Hasil Penelitian Terdahulu Hipotesis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Lisa Marlina dan Clara Danica, 2009, dengan judul Analisis Pengaruh Cash Position, Debt To Equity Ratio, Dan Return On Assets Terhadap Dividend Payout Ratio. Dimana Model analisis yang digunakan adalah model analisis regresi linier berganda .Model ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur yang terdaftar listing di Bursa Efek Indonesia BEI pada periode januari 2004 sampai dengan desember 2007, yaitu sebanyak 142 perusahaan. Penarikan sampel yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan menggunakan desain sampel non probabilitas dengan metode judgment sampling .penelitian ini melibatkan 4 variabel yang terdiri dari dividend payout ratio sebagai variabel dependen sedangkan cash position, debt to equity ratio, Return on assets sebagai variabel independent. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa secara simultan variabel cash position, debt to equity ratio, return on assets berpengaruh secara signifikan terhadap variabel devidend payout ratio . Sedang secara parsial Variabel Cash Position dan Return on Assets mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap Dividen Payout Ratio DPR sedangkan variabel bebas yang lain, yaitu Debt to Equity Ratio tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Dividen Payout Ratio.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Manajemen Keuangan

2.2.1.1. Pengertian Manajemen Keuangan

Manajemen keuangan atau sering disebut pembelanjaan dapat diartikan semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien Sutrisno, 2001:3. Usaha mendapatkan dana sering disebut pembelanjaan pasif, dan bila kita lihat di neraca akan terlikat di sisi pasiva, sedangkan usaha mengalokasikan dana disebut pembelanjaan aktif dan dineraca akan terlihat disisi aktiva. Fungsi manajemen keuangan tidak bias dipisahkan dengan fungsi-fungsi perusahaan lainnya seperti pemasaran, produksi maupun sumber daya manusia. Kegagalan dalam mendapatkan sumber dana akan menghambat proses produksi, memnghambat program-program pemasaran yang telah ditetapkan , menghambat dalam penarikan sumberdaya manusia yang ahli, sehingga akhirnya akan mengakibatkan kerugian perusahaan secara keseluruhan. Maka dari itu manjemen pemasaran, manajemen produksi, manajemen sumber daya manusia, akuntansi, maupun limgkungan ekonomi sangat berpengaruh terhadap keputusan keuangan, sehingga untuk menghidari terjadinya kerugian secara keseluruhan maka manajer keuangan harus bekerja sama dengan semua manajer-manajer fungsi tersebut. Misalnya bekerja sama dalam hal pengembangan produk baru, rencana promosi, distribusi, dan penentuan harga .

2.2.1.2 Tujuan Manajemen Keuangan

Kita tahu bahwa tujuan perusahaan adalah meningkatkan kemakmuran para pemegang saham atau pemilik. Kemakmuran para pemegang saham diperlihatkan dengan wujud semakin tingginya harga saham yang merupakan pencerminan dari keputusan-keputusan investasi, pendanaan dan kebijakan devideen. Kadang-kadang memaksimumkan laba dicanangkan sebagai tujuan perusahaan,akan tetapi hal ini tidak dapat mencapai sasaran memaksimumkan kemakmuran para pemegang saham.yang lbh pnting bukanlah laba melainkan laba per lembar sahamearning per share.sutrisno,2001:4

2.2.1.3 Fungsi manajemen keuangan

Fungsi manajemen keuangan terdiri dari tiga keputusan utama yang hanya di lakukan oleh suatu perusahaan,diantaranya adalah keputusan investasi, keputusan pendanaan dan keputusa deviden. masing-masing keputusan harus berorientasi pada pencapaian tujuan perusahaan. Kombinasi dari ketiganya akan memaksimumkan nilai perusahaan. Ketiga keputusan di implementasikan dalam kegiatan sehari-hari untuk mendapatkan laba. Laba yang diperoleh di harapkan mampu meningkatkan nilai perusahaan yang tercermin pada makin tingginya harga saham, sehingga kemakmuran para pemegang saham dengan sendirinya makin bertambah.sutrisno,2001:5

2.2.2. Laporan Keuangan

2.2.2.1. Pengertian Laporan Keuangan

Pada mulanya laporan keuangan bagi semua perusahaan hanyalah sebagai alat penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk laporan keuangan tidak hanya sebagai dasar untuk dapat menentukan atau menilai posisi keuangan perusahaan tersebut, dimana dengan hasil analisisa tersebut pihak- pihak yang berkepentingan mengambil suatu keputusan Munawir, 2002 : 1 Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Menurut Munawir, 2002 : 5 laporan keuangan adalah dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar adalah neraca dan daftar rugi laba. Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan untuk menambah daftar ketiga yaitu laba ditahan. Menurut Riyanto 1997: 327 laporan keuangan memberikan ikhtisar mengenai keadaan financial suatu perusahaan. Dimana neraca mencerminkan nilai aktiva, utang dan modal sendiri pada suatu saat tertentu, dan laporan rugi laba mencerminkan hasil-hasil yang dicapai selama suatu periode tertentu biasanya meliputi periode satu tahun. Dari beberapa pengertian diatas dapt ditarik kesimpulan bahwa laporan keuangan merupakan hasil akhr dari suatu proses pembukuan yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi-trnsksi keuangan yang terjadi selama satu periode akutansi yang dinyatakan dalam satuan hitung

