Karakteristik pasien Analisa Univariat

50 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa Univariat

4.1.1 Karakteristik pasien

Data karakteristik pasien penyakit ginjal kronik PGK yang menerima terapi obat dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.1 Karakterisitk Pasien Penyakit Ginjal Kronik di Rumkital Dr. Mintohardjo, 2014 n=44 Karakteristik Pasien Jumlah Persentase Berdasarkan jenis kelamin Laki-laki 25 56,82 Perempuan 19 43,18 Berdasarkan usia pasien Dewasa 20 – 59 tahun 24 54,55 Lansia 60 tahun 20 45,45 Berdasarkan tingkat keparahan PGK Stadium 3 5 11,36 Stadium 4 7 15,91 Stadium 5 32 72,73 Berdasarkan jumlah penyakit penyerta 1 – 3 penyakit penyerta 18 40,91 4 – 6 penyakit penyerta 24 54,54 6 penyakit penyerta 2 4,54 Jumlah pasien rawat inap dengan PGK yang memenuhi kriteria inklusi adalah 44 orang, diantaranya pasien berjenis kelamin laki-laki sebanyak 25 orang 56,82 dan perempuan sebanyak 19 orang 43,18. Hal ini sesuai dengan Walker, R. dan Edward, C. 2003 yang menyatakan bahwa insiden PGK pada laki-laki 1,5 kali lebih banyak daripada perempuan Aritonga, R. E., 2008. Penyataan tersebut juga didukung dengan beberapa penelitian lainnya, dimana pasien ginjal kronik dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada perempuan Faizzah, N., 2012. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan Indriani, L., dkk. 2013, yang menunjukkan dari 40 pasien penderita PGK, jenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Penelitian yang dilakukan di China, menunjukkan jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari perempuan Xue, L., et al., 2014. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Riset Kesehatan Dasar 2013, dimana pasien PGK lebih banyak yang berjenis kelamin laki-laki daripada perempuan. Namun, penelitian yang dilakukan oleh Aritonga, R. E. 2008 sendiri menunjukkan jenis kelamin perempuan lebih banyak yang menderita PGK daripada laki-laki. Terdapat beberapa penelitian lain juga yang menyatakan berbeda. Penelitian yang dilakukan oleh Zhang, Qui-Li dan Rothenbacher, D. 2008 dengan systematic review, menyatakan bahwa jenis kelamin perempuan lebih banyak menderita PGK dibandingkan laki-laki, begitu juga dengan penelitian yang dilakukan di China Chen, J., et al., 2005, di US Coresh, J., 2005, di Thailand Ingsathit, A., et al., 2010, di Turkey Suleymanlar, G., et al., 2011 dan penelitian yang dilakukan Thawornchaisit, P., et al. 2015 menyatakan bahwa jenis kelamin yang paling umum menderita PGK adalah perempuan. Perbedaan hasil yang diperoleh pada penelitian ini, dapat disebabkan terbatasnya jumlah sampel yang diteliti. Dilihat dari segi usia, usia pasien yang paling muda adalah 26 tahun dan paling tua adalah 80 tahun. Pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa kelompok usia penderita PGK yang paling banyak terjadi pada usia dewasa 20 – 59 tahun, yaitu 24 pasien 54,55, diikuti usia lansia 60 tahun sebanyak 20 pasien 45,45. Hal ini tidak sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa prevalensi PGK meningkat seiring dengan jumlah usia Ingsathit, A., et al., 2010. Pengamatan terhadap 26 studi yang dilakukan oleh Zhang, Qui-Li dan Rothenbacher, D. 2008 menunjukkan prevalensi penyakit ginjal usia lebih dari 64 tahun sebesar 35,8 lebih tinggi dibandingkan 7,2 pada populasi usia lebih dari 30 tahun. Penelitian yang dilakukan oleh Marquito, A. B., et al. 2013 menunjukan prevalensi PGK tertinggi terdapat pada usia di atas 60 tahun, yaitu terdapat 387 pasien 69,36 dari total 558 pasien. Belaiche, S., et al. 2012 menyatakan bahwa resiko kejadian DRPs meningkat signifikan terhadap kondisi lanjut usia P = 0.0027. Perbedaan hasil yang didapat pada penelitian ini dapat disebabkan oleh terbatasnya jumlah sampel yang diteliti. Berdasarkan tingkat keparahan PGK yang diperoleh dengan menghitung estimasi laju filtrasi glomerulus eLFG, pada