Farid Chairmawan : Tinjauan Yuridis Mengenai Pelaksanaan Ekspor Impor Yang Menggunakan Letter Of Credit, 2008. USU Repository © 2009
h. Turut menjaga dan mengawasi berlakunya peraturan pemerintah
i. Memberikan surat jaminan bank atas valuta asing dan steamship guarantee.
24
Bank devisa selain mempunyai tugas-tugas seperti yang telah disebutkan diatas, juga berfungsi seperti bank pada umumnya, seperti melayani nasabah yang akan menyetor dan
menarik uang, dan juga memberikan pinjaman uang kepada nasabah yang mengajikan permohonan kredit.
Suatu bank devisa tidak dapat menjadi eksportir ataupun importir, melainkan hanya sebagai media antara pihak eksportir dan importir. Hal ini disebabkan karena bank devisa semata-
mata berurusan dengan penelitian dokumen ekspor ataupun dokumen impor, serta mengatur pelaksanaan pembayaran atas permintaan eksportir ataupun importir.
D. Tata Cara Pelaksanaan Ekspor Impor
a Tata Cara Pelaksanaan Ekspor
Dalam PP No. 1 tahun 1982 tentang Ekspor Impor dan Lalu Lintas Devisa, telah diatur secara garis besar tentang pelaksanaan ekspor impor dan lalu lintas devisa. Namun dalam rangka
pelaksanaan kegiatan ekspor, pemerintah merasa perlu untuk menetapkan ketentuan hukum lain yaitu Surat Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi No. 558MPPKepXII1998
junto No. 27KPI1982 tentang ketentuan-ketentuan umum dibidang ekspor. Disamping itu, dalam rangka meningkatkan dan melancarkan pelaksanaan ekspor, maka pemerintah
mengeluarkan SK Menteri Perdagangan dan Koperasi No. 118MPPKepII2003 junto No. 558MPPKepXII1998 tentang penyederhanaan ketentuan-ketentuan dibidang ekspor.
Pemerintah senantiasa berusaha untuk menyempurnakan ketentuan-ketentuan yang dipandang menghambat usaha peningkatan kegiatan bidang ekspor, yaitu dengan
24
Ibid
Farid Chairmawan : Tinjauan Yuridis Mengenai Pelaksanaan Ekspor Impor Yang Menggunakan Letter Of Credit, 2008. USU Repository © 2009
mengeluarkan kebijaksanaan yang disebut dengan deregulasi, yang berarti penataan peraturan, dimana peraturan yang dianggap tidak perlu akan dicabut untuk diperbaiki dengan
peraturan yang baru. Demikian pula mengenai pengurusan ijin pelaksanaan ekspor impor yang terkesan berbelit-belit yang cenderung mengurangi minat para pengusaha untuk
melakukan kegiatan ekspor, pemerintah juga mengusahakan penyederhanaan dengan mengeluarkan kebijaksanaan yang disebut dengan debirokratisasi.
1. Syarat-syarat Eksportir
Tidak semua pengusaha dapat melaksanakan kegiatan ekspor. Seperti halnya bank devisa, maka pengusaha yang berupa badan usaha, dapat bergerak atau berperan sebagai eksportir
harus memperoleh ijin dari Kantor Wilayah Perdagangan di daerah masing-masing, setelah terlebih dahulu mengajukan permohonan untuk bergerak dibidang ekspor. Untuk itu calon
eksportir harus memenuhi beberapa syarat administrasi, antara lain: a.
Ijin Usaha Dagang Surat Ijin Usaha Perdagangan SIUP b.
Akte Pendirian Perusahaan dan peraturan-peraturannya c.
Tanda Daftar Perusahaan TDP d.
Menyerahkan surat fisikal atau surat yang telah memenuhi kewajiban membayar pajak
e. Surat keterangan bank
Berdasarkan ketentuan Menteri Perdagangan dan Koperasi No. 558MPPKepXII1998 junto No. 27KPI1982, maka setelah persyaratan administrasi disetujui, pengusaha kemudian
mengajukan Angka Pengenal Eksportir APE, atau Angka Pengenal Eksportir Smenetara APES, atau Angka Pengenal Eksportir Terbatas APET. Dengan diperolehnya APE, APES,
atau APET, maka pengusaha yang bersangkutan telah memiliki wewenang untuk melaksanakan ekspor.