2.2.2.2. Tujuan Laporan Keuangan

Laporan keuangan harus memberikan informasi yang berguna bagi investor, kreditor dan pemakai lain,selain itu juga membantu dalam menilai peneriman kas di masa depan dari dividen atau bunga hasil dari penjualan, penariakan atau jatuh tempo dari sekuritas atau pinjaman. Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Data keuangan tersebut akan lebih berarti bagi pihak-pihak yang berkepentingan apabila data tersebut diperbandingkan untuk dua periode atau lebih. Dan anlisis lebih lanjut sehingga dapat diperoleh data yang akan dapat mendukung keputusan yang akan diambil. Munawir, 2002 : 31 Sedangkan menurut Baridwan, Zaki 2004 : 17 laporan keuangan dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan. Disamping itu laporan keuangan dapat juga digunakan untuk memenuhi tujuan – tujuan lain yaitu sebagai laporan kepada pihak – pihak di luar perusahaan.

2.2.2.3 Manfaat Laporan Keuangan

Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Menurut munawir 1995:2 manfaat laporan keuangan untuk masing- masing pihak dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. pemilik perusahaan Pemilik perusahaan sangat berkepentingan terhadap laporan keuangan perusahaanya, karena dengan laporan tersebut pemilik perusahaan aakan dapat menilai sukses atau tidaknya manjer dalam memimpin perusahaannya dakkeuksesan seorang manajer biasanya di ukur dengan laba yang diperoleh peruahaan. 2. manajer atau pimpinan perusahaan Dengan mengetahui posisi keuangan perusahaan, manajer dapat menyusun rencana yang lebih baikdan menentukan kebijakan-kebijakan yang lebih tepa. Tetapi yang lebih penting bagi manjer adalah bahwa laporan keuangan trsebut merupakan alat untuk mempertanggung jawabkan kepada para pemilik perusahaan atas kepercayaan yang telah diberikan kepadaanya. 3. kreditur dan bankers Sebelum mengmbil keputusan untuk member atau menolak permintaan kredit dari suatu perusahaan, kreditur atau bankers perlu mengetahui dahulu posisi keuangan dari perusahaan peminta kredit akan dapat diketahui melalui penganalisaan laporan keuangan perusahaan yang bersangkutanvdan diukur kemampuannya untuk mengetahui pakah kredit yang diberikan cukup mendapat jaminan yanh terlihat pada kemampuan perusahaan untuk medapatkan keuntungan dimasa yang akan dating. 4. investor Para investor memerlukan laporan keuangan perusahaan dimana mereka menanamkan modalnya. Mereka berkepentingan terhadap prospek keuntungan dimasa mendatang dan perkembangan perusahaan selanjutnya untuk mengetahuinjaminan investasinya dan menentukan lanhkah-langkh yang hrs ditempuh selanjuty. 5. pemerintah Pemerintah sangat berkepentingan dengan laporan keuangan perusahaandimana laporan keuangan tersebut dapat digunakan untuk menentukan besarnya pajak yang hrus di tanggung oleh perusahaan juga dioerlukan biro pusat statistic, dinas perindustrian dan tenaga kerja untuk dasr perencanaan pemerintah

2.2.2.4 Jenis Laporan Keuangan

laporan keuangan yang utama terdiri atas neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, dan laporan arus kas. 1 . Neraca Neraca merupakan laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Tujuan neraca adalah untuk menunjukkan posisi keuangan sauatu perusa haan pada suatu tanggal tertentu, biasanya pada waktu dimana buku-buku ditutup dan ditentukan sisanya pada suatu akhir tahun fiscal atau tahun kalender, sehingga neraca sering disebut dengan balance sheet Munawir, 2002 : 13. Bentuk Neraca: a Skonto Dimana semua aktiva tercantum sebelah kiri atau debet dan hutang sebelah kanan atau kredit. b Vertical Dalam bentuk ini semua aktiva Nampak dibagian atas yang selanjutnya diikuti dengan hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan modal. c Bentuk neraca yang disesuaikan dengan kedudukan atau posisi keuangan perusahaan Munawir, 2002 : 20 2. Laporan Rugi Laba Merupakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, rugi laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan selam periode tertentu. Munawir, 2002 : 26 Bentuk Laporan Rugi Laba: a Bentuk single step yaitu dengan menggabungkan semua penghasilan menjadi satu kelompok dan semua biaya dalam satu kelompok, sehingga untuk menghitung rugi laba bersih hanya memerlukan satu langkah yaitu mengurangkan total biaya terhadap total penghasilan. b Bentuk multiple step yaitu bentuk ini dilakukan pengelompokkan yang lebih teliti sesuai dengan prinsip yang digunakan secara umum. 3. Laporan Perubahan Modal Laporan perubahan modal adalah laporan keuangan yang secara sistematis menyajikan informasi mengenai perubahan modal perusahaan akibat operasi perusahaan dan transaksi dengan pemilik pada satu periode akuntansi tertentu. Laporan perubahan modal merupakan pelengkap dari laporan laba rugi. 4. Laporan Arus Kas Laporan arus aliran kas menyajikan secara sistematis informasi tentang penerimaan dan pengeluaran kas selama satu periode tertentu. Dalam laporan aliran kas, penerimaan, dan pengeluaran kas diklasifikasi menurut kegiatan operasi, kegiatan pendanaan dan kegiatan investasi. 2.2.3. Analisis Rasio 2.2.3.1. Pengertian Analisis Rasio Analisa rasio merupakan bentuk cara yang umum digunakan dalam menganalisis laporan finansial. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan mathematical relationship antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberikan gambaran kepada penganalisis tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan rasio perbandingan digunakan sebagai standar.Munawir, 1998 : 64 Menggunakan analisa laporan finansiil dari perusahaan, manajer akan dapat mengetahui keadaan dan perkembangan finansiil dari perusahaan dan akan dapat diketahui hasil-hasil finansiil yang telah dicapai dari waktu lalu dan waktu yang sedang berjalan. Dengan mengetahui kelemahan-kelemahan yang dimilikinya diusahakan agar dapat diperbaiki. Analisa yang dilakukan oleh manajer disebut analisis intern Bambang, 1997 : 328 Analisa intern dilakukan oleh kreditur atau investor. Investor berkepentingan terhadap laporan finansiilnya. Suatu perusahaan dalam rangka penentuan kebijaksanaan penanaman modal. Para kreditur berkepentingan terhadap kemampuan nasabah untuk dapat memenuhi kewajiban finansiil yang harus dipenuhi Bambang, 1997 : 328-329

