yang memiliki LFG 30 mlmnt atau SCr 2 mgdl. Pasien yang berpotensi tidak tepat dosis berada di bawah dosis terapi
terdapat 7 jenis obat, dapat dilihat pada tabel 4.8. Penggunaan obat yang kurang dari dosis terapi tidak akan menghasilkan efek terapetik yang diinginkan bahkan
sama saja dengan tidak menggunakan obat tersebut. Suatu obat akan menghasilkan efek terapetik jika kadar obat di dalam darah atau bioavailabilitas
obat mencapai kadar terapi yang dibutuhkan untuk menghasilkan efek yang diharapkan. Oleh karena itu, penggunaan obat dengan dosis terapi yang sesuai
sangat penting untuk menghasilkan efek terapetik yang menandakan bahwa terapi yang diberikan berhasil.
4.1.3.3 DRPs Indikasi Tanpa Obat