tabel 4.1 dapat dilihat hasilnya yang menunjukkan bahwa stadium 5 merupakan stadium yang paling banyak diderita pasien PGK, yaitu 32 pasien 72,73, diikuti stadium 4 sebanyak 7 pasien UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 15,91 dan stadium 3 sebanyak 5 pasien 11,36. Terdapat beberapa penelitian terkait, penelitian yang dilakukan oleh Indriani, L., dkk. 2013 yang menunjukkan stadium 5 adalah stadium yang paling banyak diderita pasien yaitu sebanyak 31 pasien 77,5, diikuti stadium 4 sebanyak 6 pasien 15,0 dan stadium 3 sebanyak 3 pasien 7,5. Namun, pada penelitian yang dilakukan oleh Belaiche, S., et al. 2012 menunjukkan stadium yang paling banyak diderita pasien PGK adalah stadium 4 sebanyak 17 pasien 40,5, diikuti stadium 3 sebanyak 16 pasien 38,1. Begitu juga penelitian yang dilakukan Ingsathit, A., et al. 2010, menunjukkan bahwa stadium 3 merupakan stadium yang paling banyak diderita pasien PGK. Menurut hasil penelitian Chen, J., et al. 2005, pasien PGK paling banyak berada pada stadium 2 fungsi ginjal berkisar 60 – 89 yaitu 39,4 dari 15.540 pasien dan hasil penelitian yang dilakukan Coresh, J., et al. 2005 menunjukkan stadium 1 yang paling banyak diderita pasien PGK. Hasil penelitian ini menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Indriani, L., dkk. 2013. Hal ini dapat dikarenakan karakteristik pasien di kedua rumah sakit memiliki kesamaan. Stadium 1 merupakan kerusakan ginjal dengan LFG normal atau menurun, dimana fungsi ginjal berkisar 90 dan berkaitan dengan istilah albuminuria, proteinuria, hematuria. Stadium 2 merupakan kerusakan ginjal dengan penurunan LFG ringan, dimana fungsi ginjal berkisar 60 – 89 dan berkaitan istilah dengan albumiuria, proteinuria, hematuria. Stadium 3 merupakan penurunan LFG sedang moderat, dimana fungsi ginjal berkisar 30 – 59 dan berkaitan dengan istilah gangguan ginjal kronik gangguan ginjal awal. Stadium 4 merupakan penurunan LFG berat, dimana fungsi ginjal berkisar 15 – 29 dan berkaitan dengan istilah gangguan ginjal kronik gangguan ginjal akhir, pre-gagal ginjal terminal GGT. Stadium 5 merupakan kegagalan organ ginjal, dimana fungsi ginjal hanya berkisar di bawah 15 atau dengan bantuan dialisis dan berkaitan dengan istilah gagal ginjal, uremia, GGT. eLFG merupakan suatu komponen dari fungsi ekskresi tetapi secara luas diterima paling baik sebagai keseluruhan indeks dari fungsi ginjal, karena secara umum tereduksi setelah struktur ginjal rusak secara meluas dan fungsi ginjal lainnya menurun bersamaan dengan LFG pada PGK KDIGO, 2013. eLFG UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berguna sebagai parameter fungsi ginjal. Perhitungan LFG yang digunakan adalah persamaan MDRD Modification of Diet in Renal Disease 4-variabel. Berikut ini adalah persamaan MDRD 4-variabel: eLFG = 186 x SCr –1,154 x usia –0,203 x 0,742 jika wanita x 1,210 jika orang Afrika Amerika Penggunaan persamaan MDRD karena formula ini memberikan performance yang baik pada pasien dengan nilai LFG 60 mlmnt1,73 m 2 . Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Stevens, L. A., et al. 2007 bahwa formula MDRD memberikan bias yang rendah serta presisi yang tinggi pada pasien dengan nilai LFG 60 mlmnt1,73 m 2 . Kumaresan dan Giri 2011 menyebutkan formula MDRD memiliki presisi dan akurasi yang lebih baik dibandingkan dengan formula CG Cockroft Gault pada pasien dengan PGK LFG 60 mlmnt1,73 m 2 sedangkan perhitungan LFG dengan formula CG lebih baik pada subjek dengan nilai normal dan mild PGK LFG 60 mlmnt1,73 m 2 Anggrayny, A., 2015. Pasien PGK mengalami sejumlah penyakit penyerta yang dapat dilihat pada tabel 4.1, dimana sebanyak 18 pasien mengalami 1 – 3 penyakit penyerta 40,91, 24 pasien mengalami 4 – 6 penyakit penyerta 54,54 dan terdapat 2 pasien yang mengalami di atas 6 penyakit penyerta 4,54. Menurut literatur, dikatakan bahwa pasien PGK mengalami