2.2.3.2. Jenis-jenis Rasio Keuangan

Menurut Bambang 1997 : 331 mengelompokkan rasio finansiil yaitu antara lain : 1. Rasio likuiditas Adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur likuiditas perusahaan. 2. Rasio leverage Adalah rasio-rasio yang dimaksud untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan utang.Rasio aktivitas 3. Rasio aktivitas Adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa besar ktivitas perusahaan dalam mengerjakan sumber-sumber dananya. 4. Rasio profitabilitas Adalah rasio-rasio yang menunjukkan hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan-keputusan. Dalam mengadakan analisa rasio finansial pada dasarnya dapat dilakukan dengan dua macam cara perbandingan Bambang, 1997 : 329 : a. Membandingkan rasio sekarang present ratio dengan rasio-rasio dari waktu- waktu lalu ratio historis atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu-waktu yang akan datang dari perusahaan yang sama. b. Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan rasio perusahaan company ratio dengan rasio-rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau industri rasio standart untuk waktu yang sama. sedangkan menurut Kasmir 2003:263 mengelompokkan beberapa rasio keuangan bank sebagai berikut : 1. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih. Dengan kata lain dapat membayar kembali pencairan dana deposannya pada saat ditagih serta dapat mencukupi permintaan kredit yang telah diajukan. Kasmir, 2003 : 268 Adapun jenis rasio likuiditas adalah : a. Assets to Loan Ratio ALR Assets to Loan Ratio merupakan rasio untuk mengukur jumlah kredit yang disalurkan dengan jumlah harta yang dimiliki bank. Semakin tinggi tingkat rasio, menunjukkan semakin rendahnya tingkat likuiditas bank. Rumus yang digunakan Kasmir, 2003 : 270, adalah: b. Loan to Deposit Ratio LDR Loan to Deposit Ratio merupakan rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Rumus yang digunakan Kasmir, 2003 : 272, adalah: 100 x Equity Deposito Total Loans L   DR 2. Rasio Solvabilitas Merupakan ukuran kemampuan bank mencari sumber dana untuk membiayai kegiatannya. Bisa juga dikatakan rasio ini merupakan alat untuk melihat kekayaan bank untuk melihat efisiensi bagi pihak manajemn bank tersebut. Kasmir, 2003 : 275 Adapun jenis rasio solvabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Penilaian Capital ini didasarkan dengan metode CAR Capital Adequacy Ratio . Diukur dengan menggunakan skala rasio dan satuan pengukuran adalah prosentase .Kasmir, 2003 : 278 100 x Securities Loans Total Capitall Equity CAR   3. Rasio Rentabilitas Rentabilitas rasio sering disebut profitabilitas usaha. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan, Kasmir, 2003 : 279. Adapun jenis rasio rentabilitas yang digunakan adalah : a. Net profit margin Rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan net icome ditinjau dari sudut operating income-nya. Sedangkan tinggi rasio, semakin baik hasil yang ditunjukannya. Kasmir, 2003 : 280 x100 Income Operating Bersih Laba Margin Profit Net NPM  b. Return on Equity ROE Mengukur kemampuan bank untuk mengahasilkan laba dengan membandingkan laba sebelum pajak dengan equity. Kasmir, 2003 : 280 ROE 100 Capital Equity Income Net x 