Farid Chairmawan : Tinjauan Yuridis Mengenai Pelaksanaan Ekspor Impor Yang Menggunakan Letter Of Credit, 2008. USU Repository © 2009
Tetapi dengan dikeluarkannya keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi No. 188MPPKepII2003 junto No. 558MPPKepXII1998, pemerintah melonggarkan
peraturan dengan mempermudah ijin untuk menjadi eksportir. Tujuan pemerintah mengeluarkan kebijksanaan ini adalah untuk menarik minat para pengusaha untuk
melaksanakan kegiatan ekspor, sehingga akan meningkat pula pendapatan pemerintah yang diperoleh dari kegiatan ekspor. Maka dari itu, kegiatan ekspor tidak hanya dapat dilakukan
oleh pengusaha yang telah memiliki APE, APES, atau APET, tetapi juga dapat dilakukan oleh:
a. Setiap pengusaha yang memiliki Surat Ijin Usaha Perdagangan SIUP
b. Setiap pengusaha yang telah mendapat ijin udara dari departemen teknis lembaga
pemerintah non departemen berdasarkan peraturan perundang-undangna yang berlaku. Berdasarkan hal tersebut, maka pada dasarnya ada dua jenis eksportir, yaitu:
a. Eksportir umum,
yang terdiri dari: 1
Setiap pengusaha yang memegang angka pengenal eksportir APEAPES umum, yang nantinya jika sudah habis masa berlakunya tidak diperlukan lagi mengajukan
permohonan APEAPES, tetapi cukup dengan SIUP saja 2
Setiap pengusaha yang telah memiliki surat ijin usaha perdagangan SIUP 3
Setiap pengusaha yang mendapat ijin usaha dari departemen teknis lembaga pemerintah non departemen berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
b. Eksportir terdaftar,
yaitu pengusaha yang telah mendapat pengakuan dari Menteri Perdagangan untuk mengekspor barang-barang yang diatur oleh tata niaga ekspor
2. Cara Pembayaran Ekspor
Farid Chairmawan : Tinjauan Yuridis Mengenai Pelaksanaan Ekspor Impor Yang Menggunakan Letter Of Credit, 2008. USU Repository © 2009
Pembayaran Ekspor diperluas tidak hanya dengan menggunakan LC saja, tetapi juga dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
a. Pembayaran di muka
b. Letter of Credit LC
c. Wesel Inkaso, dengan kondisi:
1 Document against Payment DP
2 Document against Acceptance DA
d. Perhitungan kemudian
e. Konsinyasi
f. Cara pembayaran lain yang lazim digunakan dalam perdagangan internasional,
berdasarkan kesepakatan antara eksportir dan importir 3.
Devisa Devisa yang diperoleh eksportir dari ekspor barang atau jasa tidak diwajibkan untuk dijual
kepada Bank Indonesia. Eksportir dapat menjual devisanya kepada Bank Indonesia melalui Bank Devisa dengan harga berdasarkan kurs yang berlaku di bursa valuta asing. Eksportir
dapat pula menjual sebagian atau seluruh devisanya kepada Bank Devisa, Importir, dan pihak-pihak lain yang memerlukan devisa. Bank Indonesia mengatur tata cara penjualan
devisa yang diperoleh dari hasil ekspor kepada Bank Devisa, serta penjualan lebih lanjut kepada Bank Indonesia, sehingga eksportir diberi kebebasan untuk menjual devisa yang
diperolehnya.
4. Dokumen Ekspor
Dokumen utama yang dipergunakan untuk pencatatan ekspor adalah Pemberitahuan Ekspor Barang PEB, yang wajib diisi oleh eksportir dengan sebenar-benarnya, dan kemudian
Farid Chairmawan : Tinjauan Yuridis Mengenai Pelaksanaan Ekspor Impor Yang Menggunakan Letter Of Credit, 2008. USU Repository © 2009
diajukan kepada Bank Devisa yang akan menelitinya untuk kemudian ditandatangani. Hal-hal yang harus diperhatikan oleh Bank pada saat akan menandatangani formulir PEB, antara lain:
a. APEAPESAPET atau SIUP harus masih berlaku
b. Barang yang akan diekspor bukan merupakan barang yang dilarang untuk diekspor
c. Tidak menyimpang dari ketentuan umum UCP Uniform Customs and Practice fo
Documentary Credit d.
Harga FOB barang yang akan diekspor yang tercantum dalam PEB harus sama dengan patokan kontrak jual-beli.