rata-rata 5 sampai 6 penyakit penyerta Cardone, K. E., et al., 2010. Manley, H. J., et al. 2003a dan 2005, mengatakan pasien PGK mengalami rata-rata 4 sampai 8 penyakit penyerta. Jenis penyakit penyerta yang dialami pasien rawat inap dengan PGK di Rumkital Dr. Mintohardjo dapat dilihat pada tabel berikut: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tabel 4.2 Data Distribusi Penyakit Penyerta Pasien Penyakit Ginjal Kronik di Rumkital Dr. Mintohardjo, 2014 Penyakit Penyerta Frekuensi Persentase Anemia 33 75,0 Hipertensi 26 59,09 Leukositosis 24 54,54 Diabetes melitus tipe 2 15 34,09 HHD 9 20,45 Hiperurisemia 6 13,64 Febris, Hiperkalemia, Melena 5 11,36 Dispepsia, Ensefalopati uremikum, Hiperlipidemia, Nefropati diabetikum, TB paru 3 6,82 BPH, CAD, CHF, Diare, Dispnea, Hematemesis, Hepatitis, Hipokalemia, Hipokalsemia 2 4,54 Asidosis metabolik, Bronkitis, Bronkopneumonia, Cholelithiasis dan Cholecystitis, DVT, Efusi pleura, GEA, Hematuria, HHNS, Hipotensi, Limfadenitis coli kiri, Osteoarthritis, Seizure, Severe sepsis, SIRS, Syok sepsis, Trauma kepala, Trombositopenia, Ulkus DM, Urtikaria, Vertigo, VES 1 2,27 Keterangan: BPH = Benign Prostate Hyperplasia; CAD = Coronary Arterial Disease; CHF = Congestive Heart Failure; DVT = Deep-Vein Thrombosis; GEA = Gastroenteritis Akut; HHD = Hypertension Heart Disease; HHNS = Hyperosmolar Hyperglycemic Nonketotic Syndrome; SIRS = Systemic Inflammatory Response Syndrome; Ulkus DM = Ulkus Diabetes Melitus; VES = Ventrikel Ekstra Sistol. Tabel 4.2 menunjukkan bahwa jenis penyakit penyerta yang paling banyak terjadi pada pasien PGK di Rumkital Dr. Mintohardjo adalah anemia yaitu 33 pasien 75,0, diikuti hipertensi sebanyak 26 pasien 59,09, leukositosis sebanyak 24 pasien 54,54, diabetes melitus tipe 2 sebanyak 15 pasien 34,09, HHD sebanyak 9 pasien 20,45, hiperurisemia sebanyak 6 pasien 13,64, febris, hiperkalemia dan melena masing-masing sebanyak 5 pasien 11,36, serta penyakit lainnya yang berada di bawah 10. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.2. Tingginya penyakit penyerta anemia yang dialami pasien PGK dikarenakan hampir seluruh pasien PGK pada penelitian ini mendapatkan terapi hemodialisis atau pengganti ginjal. Penyakit penyerta hipertensi juga termasuk penyakit penyerta terbanyak setelah anemia, yang dialami pasien PGK. Hipertensi merupakan salah satu dari faktor inisiasi pada PGK. Munculnya faktor inisiasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menyebabkan hilangnya massa nefron sehingga terjadi penurunan fungsi ginjal. Sebagai kompensasi hal tersebut, terjadi hipertrofi nefron yang menyebabkan terjadinya hipertensi glomerulus yang dimediasi oleh angiotensin II AT II. AT II merupakan vasokonstriktor poten yang mempengaruhi arteriol efferen sehingga dapat meningkatkan tekanan darah kapiler glomerulus. Oleh karena itu, pengontrolan tekanan darah pada pasien PGK sangat penting untuk mencegah dan memperlambat kerusakan ginjal, dimana tekanan darah yang diharapkan pada pasien PGK adalah 14090 mmHg. Penyakit penyerta leukositosis terdapat diurutan ketiga sebagai penyakit penyerta terbanyak pada pasien PGK. Leukositosis adalah terjadinya peningkatan kadar leukosit di dalam tubuh yang melebihi kadar normal, hal ini menandakan bahwa adanya infeksi yang dialami pasien, sedangkan diabetes melitus termasuk penyakit penyerta terbanyak urutan keempat pada pasien PGK, hal ini berhubungan dengan diabetes melitus sebagai salah satu faktor inisiasi yang dapat memperburuk fungsi ginjal jika kadar gula dalam darah tidak dikontrol. Kebanyakan pasien 84,1 dengan PGK memiliki minimal 3 penyakit penyerta. Pasien dengan PGK memiliki penyakit penyerta yang saling terkait dengan faktor resiko, termasuk hipertensi, aterosklerosis, diabetes intoleransi glukosa dan gangguan lipid, yang dapat memperburuk fungsi ginjal dan kardiovaskular Coyne, D. W., 2011.