2.2.3.3. Kegunaan Analisis Rasio

Analisis rasio seperti halnya alat-alat analisis yang lain adalah “future oriented ”. Oleh karena itu penganalisa harus mampu untuk menyesuaikan faktor- faktor yang ada pada periode atau waktu itu dengan faktor-faktor dimasa yang akan datang yang mungkin akan mempengaruhi posisi keuangan atau hasil operasi perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian kegunaan atau manfaat suatu angka rasio sepertinya tergantung kepada kemampuan atau kecerdasan penganalisa dalam menginterprestasikan data yang bersangkutan. Munawir, 1998 : 64 Analisis rasio digunakan oleh tiga kelompok utama Weston, 1990 : 312- 313 Yaitu : 1. Manajer, yang menggunakan rasio-rasio tersebut untuk menganalisis mengendalikan dan memperbaiki operasi perusahaan. 2. Analisa kredit, seperti petugas kredit bank atau analis yang menetapkan peringkat obligasi di AS, yang menganalisis rasio untuk menentukan kemampuan suatu perusahaan membayar utangnya. 3. Analisa sekuritas, yaitu analisis saham yang berkepentingan atas efisiensi dan prospek pertumbuhan perusahaan, dan analis obligasi yang berkepentingan atas kemampuan perusahaan untuk membayar bunga dan pokok obligasi serta nilai likuiditas aktiva dalam hal ini kepailitan. Secara lengkap kegunaan analisis laporan keuangan dikemukaan oleh Harahap 2002 :195-197 sebagai berikut : a Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang terdapat dalam laporan keuangan biasa. b Dapat menggali informasi yang tidak nampak secara kasat mata eksplisit dari suatu laporan keuangan atau yang berada dibalik laporan keuangan implisit. c Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan. d Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan. e Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model-model dan teori-teori yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi, peningkatan rating f Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh pengambil keputusan. g Dapat menentukan peringkat rating perusahaan menurut criteria tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis. h Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan periode sebelumnya atau dengan Standar Industri normal atau Standar ideal. i Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan baik posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan dan sebagainya. j Bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dialami perusahaan dimasa yang akan datang. Menurut Dahlan 1993 : 266 Analisis rasio menggambarkan hubungan matematis antara suatu jumlah lainnya. Perhitungan yang digunakan dalam analisis rasio ini sebenarnya relatif sederhana, namun interprestasi terhadap rasio tersebut merupakan masalah yang cukup komplek. Oleh karena itu, efektifnya rasio keuangan ini sebagai suatu alat analisis, sangat tergantung dari kemampuan dan keahlian analisis menginterprestasikan rasio-rasio yang digunakan. Selanjutnya, analisis rasio keuangan dapat memberikan petunjuk dan gejala- gejala serta informasi keuangan lainnya mengenai keadaan keuangan suatu bank.

