kepengawasan. Pengawas dalam menjalankan tugasnya diharapkan memiliki kemampuan analisis yang baik dalam melihat kondisi sekolahnya, memiliki
program supervisi, kemampuan menguasai kompetensi akademik dan manajerial, serta memiliki kemampuan komunikasi yang baik dengan setiap individu yang
ada di sekolah terutama dengan guru. Dengan begitu akan menghapus persepsi negatif guru terhadap pelaksanaan supervisi yang dilakukan pengawas bukan
hanya sebagai kegiatan untuk melengkapi administrasi guru melainkan sebagai upaya untuk mengembangkan profesionalisme guru kearah lebih baik.
Fenomena tersebut terjadi di banyak sekolah yang menjadi tanggung jawab pengawas. Salah satunya di SMK Negeri 1 Cikarang Barat. Berdasarkan hasil
wawancara dengan wakil kepala sekolah bidang kurikulum diketahui bahwa pelaksanaan supervisi oleh pengawas belum memberikan manfaat yang berarti
bagi perkembangan profesionalisme guru. “Pengawas jarang melakukan
kunjungan kelas, apabila berkunjung ke sekolah pengawas lebih banyak menghabiskan waktu di ruang kepala sekolah.
” Kegiatan supervisi akademik lebih banyak dilakukan oleh kepala sekolah, padahal boleh jadi pengawas memiliki
informasi-informasi baru yang dapat diserap oleh guru sehingga guru mendapatkan ilemu yang dinamis untuk mencapai profesionalitasnya. Hal ini
menjadikan peneliti tertarik untuk membahas masalah dengan melakukan penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul
“Persepsi Guru tentang Pelaksanaan Supervisi Akademik Pengawas di SMKN 1 Cikarang Barat”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diuraikan beberapa masalah sebagai berikut :
1. Kurangnya penguasaan kompetensi supervisi akademik dan manajerial
oleh pengawas. 2.
Sebagian besar pengawas tidak melakukan kunjungan kelas
3. Masih banyak guru yang beranggapan pelaksanaan supervisi akademik
pengawas belum memberikan manfaat yang berarti bagi perkembangan profesionalismenya.
4. Intensitas tatap muka antara pengawas dan guru masih kurang
5. Teknik-teknik supervisi yang digunakan pegawas kurang variatif
6. Kegiatan supervisi belum dilakukan sesuai dengan tahapan-tahapan
prosedur pelaksanaan supervisi.
C. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah, penulis membatasi masalah yang akan diteliti pada masalah pelaksanaan supervisi akademik pengawas di SMK Negeri 1
Cikarang Barat didasarkan pada persepsi guru.
D. Perumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana persepsi guru tentang pelaksanaan supervisi akademik pengawas di SMKN 1 Cikarang Barat?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan secara jelas persepsi guru tentang pelaksanaan supervisi akademik di SMKN 1 Cikarang
Barat.
F. Manfaat Penelitian
: Hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, diharapkan dapat bermanfaat
baik secara teoritis maupun praktis. a.
Manfaat teoritis, secara teoritis penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengawas dan dapat dijadikan pedoman dalam melaksanakan tugasnya,
khususnya kegiatan supevisi akademik.
b. Manfaat praktis, secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memiliki
manfaat bagi: 1.
Peneliti, mengembangkan wawasan dan pengetahuan, khususnya yang berkaiatan dengan pelaksanaan supervisi akademik oleh pengawas di
sekolah 2.
Pengawas, memberikan masukan dan informasi kepada pengawas untuk meningkatkan pelaksanan supervisi akademik di sekolah.
3. Masyarakat, dapat dimanafaatkan sebagai bahan masukan bagi
pengembangan keilmuan dan referensi untuk penelitian selanjutnya.
BAB II KAJIAN TEORI
A. Persepsi 1. Pengertian Persepsi
Persepsi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai tanggapan penerimaan langsung dari sesuatu, serapan.
1
Menurut Stephen P.Robbins dan Timothy, “persepsi adalah proses di mana individu mengatur
dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka”.
2
Sedangkan menurut Miftah Thoha, “persepsi adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang
lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaaan, dan penciuman”.
3
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh pengindaraan. Pengindraan merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui
alat penerima yaitu alat indra. Kemudian stimulus tersebut diteruskan oleh syaraf ke otak sebagai pusat susunan syaraf, dan proses selanjutnya
merupakan proses persepsi. Proses persepsi terjadi pada saat stimulus mengenai individu kemuadian diorganisasikan, diinterpretasikan sehingga
individu menyadari tentang apa yang diindranya itu. Dari pengertian proses persepsi tersebut syarat timbulnya persepsi
yaitu, adanya sasaran, adanya perhatian sebagai langkah pertama untuk mengadakan persepsi, adanya alat indera sebagai penerima stimulus yakni
saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak dan dari otak dibawa melalui saraf motoris sebagai alat untuk mengadakan respons.
1
KBBI onlinedaring dalam jaringan, http:kbbi.web.idpersepsi 15 April 2015
2
Stephen P. Robbins, dan Timoty. Prilaku Organisasi, Jakarta:Salemba Empat, 2008, h. 175
3
Miftah Thoha, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005, h. 141
Dengan persepsi individu dapat menyadari, dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya, dan juga tentang keadaan diri
individu yang bersangkutan. Dalam persepsi stimulus dapat datang dari luar diri individu, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu sendiri. Bila
yang dipersepsi adalah dirinya sendiri sebagai objek persepsi, inilah yang disebut persepsi diri self-perception. Karena persepsi merupakan aktifitas
yang integrated, maka seluruh yang ada dalam diri individu seperti perasaan, pengalaman, kemampuan berpikir, kerangka acuan, dan aspek-aspek lain
yang ada dalam diri individu akan ikut berperan dalam pembentukan persepsi. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikemukakan bahwa dalam pembentukan
persepsi sekalipun stimulusnya sama, tetapi karena pengalamannya berbeda, kemampuan berpikirnya berbeda, kerangka acuanya berbeda, adanya
kemungkinan hasil persepsi antara individu satu dengan individu yang lain berbeda. Keadaan tersebut memberikan gambaran bahwa persepsi itu
memang bersifat individual.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Persepsi adalah tanggapan individu terhadap stimulus yang diterima melalui alat indra. Setiap individu bisa melihat hal yang sama, namun
mengartikannya secara
berbeda. Sejumlah
faktor mempengaruhi
pembentukan persepsi dari masing-masing individu. Stephen P. Robbins, mengemukakan faktor-rakor yang mempengaruhi
pembentukan persepsi seseorang yaitu: a.
Faktor-faktor dalam diri individu, meliputi sikap, motif, minat, pengalaman, dan harapan.
b. Faktor-faktor dalam diri sasaran atau target, meliputi sesuatu yang
baru, gerakan, suara, ukuran, latar belakang, kedekatan, dan kemiripan.
c. Faktor-faktor dalam situasi, meliputi waktu, keadaan kerja, dan
keadaan sosial.
4
4
Stephen P. Robbins, dan Timoty. Prilaku Organisasi, Jakarta:Salemba Empat, 2008, h. 176