Dokumen PEB tersebut selanjutnya disampaikan kepada instansi bea cukai pabean yang akan memeriksa kebenaran barang-barang yang akan diekspor, kemudian mensahkan
dokumen tersebut. Selanjutnya dokumen tersebut dikirim kembali kepada bank devisa, kecuali lembar arsip untuk pihak bea cukai. Lembar asli PEB dengan dokumen ekspor
lainnya yang diminta importir dipergunakan oleh bank devisa untuk menyelesaikan pembayaran.
5. Barang Ekspor
Dalam hal pelaksanaan kegiatan ekspor, pemerintah memprioritaskan barang ekspor non minyak dan gas bumi yang memiliki pasaran baik dalam lalu lintas perdagangan
internasional. Selain itu pemerintah juga memperhatikan faktor-faktor lainnya, seperti manfaat bagi kesejahteraan rakyat, menyerap tenaga kerja, serta bahan-bahan yang banyak
dan mudah ditemukan di alam Indonesia. Untuk barang-barang yang akan diekspor, pemerintah menetapkan 2 jenis penggolongan,
yaitu: a.
Penggolongan berdasarkan dilarang atau tidaknya barang ekspor, dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
Farid Chairmawan : Tinjauan Yuridis Mengenai Pelaksanaan Ekspor Impor Yang Menggunakan Letter Of Credit, 2008. USU Repository © 2009
1 Barang-barang yang boleh bebas diekspor
2 Barang-barang yang diatur tata niaga ekspornya, yaitu barang-barang yang dapat
diekspor oleh eksportir terbatas 3
Barang-barang yang diawasi ekspornya, yaitu barang-barang yang ekspornya hanya dapt dilakukan dengan persetujuan Menteri Perdagangan atau pejabat berwenang
4 Barang-barang yang dilarang ekspornya, yaitu barang-barang yang ekspornya tidak
boleh dilakukan b.
Penggolongan berdasarkan pajak ekspor, digolongkan sebagai berikut: 1
Barang-barang ekspor yang penting bagi pemerintah negara yang belum diolah dan memiliki pasaran yag baik diluar negeri, dikenakan pajak sebesar 10
2 Barang-barang ekspor yang sudah diolah, namun belum dapat diklasifikasikan sebagai
barang jadi, dikenakan pajak sebesar 5 3
Barang-barang ekspor yang berdasarkan strategi menaikkan perekonomian negara, menyerap tenaga kerja, serta menyangkut kehidupan rakyat didaerah, dikenakan pajak
sebesar 0 4
Barang-barang ekspor hasil industri dan kerajinan rakyat, serta barang-barang lemah ditinjau dari penghasilan devisa negara, dikenakan pajak sebesar 0
Harga patokan untuk barang-barang ekspor ditentukan secara berkala oleh Menteri Perdagangan. Harga patokan adalah harga barang ekspor dalam valuta asing berdasarkan
syarat POB minimal yang harus diserahkan kepada pemerintah. Dengan ditetapkannyaharga patokan, maka akan dapt ditentukan pulaberapa besar pajak ekspor untuk barang-barang
tertentu. Eksportir yang melanggar ketentuan-ketentuan tentang ekspor yang dikeluarkan oleh
pemerintah, dapat dikenakan sanksi tindakan hukum yang berdasarkan peraturan perundang-
Farid Chairmawan : Tinjauan Yuridis Mengenai Pelaksanaan Ekspor Impor Yang Menggunakan Letter Of Credit, 2008. USU Repository © 2009
undangan yang berlaku dan dapat dicabut APEAPESAPET atau SIUP oleh Menteri Perdagangan.
25
b Tata Cara Pelaksanaan Impor
Bahwa dalam rangka pelaksanaan PP No. 1 tahun 1982, tentang ekspor impor dan lalu lintas devisa, pemerintah memandang perlu untuk menetapkan ketentuan hukum lainnya tentang
pelaksanaan impor, yaitu SK Menteri Perdagangan dan Koperasi No. 229MPPKepVII1997 junto No. 28KPI1982 tentang ketentuan-ketentuan umum dibidang impor. Disamping itu
dalam rangka melancarkan penyediaan barang-barang tertentuuntuk kebutuhan di dalam negeri dan sekaligus memberikan perlindungan yang wajar dan menyeluruh bagi usaha-usaha
produksi, pemerintah menetapkan SK Menteri Perdagangan No. 789MPPKepXII2002 junto No. 790MPPKepXII2002 junto No. 230MPPKepVII1997 tentang penyederhanaan
ketentuan tata niaga impor barang. Berbeda dengan ekspor yang selalu diusahakan peningkatan pelaksanaannya oleh pemerintah
dalam rangka meningkatkan penerimaan pendapatan negara yang dapat dipergunakan untuk membiayai pembangunan, maka dalam hal impor pemerintah berusaha menaikkan sekecil
mungkin pelaksanaan kegiatan impor yang disesuaikan dengan kebutuhan ekonomi negara. Impor terutama dilakukan untuk jenis-jenis barang yang amat sulit diperoleh atau diproduksi
di dalam negeri. Impor atas barang-barang yang sudah dapat diproduksi dan sudah dapat dicukupi kebutuhan menghambur-hamburkan cadangan devisa, juga dapat menghambat atau
mengurangi produksi dalam negeri. 1.