2.2.3.4. Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan

Menurut Harahap 1998 : 298 , Analisis rasio keuangan memiliki beberapa keterbatasan yang diharuskan untuk diketahui dalam penggunaan dalam perhitungan. Keterbatasan tersebut antara lain : 1 Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yng dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya. 2 Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjaga keterbatasan teknik seperti : a Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu hanya mengandung taksiran dan judgment yang dapat dinilai bias atau subjektif. b Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dari rasio adalah nilai perolehan cost bukan harga pasar. c Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio. d Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bias diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda. 3 Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan menimbulkan kesulitan dalam menghitung rasio. 4 Sulit jika ada data yang sesuai tidak sinkron. 5 Jika dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bias terjadi kesalahan. 2.2.4. Dividend 2.2.4.1. pengertian dividen Dividen merupakan nilai pendapatan bersih perusahaan setelah pajak dikurangi dengan laba di tahan retained earning yang ditahan sebagai cadangan perusahaan ang 1997:68. Nenurut Hanafi2004;361. dividen merupakan kompensasi yang diterima oleh pemegang saham, disamping capital again. Dividen ini untuk dibagikan kepada pemegang saham sebagai keuntungan dari laba perusahaan. Dividen ditentukan berdasarkan dalam rapat umum anggota pemegang saham dan jenis pembayaranx tergantung pada kebijakan pimpinan. 2.2.4.2. Teori dividen Menurut Lukas S. Admadja 1999 : 285-288 ada berbagai pendapat atau teori tentang kebijakan dividen antara lain : 1. “Dividen Tidak Relevan” Dari MM Menurut Modigliani dan Miller MM, nilai suatu perusahaan tidak ditentukan oleh besar kecilnya DPR, tapi di tentukan oleh laba bersih sebelum pajak EBIT dan kelas risiko perusahaan. Jadi menurut MM dividen adalah tidak relevan. Pernyataan MM ini didasarkan pada beberapa asumsi penting yang “lemah” seperti : a. pasar modal sempurna dimana semua investor adalah rasional b. Tidak ada biaya emisi saham baru jika perusahaan menerbitkan saham baru. c. Tidak ada pajak. d. Kebijakan investasi perusahaan tidak berubah. Pada praktiknya : a. Pasar modal yang sempurna sulit ditemui. b. Biaya emisi saham baru pasti ada. c. Pajak pasti ada. d. Kebijakan investasi perusahaan tidak mungkin tidak berubah. Beberapa ahli menentang pendapat MM tentang dividen adalah tidak relevan dengan menunjukan bahwa adanya biaya emisi saham baru akan mempengaruhi nilai perusahaan. 2. Teori “ The Bird in the hand“ Gordon dan Lintner menyatakan bahwa biaya modal sendiri K s perusahaan akan naik jika DPR rendah karena investor lebih suka menerima dividen daripada capital gains. Menurut mereka investor memandang dividen yield D 1 P o lebih pasti daripada capital gains yieldg. Modigliani dan Miller menganggap bahwa argument Gordon dan Lintner ini merupakan suatu kesalahan MM menggunakan istilah “ The Bird in the Hand Fallacy”. Menurut MM pada akhirnya investor akan kembali menginvestasikan dividen yang di terima pada perusahaan yang sama atau perusahaan yang memiliki resiko yang hampir sama. 3. Teori Perbedaan Pajak Teori ini diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy. Mereka menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap keuntungan dividend an capital gains, para investor lbh menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak. Oleh karena itu investor mensyaratkan suatu tingkat keuntungan yang lebih tinggi pada saham yang memberikan dividen yield tinggi, capital gains yield rendah daripada saham dengan dividen yield rendah, capital gains yield tinggi. Jika pajak atas dividen lebih besar dari pajak atas capital gains, perbedaan ini akan makin terasa. 4. Teori “signaling Hypothesis” Ada bukti empiris bahwa jika ada kenaikan dividen sering diikuti dengan kenaikan harga saham. Sebaliknya penurunan dividen pada umumnya menyebabkan harga saham turun. Fenomena ini dapat dianggap sebagai bukti bahwa para investor lebih menyukai dividen daripada capital gains. Tapi MM berpendapat bahwa suatu kenaikan dividen yang diatas biasanya merupakan suatu “sinyal” kepada para investor bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik dimasa mendatang. Sebaliknya, suatu penurunan dividen atau kenaikan dividen yang dibawah kenaikan normal biasanya diyakini investor sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan menghadapi masa sulit diwaktu mendatang. Seperti teori dividen yang lain, teori “Signaling Hypothesis” ini juga sulit dibuktikan secara empiris. Tapi sulit dikatakan apakah kenaikan dan penurunan harga setelah adanya kenaikan dan penurunan dividen semata-mata disebabkan oleh efek “sinyal” atau disebabkan karena efek “sinyal” dan preferensi terhadap dividen. 5. Teori “ Clientele Effect” Teori ini menyatakan bahwa kelompok Clientele pemegang saham yang berbeda kan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan. Kelompok pemegang saham yang membutuhkan penghasilan pada saat ini lebih menyukai suatu dividen payout ratio yang tinggi. Sebaliknya kelompok pemegang saham yang begitu tidak membutuhkan uang saat ini lebih senang jika perusahaan menahan sebagian besar laba bersih perusahaan. Jika ada perbedaan pajak bagi individu misalnya oaring lanjut usia dikenai pajak lebih ringan maka kelompok pemegang saham yang dikenai pajak tinggi lebih lebih menyukai capital gains Karena dapat menunda pembayan pajak. Kelompok ini lebih senang jika perusahaan membagi dividen yang kecil. Sebaliknya kelompok pemegang saham yang dikenai pajak rendah cenderung menyukai dividen yang besar. Bukti empiris menunjukan bahwa efek dari “ clientele” ini ada. Tapi menurut MM hal ini tidak menunjukan bahwa dividen besar lebih baik dari dividen kecil, demikian sebaliknya. Efek “clientele” ini menyatakan bahwa bagi sekelompok pemegang saham, kebijakan dividen tertentu lebih menguntungkan mereka.

2.2.4.3. Macam- Macam Dividen

Menurut Wasis 1983:193, Dividen dilihat dari alat pembayarannya dibagi menjadi 3 jenis yaitu: 1. Dividen tunai Cash Dividen Dividen tunai merupakan dividen yang dibagikan dalam bentuk uang tunai, tujuan dari pembelian dividen dalam bentuk tunai adalah untuk memacu kinerja saham di bursa efek, yang juga merupakan return kepada para pemegang saham. Dividen tunai merupakan bentuk pembayaran yang paling banyak diharapkan oleh investor. Untuk membayarkan dividen dalam bentuk tunai diperlukan likuiditas. 2. Dividen Saham Stock Devidend Dividen saham merupakan dividen yang dibagikan dalam bentuk saham, dengan dibagikannya dividen dalam bentuk saham maka akan meningkatkan likuiditas perdagangan di bursa efek. Kemungkinan perusahaan ingin menurunkan nilai sahamnya dan dengan cara memperluas kepemilikan dan posisi likuiditas perusahaan yang tidak memungkinkan dividen dalam bentuk tunai. 3. Sertifikat Dividen Script Dividend Sertifikat dividen merupakan dividen yang dibayarkan dengan sertifikat atau surat promes yang dikeluarkan oleh perusahaan yang menyatakan bahwa suatu waktu sertifikat itu dapat ditukarkan dalam bentuk uang. Jadi kalau perusahaan ingin membagikan dividen dalam bentuk tunai akan tetapi sementara itu perusahaan sedang mengalami kesulitan likuiditas, maka sebagai gantinya perusahaan mengeluarkan sertifikat. Sedangkan menurut Ang 1997:6.10, berdasarkan ats hubungan dengan tahun buku, dividen dapat dibagi dalam 2 jenis yaitu: a. Dividen Interim Merupakan dividen yang dibayarkan oleh perseroan antara satu tahun buku dengan tahun buku berikutnya. Dividen interim ini dapat dibayarkan beberapa kali dalam setahun dengan tujuan salah satunya yaitu untuk memacu kinerja saham perseroan di bursa. b. Dividen Final Dividen final merupakan dividen hasil pertimbangan setelah penutupan buku perseroan sebelumnya dan dibayarkan pada tahun buku berikutnya. Dividen final ini juga memperhitungkan dan memperhitungkan hubungannya dengan dividen interim yang telah dibayarkan untuk tahun buku tersebut.