4.1.2 Profil Penggunaan Obat

Dokumen yang terkait

Identifikasi Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien Kanker Payudara di Instalasi Rawat Inap RSU Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2011 – 2012

13 117 144

Karakteristik Penderita Gagal Ginjal Kronik Rawat Inap di RS Haji Medan Tabun 1999 - 2003

0 23 74

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) PADA PASIEN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) RAWAT INAP DI RS PARU JEMBER TAHUN 2011

2 30 17

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) PADA PASIEN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) RAWAT INAP DI RS PARU JEMBER TAHUN 2011

0 12 17

Evaluasi Drug Related Problems Kategori Penyesuaian Dosis Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta Utara

4 33 166

Evaluasi drug related problems obat antidiabetes pada pasien geriatri dengan diabetes melitus tipe 2 di ruang rawat inap rumah sakit umum pelabuhan periode januari-juni 2014

4 24 164

Analisa Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien Rawat Inap Penyakit Ginjal Kronik dengan Penyakit Penyerta di Rumkital Dr. Mintohardjo Tahun 2014

1 17 174

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) POTENSIAL PADA PASIEN ASMA DI INSTALASI RAWAT INAP RS X TAHUN 2015 Identifikasi Drug Related Problems (Drps) Potensial Pada Pasien Asma Di Instalasi Rawat Inap Rsud Dr. Moewardi Tahun 2015.

1 6 19

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) POTENSIAL PADA PASIEN ASMA DI INSTALASI RAWAT Identifikasi Drug Related Problems (Drps) Potensial Pada Pasien Asma Di Instalasi Rawat Inap Rsud Dr. Moewardi Tahun 2015.

0 3 14

KAJIAN DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) PADA PASIEN PERSALINAN PRETERM DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. Kajian Drug Related Problems (Drps) Pada Pasien Persalinan Preterm Di Instalasi Rawat Inap Rsud Dr. Moewardi Tahun 2010.

0 2 18