Syarat-syarat Importir
25
Alfred Hutauruk, 1983, Sistem dan Pelaksanaan Ekspor, Impor, dan Lalu Lintas Devisa di Indonesia, Erlangga, Jakarta, hal. 104
Farid Chairmawan : Tinjauan Yuridis Mengenai Pelaksanaan Ekspor Impor Yang Menggunakan Letter Of Credit, 2008. USU Repository © 2009
Tidak semua pengusaha dapat melakukan kegiatan impor. Seperti halnya bank devisa, importir yang berupa badan usaha juga harus memiliki ijin dari instansi yang berwenang. Ijin
ini dapat diperoleh dari kantor perdagangan didaerah masing-masing, setelah sebelumnya mengajukan permohonan. Untuk itu calon importir harus memenuhi beberapa syarat
administrasi, antara lain: a.
Ijin Usaha Dagang atau Surat Ijin Usaha Perdagangan SIUP b.
Akta pendirian perusahaan dan peraturan-peraturannya c.
Surat permohonan kepada Kantor Dinas yang menangani bidang perdagangan didaerah perusahaan tersebut berdomisili
d. Menyerahkan surat fiskal atau surat keterangan telah memenuhi kewajiban membayar
pajak Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP e.
Surat keterangan bank referensi bank f.
Daftar riwayat hidup pengurus yang berhak menandatangani surat-surat atas nama perusahaan
g. Nomor Pengenal Importir Khusus NPIK bagi perusahaan yang akan melakukan
impor barang tertentu Setelah syarat tersebut dipenuhi dan permohonan memperoleh persetujuan dari kantor
perdagangan setempat, maka proses berikutnya adalah mengajukan permintaan Angka Pengenal Importir API, Angka Pengenal Importir Sementara APIS, atau Angka Pengenal
Importir Terbatas APIT. Setelah mendapatkan API, APIS, atau APIT, maka pengusaha yang bersangkutan telah memiliki wewenang untuk melakukan kegiatan impor.
Pemerintah menggolongkan importir kedalam empat jenis, yaitu: a.
Importir Umum, Yaitu setiap pengusaha yang memiliki Angka Pengenal Importir APIAPIS umum
Farid Chairmawan : Tinjauan Yuridis Mengenai Pelaksanaan Ekspor Impor Yang Menggunakan Letter Of Credit, 2008. USU Repository © 2009
b. Importir Terdaftar
Yaitu seluruh importir pemegang Angka Pengenal Importir umum, yang mendapat tugas untuk mengimpor komoditi tertentu yang sengaja diarahkan oleh pemerintah
c. Importir Produsen
Yaitu seluruh produsen yang disetujui oleh pemerintah untuk mengimpor sendiri barang- barang yang diperlukan untuk proses produksinya
d. Produsen Importir
Yaitu seluruh produsen yang disetujui untuk dapat mengimpor sendiri barang yang sejenis dengan hasil produksinya
2. Cara Pembayaran Impor
Pembayaran Impor diperluas tidak hanya dengan menggunakan LC saja, tetapi juga dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
a. Pembayaran di muka
b. Letter of Credit LC
c. Wesel Inkaso, dengan kondisi:
3 Document against Payment DP
4 Document against Acceptance DA
d. Perhitungan kemudian
e. Konsinyasi
f. Cara pembayaran lain yang lazim digunakan dalam perdagangan internasional,
berdasarkan kesepakatan antara eksportir dan importir 3.
Devisa Apabila importir ingin membeli sebagian atau seluruh devisa untuk impor dari Bank
Indonesia, maka Bank Indonesia wajib menjualnya berdasarkan kurs yang berlaku di bursa
Farid Chairmawan : Tinjauan Yuridis Mengenai Pelaksanaan Ekspor Impor Yang Menggunakan Letter Of Credit, 2008. USU Repository © 2009
valuta asing. Disamping itu, importir dapat membeli devisa yang diperlukan dari Bank Devisa, eksportir, atau pihak-pihak lain yang bersedia menjualnya. Bank Indonesia mengatur
tata cara pembelian devisa untuk impor melalui Bank Devisa. 4.