2.2.4.4. Prosedur Standar Pembayaran Dividen

Dalam pembayaran dividen terdapat beberapa tahapan atau prosedur yaiti sebagai berikut: a. Declaration Date Declaration Date merupakan tanggal keputusan untuk membagikan dividen pada RUPS, atau tanggal pada saat direksi perusahaan mengumumkan rencana pembayaran dividen. b. Date of Record Date of Record merupakan tanggal keputusan bahwa para pemegang saham pada tanggal tertentu dinyatakan berhak untuk menerima dividen, atau hari terakhir untuk mendaftarkan diri sebagai pemegang saham agar berhak menerima dividen yang akan dibagikan perusahaan. c. Ex-Dividend Ex-Dividend adalah tanggal pada saat mana hak atas dividen periode berjalan dilepaskan dari sahamnya yaitu lima hari sebelum date of record. Pada tanggal ini atau sesudahnya pembeli tidak berhak untuk memilih dividen yang akan dibagikan. d. Payment Date Payment Date merupakan tanggal kapan dividen tersebut akan dibayarkan, dan bagaimana cara pembayarannya.

2.2.5. Dividen Payout Ratio

DPR Dividen Payout Ratio merupakan perbandingan deviden per lembar saham dengan earning per lembar saham. Besar kecilnya dividen payout ratio akan mempengaruhi keputusan investasi para pemegang saham dan disisi lain berpengaruh pada kondisi keuangan perusahaan lisa marlina dan clara danica,2009. Deviden payout ratio mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap harga saham karena isi informasi dari dividen. Perusahaan biasanya segan untuk mengurangi dividen. Jadi kenaikan dividen dapat memberikan suatu signal bahwa ada harapan manajemen tentang kenaikan pendapatan pada waktu yang akan datang, serta harga saham dimungkinkan akan mengalami kenaikan. Kebijakan deviden berkaitan dengan penentuan pembagian pendapatan earning antara penggunaan pendapatan untuk dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai deviden atau untuk digunakan di dalam perusahaan, yang berarti pendapatan tersebut harus ditahan dalam perusahaan Riyanto, 1995. Dalam merumuskan kebijakan deviden manajer dihadapkan pada masalah investasi dan memilih paduan utang-modalnya untuk mendanai investasi. Keputusan untuk membayar deviden besar berarti secara simultan memutuskan untuk menahan sedikit laba, jikalau ada; ini nantinya menghasilkan ketergantungan yang lebih besar pada pendanaan modal eksternal. Sebaliknya dengan investasi dan keputusan pendanaan perusahaan, pembayaran deviden yang kecil akan berarti penahanan laba yang tinggi dengan lebih sedikit kebutuhan dana modal yang dihasilkan dari luar. Setiap perusahaan selalu menginginkan adanya pertumbuhan bagi perusahaan tersebut di satu pihak dan juga dapat membayarkan deviden kepada para pemegang saham di lain pihak, tetapi kedua tujuan tersebut selalu bertentangan. Kebijakan deviden perusahaan bisa dianggap oleh pemilik sebagai alat monitor. Dengan mengasumsikan bahwa pembayaran deviden mensyaratkan manajemen untuk menerbitkan saham untuk mendanai investasi baru atau memenuhi kebutuhan dana dari hutang, investor baru atau kreditur mungkin tertarik pada perusahaan hanya jika perusahaan memberikan informasi yang meyakinkan bahwa modal atau pinjaman akan digunakan agar menguntungkan. Maka pembayaran deviden secara tak langsung menghasilkan monitor yang lebih ketat pada kegiatan investasi manajemen. Penentuan besarnya Devidend akan menentukan besar kecilnya laba yang ditahan. Setiap ada penambahan laba yang ditahan berarti ada penambahan modal sendiri dalam perusahaan dengan biaya murah.

