dengan menggunakan paku. Pada kondisi tertentu usuk harus dibor dahulu sebelum dipaku untuk menghindari pecah pada ujung-ujung usuk.
c. Reng
Reng berupa batang kayu berukuran 23 cm atau 35 cm dengan panjang sekitar 3 m. Reng menjadi tumpuan langsung penutup atap dan meneruskannya ke
usukkaso. Pada atap dengan penutup dari asbes, seng atau sirap reng tidak digunakan. Reng akan digunakan pada atap dengan penutup dari genteng. Reng
akan dipasang pada arah tegak lurus usuk dengan jarak menyesuaikan dengan panjang dari penutup atapnya genteng.
d. Jurai
Pada pertemuan sudut atap terdapat batang baja atau kayu atau frame-work yang disebut jurai. Pengertian lain dari jurai adalah garis sambungan antara bidang
atap yang satu dengan bidang atap yang lainnya. Menutut bentuknya jurai
dibedakan menjadi jurai dalam dan jurai luar. Jurai dalam merupakan balok
kayu yang diletakan miring menghadap kedalam. Jurai dalam ini berfungsi sebagai pertemuan dan tumpuan antara balok gording dengan balok gording
lainnya serta dudukan papan talang. Kayu yang diguakan sebagai jurai dalam
berukuran 8 cm x 12 cm atau 8 cm x 15 cm. Jurai luar adalah sambungan yang
menonjol kearah luar.
e. Penutup Atap
Penutup atap adalah elemen paling luar dari struktur atap. Penutup atap harus mempunyai sifat kedap air, bisa mencegah terjadinya rembesan air selama
kejadian hujan. Sifat tidak rembes ini diuji dengan pengujian serapan air dan rembesan. Struktur penutup atap merupakan struktur yang langsung berhubungan
dengan beban-beban kerja cuaca sehingga harus dipilih dari bahan-bahan yang kedap air, tahan terhadap perubahan cuaca. Struktur penutup yang sering
digunakan antara lain; genteng, asbes, kayu sirap, seng, polycarbonat, plat beton, dan lain-lain.
1 Genteng dan Bubungan
Menurut bahan material terdapat genteng beton dan genteng tanah liat keramik. Sedangkan menurut bentuknya, genteng terdiri atas genteng biasa genteng S,
genteng kodok, genteng pres silang. Sedangkan untuk bentuk genteng karpus terdiri atas genteng setengah lingkaran, genteng segitiga, dan genteng sudut
patah.
Gambar . Genteng Biasa Genteng S Gambar. Genteng Kodok
Gambar . Genteng Pres Silang
a b c Gambar
. Bubungan Setengah Lingkaran a; Bubungan Segitiga b; Bubungan Sudut Patah c
2 Penutup Atap Kayu Sirap
Bahan yang banyak digunakan pada rumah tradisional Indonesia berbahan dasar kayu. Sirap yang terbentuk dari potongan-potongan kayu tipis yang disusun 3
atau 4. Potongan kayu ini kemudian dipaku ke multiplek yang melapisi rangka atap. Atap genteng sirap berbahan baku kayu ulin, kayu jati dan sebagainya.
Bentuknya berupa lembaran tipis dengan panjang 40-60 cm, lebar 7-20 cm, dan tebal3-5 mm. Genteng sirap dipasang dengan susunan berlapis sehingga tidak
terdapat celah yang memungkinkan air meresap ke bawah. Pemasangan atap sirap dengan sudut kemiringan 25-40
Gambar . Penutup Atap Kayu Sirap
Keunggulan genteng sirap jika dibandingkan dengan genteng jenis lain antara lain bobotnya ringan, kuat, dan kokoh menahan beban yang berat; tidak
menyerap panas sehingga ruangan dibawahnya terasa sejuk dan dingin; serta setelah disusun maka mempunyai nilai keindahan yang tinggi setelah disusun
atau digunakan dirumah tinggal. Namun, pemasangan atap genteng sirap membutuhkan waktu yang lama. Apabila bocor, sulit untuk ditentukan letak atau
posisi kebocorannya. Selain itu,karena berasal dari bahan kayu yang jarang didapatkan dipasaran, harganya pun menjadi relatif mahal.
3 Penutup Atap Seng
Seng adalah salah satu sekian banyak bangunan yang sering digunakan sebagai penutup atap. Ukuran seng datar yang digalvanisir disepuh berkisar 915 mm x
1830 mm dengan beberapa macam tebal yang kurang dari 1mm. Jika seng terkena air hujan yang banyak mengandung garam akan mudah berkarat, lagipula
oleh jatuhnya air hujan akan menimbulkan suara yang gaduh, serta tidak bersifat isolasi panas maupun dingin artinya bila udara di luar panas dingin maka dalam
ruangan akan terasa lebih panas dingin. Kelebihannya bobotnya rendah, harganya murah, pemasangannya mudah sekaligus dapat menghemat biaya
Gambar . Penutup Atap Seng
4 Penutup Atap Asbes
Atap asbes berasal dari campuran semen dan bahan serat yangdipadatkan. Bentuk dan ukurannya beragam dengan tipe gelombang, antara laingelombang 5½,
gelombang 6½, dan gelombang 14. Harga genteng asbes cukup murah dipasaran dan menghemat biaya dalam pemasangan karena penggunaan kayu untuk rangka
atap lebih sedikit tidak memerlukan usuk dan reng serta keunggulan: pemasangannya mudah dan cepat.
