untuk menahan sedikit laba, jikalau ada; ini nantinya menghasilkan ketergantungan yang lebih besar pada pendanaan modal eksternal. Sebaliknya
dengan investasi dan keputusan pendanaan perusahaan, pembayaran deviden yang kecil akan berarti penahanan laba yang tinggi dengan lebih sedikit
kebutuhan dana modal yang dihasilkan dari luar. Setiap perusahaan selalu menginginkan adanya pertumbuhan bagi perusahaan tersebut di satu pihak dan
juga dapat membayarkan deviden kepada para pemegang saham di lain pihak, tetapi kedua tujuan tersebut selalu bertentangan.
Kebijakan deviden perusahaan bisa dianggap oleh pemilik sebagai alat monitor. Dengan mengasumsikan bahwa pembayaran deviden mensyaratkan
manajemen untuk menerbitkan saham untuk mendanai investasi baru atau memenuhi kebutuhan dana dari hutang, investor baru atau kreditur mungkin
tertarik pada perusahaan hanya jika perusahaan memberikan informasi yang meyakinkan bahwa modal atau pinjaman akan digunakan agar menguntungkan.
Maka pembayaran deviden secara tak langsung menghasilkan monitor yang lebih ketat pada kegiatan investasi manajemen.
Penentuan besarnya Devidend akan menentukan besar kecilnya laba yang ditahan. Setiap ada penambahan laba yang ditahan berarti ada penambahan modal
sendiri dalam perusahaan dengan biaya murah.
2.2.5.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dividen Payout Ratio
Menurut Weston dan Copeland 1997:127-130 ada sebelas faktor yang mempengaruhinya yaitu :
1 Undang-Undang
Undang-Undang menentukan bahwa dividen harus dibayar dari laba, baik laba tahun berjalan maupun laba tahun yang lalu ada pada pos “laba
ditahan” retained earning di neraca. Peraturan pemerintah menekankan tiga hal : Pertama, peraturan laba bersih, Kedua, larangan pengurangan
modal capital empairement rule dan Ketiga, peraturan kepailitan. 2
Posisi Likuiditas Laba ditahan tahun-tahun lalui sudah diinvestasikan dalam bentuk pabrik
dan peralatan, persediaan dan aktiva lainnya, laba tersebut tidak disimpan dalam bentuk kas. Meskipun perusahaan mempunyai catatan mengenai
laba, perusahaan mungkin tidak dapat membayar tunai dividen karena posisi likuiditasnya. Dalam keadaan seperti ini perusahaan dapat
memutuskan untuk tidak membayar dividen. 3
Kebutuhan Pelunasan Hutang Apabila perusahaan mengambil hutang untuk membiayai ekspansi atau
untuk mengganti jenis pembiayaan lain, perusahaan menghadapi dua pilihan. Perusahaan dapat membayar hutangnya pada saat jatuh tempo
dan menggantikannya dengan jenis surat berharga yang lain, atau perusahaan dapat memutuskan untuk melunaskan hutang tersebut. Jika
keputusannya melunaskan hutang, maka biasanya dilakukan penahanan laba.
4 Pembatasan dalam Perjanjian Hutang
Perjanjian hutang, khususnya apabila merupakan hutang jangka panjang seringkali membatasi kemampuan perusahaan untuk membayar dividen
tunai. larangan yang dibuat untuk melindungi kedudukan pemberi pinjaman, biasanya menyatakan bahwa 1 dividen pada masa yang akan
datang hanya dapat dibayar dari laba yang diperoleh sesudah penandatangan perjanjian jadi dividen tidak dapat dibayar dari laba
tahun-tahun lalu dan 2 dividen tidak dapat dibayarkan apabila modal kerja telah ditentukan. Demikian pula perjanjian saham preferen biasanya
mengatakan bahwa dividen tunai saham biasa tidak dapat dibayarkan kecuali semua dividen saham preferen sudah dibayar.
5 Tingkat Ekspansi Aktiva
Semakin cepat sebuah perusahaan berkembang, semakin besar kebutuhannya untuk membiayai ekspansi aktivanya. Kalau kebutuhan
dana dimasa depan semakin besar, perusahaan akan cenderung untuk menahan laba daripada membayarkannya. Teapi jika laba dibayarkan
sebagai dividen dan terkena pajak penghasilan pribadi yang tinggi, maka hanya sebagian saja yang tersisa untuk reinvestasi.
6 Tingkat Laba
Tingkat hasil pengembalian yang diharapkan akan menentukan pilihan relatif untuk membayar laba tersebut dalam bentuk dividen kepada
pemegang saham atau menggunakannya di perusahaan tersebut. 7
Stabilitas Laba Perusahaan yang mempunyai laba stabil seringkali dapat memperkirakan
berapa besar laba dimasa yang akan datang. Perusahaan seperti ini biasanya cenderung membayarkan laba dengan persentase yang lebih
tinggi daripada perusahaan yang labanya berfluktuasi. Dividen yang lebih rendah akan lebih mudah untuk dibayar apabila laba menurun pada masa
yang akan datang. 8
Akses ke Pasar Modal Perusahaan yang besar dan telah berjalan dengan baik dan mempunyai
catatan profitabilitas dan stabilitas, akan mempunyai akses yang mudah ke pasar modal dan mempunyai bentuk lain dari pendanaan. Jadi
perusahaan yang sudah mapan cenderung untuk memberi tingkat pembayaran dividen yang lebih tinggi daripada perusahaan kecil atau
baru. 9
Kendali Perusahaan Variabel penting lainnya adalah pengaruh pembiayaan alternatif terhadap
situasi kendali perusahaan. Sebagai suatu kebijakan, beberapa perusahaan melakukan ekspansi hanya sampai pada tingkat penggunaan
laba internal saja.Pentingnya pembiayaan internal dalam usaha untuk mempertahankan kendali perusahaan, akan memperkecil pembayaran
dividen. 10
Posisi Pemegang Saham Sebagai Pembayar Pajak Pada saat-saat tertentu di dalam perusahaan besar terjadi konflik
kepentingan antara pemegang saham yang terkena tarif pajak tinggi dengan pemegang saham yang terkena tarif pajak rendah. Yang pertama
menginginkan pembayaran dividen rendah dan menahan laba yang tinggi
dengan harapan meningkatkan modal saham perusahaan. Yang kedua, menginginkan pembayaran dividen yang tinggi.
11 Pajak atas laba yang diakumulasikan secara salah
Untuk memperoleh pemegang saham hanya menggunakan perusahaan sebagai suatu perusahaan penyimpan uang yang dapat digunakan untuk
menghindari tarif pajak penghasilan pribadi yang tinggi, peraturan perpajakan perusahaan menentukan suatu pajak tambahan khusus
terhadap penghasilan yang diakumulasikan secara tidak benar.
2.2.6. Pengaruh Cash Position Terhadap Dividend