2.2.5.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dividen Payout Ratio

Menurut Weston dan Copeland 1997:127-130 ada sebelas faktor yang mempengaruhinya yaitu : 1 Undang-Undang Undang-Undang menentukan bahwa dividen harus dibayar dari laba, baik laba tahun berjalan maupun laba tahun yang lalu ada pada pos “laba ditahan” retained earning di neraca. Peraturan pemerintah menekankan tiga hal : Pertama, peraturan laba bersih, Kedua, larangan pengurangan modal capital empairement rule dan Ketiga, peraturan kepailitan. 2 Posisi Likuiditas Laba ditahan tahun-tahun lalui sudah diinvestasikan dalam bentuk pabrik dan peralatan, persediaan dan aktiva lainnya, laba tersebut tidak disimpan dalam bentuk kas. Meskipun perusahaan mempunyai catatan mengenai laba, perusahaan mungkin tidak dapat membayar tunai dividen karena posisi likuiditasnya. Dalam keadaan seperti ini perusahaan dapat memutuskan untuk tidak membayar dividen. 3 Kebutuhan Pelunasan Hutang Apabila perusahaan mengambil hutang untuk membiayai ekspansi atau untuk mengganti jenis pembiayaan lain, perusahaan menghadapi dua pilihan. Perusahaan dapat membayar hutangnya pada saat jatuh tempo dan menggantikannya dengan jenis surat berharga yang lain, atau perusahaan dapat memutuskan untuk melunaskan hutang tersebut. Jika keputusannya melunaskan hutang, maka biasanya dilakukan penahanan laba. 4 Pembatasan dalam Perjanjian Hutang Perjanjian hutang, khususnya apabila merupakan hutang jangka panjang seringkali membatasi kemampuan perusahaan untuk membayar dividen tunai. larangan yang dibuat untuk melindungi kedudukan pemberi pinjaman, biasanya menyatakan bahwa 1 dividen pada masa yang akan datang hanya dapat dibayar dari laba yang diperoleh sesudah penandatangan perjanjian jadi dividen tidak dapat dibayar dari laba tahun-tahun lalu dan 2 dividen tidak dapat dibayarkan apabila modal kerja telah ditentukan. Demikian pula perjanjian saham preferen biasanya mengatakan bahwa dividen tunai saham biasa tidak dapat dibayarkan kecuali semua dividen saham preferen sudah dibayar. 5 Tingkat Ekspansi Aktiva Semakin cepat sebuah perusahaan berkembang, semakin besar kebutuhannya untuk membiayai ekspansi aktivanya. Kalau kebutuhan dana dimasa depan semakin besar, perusahaan akan cenderung untuk menahan laba daripada membayarkannya. Teapi jika laba dibayarkan sebagai dividen dan terkena pajak penghasilan pribadi yang tinggi, maka hanya sebagian saja yang tersisa untuk reinvestasi. 6 Tingkat Laba Tingkat hasil pengembalian yang diharapkan akan menentukan pilihan relatif untuk membayar laba tersebut dalam bentuk dividen kepada pemegang saham atau menggunakannya di perusahaan tersebut. 7 Stabilitas Laba Perusahaan yang mempunyai laba stabil seringkali dapat memperkirakan berapa besar laba dimasa yang akan datang. Perusahaan seperti ini biasanya cenderung membayarkan laba dengan persentase yang lebih tinggi daripada perusahaan yang labanya berfluktuasi. Dividen yang lebih rendah akan lebih mudah untuk dibayar apabila laba menurun pada masa yang akan datang. 8 Akses ke Pasar Modal Perusahaan yang besar dan telah berjalan dengan baik dan mempunyai catatan profitabilitas dan stabilitas, akan mempunyai akses yang mudah ke pasar modal dan mempunyai bentuk lain dari pendanaan. Jadi perusahaan yang sudah mapan cenderung untuk memberi tingkat pembayaran dividen yang lebih tinggi daripada perusahaan kecil atau baru. 9 Kendali Perusahaan Variabel penting lainnya adalah pengaruh pembiayaan alternatif terhadap situasi kendali perusahaan. Sebagai suatu kebijakan, beberapa perusahaan melakukan ekspansi hanya sampai pada tingkat penggunaan laba internal saja.Pentingnya pembiayaan internal dalam usaha untuk mempertahankan kendali perusahaan, akan memperkecil pembayaran dividen. 10 Posisi Pemegang Saham Sebagai Pembayar Pajak Pada saat-saat tertentu di dalam perusahaan besar terjadi konflik kepentingan antara pemegang saham yang terkena tarif pajak tinggi dengan pemegang saham yang terkena tarif pajak rendah. Yang pertama menginginkan pembayaran dividen rendah dan menahan laba yang tinggi dengan harapan meningkatkan modal saham perusahaan. Yang kedua, menginginkan pembayaran dividen yang tinggi. 11 Pajak atas laba yang diakumulasikan secara salah Untuk memperoleh pemegang saham hanya menggunakan perusahaan sebagai suatu perusahaan penyimpan uang yang dapat digunakan untuk menghindari tarif pajak penghasilan pribadi yang tinggi, peraturan perpajakan perusahaan menentukan suatu pajak tambahan khusus terhadap penghasilan yang diakumulasikan secara tidak benar.

2.2.6. Pengaruh Cash Position Terhadap Dividend

Posisi kas atau likuiditas dari suatu perusahaan merupakan factor penting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Oleh karena dividen merupakan cash outflow,maka makin kuatnya posisi kas atau likuiditas perusahaan berarti makin besar kemampuanya membayar dividen riyanto,2001:202. Posisi kas merupakan rasio kas akhir tahun dengan earning after tax.bagi perusahaan yang memiliki posisi kas yang semakin kuat akan semakin besar kemampuannya untuk membayar dividen. Factor ini merupakan factor internal yang dapat di kendalikan oleh manajemen sehingga pengaruhnya positif terhadap dividend.