Gambar . Penutup Atap Asbes
Akan tetapi, atap dari asbes memiliki kekurangan pertama yaitu menyerap panas sehingga ruangan dibawahnya terasa panas. Agar tidak mudah ditumbuhi lumut
dan tahan lama, sebaiknya atap genteng asbes dicat dengan cat khusus genteng. Sudut kemiringan dalam pemasangan konstruksinya adalah 15-25. Kekurangan
kedua, asbes dapat membahayakan tubuh. Jika ada bagian yang rusak, sehingga serat
– seratnya bisa lepas, ini menjadi bebabahaya karena sulit untuk mendeteksi bagai manakah yang dikatakan rusak. Kondis lain yang sangat beresiko adalah
saat asbes dipotong atau diperbaiki. Ketika di potong akan mengeluarkan serpihan-serpihan yang berupa serbuk, yang sangat berbahaya bagi paru-paru.
Beberapa Penyakit Akibat Asbes: 1. Asbestosis yaitu luka pada paru-paru hingga menyebabkan kesulitan bernapas
dan dapat mengakibatkan kematian. 2. Mesothelioma adalah sejenis kanker yang menyerang selaput pada perut dan
dada, mesothelioma baru muncul gejalanya setelah 20 – 30 tahun sejak pertama
kali menghirup serat asbes. 3. Kanker paru-paru, di negara-negara maju, asbes putih digolongkan sebagai
karsinogen bahan penyebab kanker.
Cara Mengurangi Efek Negatif Asbes 1. Jika atap menggunkan asbes, gunakanlah plafon untuk mecegah debu dan serat
asbes jatuh kedalam rumah. 2. Ganti asbes setiap 5 tahun sekali, walaupun tidak ada tanda-tanda rusak.
3. Saat mengerjakan asbes, gunakan alat penutup hidung. 4. Buatlah ventilasi yang baik, ventilasi yang baik akan mengurangi efek gas
radon yang terkandung di dalam asbes. 5. Mengecat asbes bukan solusi untuk mencegahnya asbes terhirup oleh tubuh,
asbes yang rusak walaupun dicat tetapakan menimbulkan dampak yang sama. Atap adalah penutup atas suatu bangunan yang melindungi bagian dalam
bangunan dari hujan maupun salju. Bentuk atap ada yang datar dan ada yang miring, walaupun datar harus dipikirkan untuk mengalirkan air agar bisa jatuh ke
tanah. Fungsi atap yang paling penting yaitu menghindari air hujan agar tidak masuk
kedalam bangunan, menerima panas sinar dan menahan suhu agar tetap sejuk diruang dan menyerap panas tersebut. Atap mempunyai fungsi menahan beban
sendiri yaitu beban kuda-kuda dan bahan pelapis berarah vertikal kemudian meneruskannya pada kolom dan pondasi. Fungsi lainnya yaitu menahan tekanan
angin yang berarah horizontal. Bahan pembuatan struktur atap terdiri dari 3 macam bahan yaitu kayu,baja,dan baja ringan.
1. Teknik pembuatan atap : Mengamati mengenai bentuk
– bentuk atap sesuai culture asal daerahnnya.
Mengamati susunan dan bentuk rangka atap Mengamati macam
– macam bentuk dan bentang kuda - kuda Menghitung panjang jurai luar dan jurai dalam dengan proyeksi.
Menentukan cara meletakkan jurai luar dan jurai dalam.
2. Teknik pembuatan langit – langit dan pemodelannya
Langkah-langah dalam pelaksanaan pembuatan langit – langit dan
pemodelannya adalah sebagai berikut :
Mengamati pentingnya pemasangan langit – langit agar ruangan lebih
indah. Mengamati cara
– cara pemasangan rangka plafond sesuai macam – macam bahannya.
Mengamati cara –cara pemasangan penutup plafond sesuai macam –
macam bahannya. Menentukan model bentuk langit
– langit Menentukan tambahan pelajaran berupa partition.
Mengamati cara – cara pemasangan rangka partition sesuai dengan
macam – macam bahannya.
Mengamati cara memasang penutup partition sesuai dengan macam –
macam bahannya.
F. METODE PEMBELAJARAN
Pendekatan : Saintifik Scientific
Metode :
1. Diskusi dan ceramah. 2. Diskusi kelompok
3. Penugasan
G. MEDIA PEMBELAJARAN
1. Lembar Kerja Siswa 2. Buku Bahan Ajar
H. SUMBER BELAJAR
1. Frick, Heinz. Ir. 1980. Ilmu Konstruksi Bangunan Kayu 1. Kanisius 2. Frick, Heinz. Ir. 1980. Ilmu Konstruksi Bangunan Kayu 2. Kanisius
3. Frick, Heinz. Ir. 1980. Rumah Sederhana. Kanisius 4. Gunawan, Rudy. Ir. 1978. Pengantar Ilmu Bangunan. Kansius.
5. Frick, Heinz. Ir dan Stiawan, Pujo. 2002. Ilmu Konstruksi Perlengkapan dan Utilitas Bangunan. Kanisius
6. Edward T White. Graphic Vocabulary for Architectural Presentation 7. Dian Ariestadi. 2008. Teknik Struktur Bangunan Jilid 1
– 3. BSE PSMK Depdikbud.
8. Tamrin, A.G. 2008. Teknik Konstruksi Bngunan Gedung Sederhana Jilid 1
9. IBG I, II, III 10. Paket dari depdikbud