Dokumen Impor Dokumen utama yang dipakai untuk pencatatan impor adalah pemberitahuan pemasukan
barang yang akan digunakan untuk PPUD, yang wajib diisi oleh importir dengan sebenar- benarnya, dan kemudian diajukan kepada instansi bea cukai pabean. Selanjutnya importir
dapat mengambil barang-barang yang diimpornya tersebut.pengambilan barang-barang yang diimpor dapat dilakukan dengan cara menunjukkan dokumen pengapalan barang impor
tersebut kepada maskapai pelayaran dan pengangkutan barang. 5.
Barang Impor Dalam hal pelaksanaan kegiatan impor, pemerintah berhak dan berkewajiban untuk mengatur
barang-barang yang akan diimpor, disesuaikan dengan kondisi ekonomi dan kebutuhan negara.
Untuk barang-barang yang akan diimpor, pemerintah menetapkan dua jenis penggolongan, yaitu:
a. Penggolongan berdasarkan dilarang atau tidaknya barang impor, digolongkan sebagai
berikut: 1
Barang-barang yang boleh bebas diimpor 2
Barang-barang yang diatur tata niaga impornya, yaitu barang-barang yang dapat diimpor oleh para importir terbatas
3 Barang-barang yang diawasi impornya, yaitu barang-barang yang impornya hanya
dapat dilakukan dengan pengawasan menteri perdagangan atau pejabat yang bersangkutan
Farid Chairmawan : Tinjauan Yuridis Mengenai Pelaksanaan Ekspor Impor Yang Menggunakan Letter Of Credit, 2008. USU Repository © 2009
4 Barang-barang yang dilarang impornya, yaitu barang-barang yang impornya sama
sekali tidak boleh dilakukan b.
Penggolongan berdasarkan ada atau tidaknya pengenaan pajak pada suatu barang, digolongkan sebagai berikut:
1 Barang dagang, yaitu barang yang dimaksudkan untuk diperdagangkan sehingga
dikenakan bea masuk, serta pajak penjualan impor, tanpa dipengaruhi besarnya harga barang 2
Bukan barang dagang, yaitu barang yang dimaksudkan tidak untuk diperdagangkan, yang terbagi atas dua jenis, yaitu:
1 Barang kiriman
2 Barang bawaan penumpang
c. Penggolongan berdasarkan penting atau tidaknya barang tersebut diimpor kedalam
negeri, digolongkan sebagai berikut: 1
Golongan A, yaitu barang yang sangat penting untuk diimpor 2
Golongan B, yaitu barang yang penting untuk diimpor 3
Golongan C, yaitu barang yang kurang penting untuk diimpor 4
Golongan D, yaitu barang yang tidak dilarang untuk diimpor namun belum termasuk dalam golongan A, B, dan C
26
Importir yang melanggar ketentuan–ketentuan tentang impor yang telah ditetapkan oleh pemerintah dapat dikenai sanksi hukum berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, dan dapat dicabut APIAPISAPIT oleh Menteri Perdagangan. Satu hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan ekspor impor, untuk dapat memperoleh
hasil yang diharapkan, pihak pengusaha harus mendapat dukungan dari seluruh pihak yang berkaitan dengan pelaksanaan ekspor impor tersebut. Tujuan pemerintah mengeluarkan
peraturan-peraturan diatas adalah semata-mata untuk tidak mempersulit para pengusaha
26
Roselyne Hutabarat, 1997, Transaksi Ekspor Impor, Erlangga, Jakarta, hal. 118
Farid Chairmawan : Tinjauan Yuridis Mengenai Pelaksanaan Ekspor Impor Yang Menggunakan Letter Of Credit, 2008. USU Repository © 2009
dalam pelaksanaan ekspor impor. Untuk pelaksanaan peraturan yang telah ditetapkan pemerintah tersebut, jajaran instansi pemerintahan yang berkaitan juga diharapkan dapat
melaksanakannya dengan sebaik-baiknya. Sebab suatu peraturan yang baik tidak akan ada artinya bila tidak dijalankan dengan sempurna.
BAB IV PELAKSANAAN EKSPOR IMPOR YANG MENGGUNAKAN LETTER