2.2.7. Pengaruh Debt to Equity Ratio Terhadap Dividend

Debt to Equity Ratio merupakan rasio hutang terhadap modal. Rasio ini mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang, dimana semakin tinggi nilai rasio ini menggambarkan gejala yang kurang baik bagi perusahaan Sartono 2001: 66. Peningkatan hutang pada gilirannya akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi para pemegang saham termasuk dividen yang diterima karena kewajiban untuk membayar hutang lebih diutamakan daripada pembagian dividen. Factor ini mencerminkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajibannya yang ditunjukkan oleh berapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Semakin besar rasio ini menunjukan semakin besar kewajibannya. Dan rasio yang semakin rendah akan menunjukan semakin tinggi kemampuan perusahaan memenuhi kewajibanya. Apabila perusahaan menentukan bahwa pelunasan hutangnya akan di ambil dari laba ditahan. Berarti perusahaan harus menahan sebagian besar dari pendapatannya untuk keperluan tersebut berarti hanya sebagian kecil saja pendapatan yang dapat dibayarkan sebagai dividen Riyanto 2001:267. Peningkatan hutang ini akan mempengaruhi tingkat pendapatan bersih yang tersedia bagi pemegang saham, artinya semakin tinggi tingkat kerwajiban perusahaan,akan semakin menurunkan kemampuan perusahaan membayar dividen atau berpengaruh negative terhadap dividend.

2.2.8. Pengaruh Return On Assets Terhadap Dividend

Return On Assets menunjukkan kemampuan modal yang diinvestasikan dalam total aktiva untuk menghasilkan laba perusahaan. Semakin tinggi Return On Assets maka kemungkinan pembagian dividen juga semakin banyak sartono 2001. Factor ini juga memiliki pengaruh terhadap kebijakan dividen. Deviden adalah sebaagian laba bersih yang diperoleh perusahaan,oleh karena itu dividen akan dibagikan apabila perusahaan memperoleh keuntungan. Keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang saham adalah keuntungan setelah perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban tetapnya yaitu bunga dan pajak. Oleh karena itu,dividen yang diambilkn dari keuntungan bersih akan mempengaruhi dividend payout ratio. Perusahaan yang semakin besar keuntungannya akan membayar porsi pendapatan yang semakin besar sebagai dividen. Dengan kata lain semakin besar keuntungannya yang diperoleh maka akan semakin besar kemampuannya bagi perusahaan untuk membayar dividen. Sehingga return on assets atau profitability berpengaruh positif terhadap dividend. 2.3. Kerangka Konseptual Gambar 2.1. Kerangka Konseptual Cash Position X 1 Debt to Equity Ratio X 2 Dividend Y

2.4. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan teori diatas, dapat disimpulkan hipotesis pada penelitian ini adalah : 1. Cash position mempunyai pengaruh positif terhadap Dividend pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. 2. Debt to Equity ratio mempunyai pengaruh negatif terhadap Dividend pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. 3. Return On Assets mempunyai pengaruh positif terhadap Dividend pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Return on Assets X 3

BAB III METODOLOGI PENELITAIN

Dalam bab ini dijelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan metode penelitian yang meliputi variabel penelitian, populasi dan sample penelitian , sumber data, dan teknik analisis data.

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional dalam variable ini adalah segala sesuatu yang dapat digunakan menjadi obyek penelitian berdasarkan atas sifat-sifat atau hal-hal yang dapat didefinisikan dan dapat diamati atau diobservasi. variable-variabel yang dipakai dalam penelitian menggunakan satu ukuran presentase dan satuan ukuran rupiah. Adapun definisi operasional variabel yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

3.1.1. Variabel terikat dependen variabel

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah dividend Y. Dividend adalah keuntungan dari laba perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham. Adapun dividend dapat dirumuskan sebagai berikut dengan menggunakan skala rasio :

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Cash Position, Return On Assets, Firm Size Dan Debt To Equity Terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia

0 54 164

Analisis Pengaruh Cash Position, Debt To Equity Ratio Dan Return On Assets Terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia

0 65 120

ANALISIS PENGARUH CASH POSITION, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN Analisis Pengaruh Cash Position, Debt To Equity Ratio, Dan Return On Equity Terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia Pada Periode 2009 – 2011.

0 1 16

ANALISIS PENGARUH CASH POSITION, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN Analisis Pengaruh Cash Position, Debt To Equity Ratio, Dan Return On Equity Terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia Pada Periode 2009 – 2011.

0 1 15

ANALISIS PENGARUH CASH POSITION, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN ANALISIS PENGARUH CASH POSITION, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN RETURN ON ASSETS TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

0 0 23

PENDAHULUAN ANALISIS PENGARUH CASH POSITION, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN RETURN ON ASSETS TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

0 0 9

ANALISIS CASH POSITION, DEBT TO EQUITY RATIO DAN RETURN ON ASSETS TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN OTOMOTIVE DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 81

PENGARUH CASH POSITION, FIRM SIZE, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN RETURN ON ASSETS TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR.

0 1 126

ANALISIS PENGARUH CASH POSITION,DEBT TO EQUITY RATIO, DAN RETURN ON ASSETS TERHADAP DIVIDEND PADA PERUSAHAAN MANUFACTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 23

ANALISIS CASH POSITION, DEBT TO EQUITY RATIO DAN RETURN ON ASSETS TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN OTOMOTIVE DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 20