Farid Chairmawan : Tinjauan Yuridis Mengenai Pelaksanaan Ekspor Impor Yang Menggunakan Letter Of Credit, 2008. USU Repository © 2009
Penyederhanaan tersebut pada umumnya menitikberatkan pada penggunaan devisa dengan tanpa mengurangi pengawasan untuk mencegah hal-hal yang tidak diharapkan.
Kebijaksanaan pemerintah tersebut perlu mendapat dukungan dari pihak-pihak yang bersangkutan dalam pelaksanaan ekspor impor. Jadi hendaknya para pengusaha dapat
memanfaatkan kesempatan dan kelonggaran-kelonggaran yang telah diberikan oleh pemerintah tersebut dengan sebaik-baiknya, dan para pengusaha diharapkan tidak
menyalahgunakan kesempatan dan kelonggaran-kelonggaran tersebut untuk tujuan yang hanya menguntungkan pribadi dan merugikan perekonomian negara Indonesia.
Untuk memberi gambaran yang lebih jelas, maka penulis akan mengemukakan beberapa kebijaksanaan pemerintah yang berhubungan dengan lalu-lintas devisa dan ekspor impor,
yang tertuang dalam beberapa peraturan pemerintah dan peraturan pelaksanaannya.
B. Peraturan Hukum yang Mengatur Tentang Eskpor Impor
Setiap negara memiliki peraturan serta sistem perdagangan yang berbeda-beda. Karena itu mereka yang terlibat dalam transaksi ekspor impor, misalnya para pengusaha atau para
petugas bank, sangat perlu mengikuti perkembangan-perkembangan peraturan serta sistem perdaangan internasional, baik yang berlaku di Indonesia, ataupun di negara lainnya.
Setelah dilakukan beberapa kali perubahan, maka peraturan umum tentang pelaksanaan ekspor impor dan lalu-lintas devisa yang berlaku dewasa ini di Indonesia adalah PP No. 1
tahun 1982, tentang pelaksanaan ekspor impor dan lalu-lintas devisa. Untuk menjalankan peraturan pemerintah tersebut, maka ditetapkan beberapa peraturan
pelaksanaannya yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang untuk itu, antara lain: 1.
Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi No. 118MPPKepII2003 junto No. 558MPPKepXII1998 junto No. 27KPI1982, tentang ketentuan-ketentuan umum
dibidang ekspor.
Farid Chairmawan : Tinjauan Yuridis Mengenai Pelaksanaan Ekspor Impor Yang Menggunakan Letter Of Credit, 2008. USU Repository © 2009
2. Keputusan Menteri Perdagangan No. 131MPPKepI2003, tentang penyederhanaan
ketentuan-ketentuan dibidang ekspor. 3.
Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi No. 299MPPKepVII1997 junto No. 28KPI1982, tentang ketentuan-ketentuan umum dibidang impor.
4. Keputusan Menteri Perdagangan No. 789MPPKepXII1997 junto No.
79MppKepXII2002 junto SK No. 230MPPKepVII1997, tentang penyederhanaan ketentuan-ketentuan tata niaga impor barang.
22
Sebelum berlakunya PP NO. 1 tahun 1982 tentang pelaksanaan ekspor impor dan lalu lintas devisa, telah berlaku beberapa peraturan pemerintah yang mengatur tentang pelaksanaan
ekspor impor serta lalu lintas devisa. Namun dengan semakin berkembangnya masyarakat dan semakin meningkatnya kegiatan ekspor impor, maka peraturan-peraturan lama tersebut
dianggap tidak dapat memenuhi kebutuhan. Pertimbangan pemerintah untuk mengeluarkan PP No. 1 tahun 1982, adalah dalam rangka
usaha pemerintah untuk meningkatkan pembangunan ekonomi serta memperlancar perdagangan luar negeri, perlu disusun tata cara pelaksanaan ekspor impor yang mudah dan
praktis. Kebijaksanaan dan tindakan pemerintah dalam bidang ekspor impor dan lalu lintas devisa
tersebut mempunyai tujuan sebagai berikut: 1.
Mengambil langkah-langkah yang dibutuhkan untuk memperkuat daya saing ekspor Indonesia yang mengalami kemerosotan akibat dari pengaruh resesi dunia, diskriminasi tarif,
dan saingan dari negara-negara produsen lainnya. 2.
Menciptakan suatu suasana agar dapat melakukan suatu usaha penerobosan pasar serta siap menghadapi saingan dari negara-negara produsen lainnya.
22
Ibid, hal. 25
Farid Chairmawan : Tinjauan Yuridis Mengenai Pelaksanaan Ekspor Impor Yang Menggunakan Letter Of Credit, 2008. USU Repository © 2009
3. Membebaskan para eksportir dari kewajiban menjual devisa yang diperolehnya
kepada Bank Indonesia, agar devisa tersebut dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin, baik untuk pembelian bahan atau barang modal guna menunjang ekspornya, maupun untuk
mendapatkan hasl yang maksimal dari penggunaan devisanya. 4.
Menyempurnakan cara pembayaran transaksi ekspor impor, dengan memperluas cara pembayaran dari yang telah ada sebelumnya hingga cara pembayaran yang sesuai dengan
yang lazim digunakan dalam perdagangan internasional. 5.
Menyediakan fasilitas kredit ekspor, jaminan kredit ekspor dengan syarat yang lunak. Ditinjau dari sifatnya, kebijakan pemerintah mengenai devisa menurut ketentuan Pasal 1 dan
2 PP No. 1 tahun 1982 adalah sebagai berikut: 1.
Setiap orang dapat dengan bebas menguasai atau mempergunakan devisanya dengan tidak membedakan dari mana asal devisa diperoleh.
2. Devisa yang diperoleh atau dimiliki tidak diwajibkan untuk dijual kepada Bank
Indonesia, sehingga dapat dipergunakan untuk barang yang diperlukan. 3.
Jika devisa tersebut akan dijual kepada Bank Indonesia ataupun Bank Devisa, maka bank tersebut wajib membeli dengan harga kurs yang terjadi dalam bursa valuta asing,
disamping itu devisa tersebut dapat dijual bebas kepada pihak yang memerlukan. 4.
Jika memerlukan devisa, maka dapat diperoleh dengan cara membelinya dari Bak Indonesia, Bank Devisa, ataupun pihak lain yang menjualnya.
Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1982 merupakan peraturan pelaksana dari Undang-Undang No. 32 tahun 1964 tentang devisa. Secara garis besar, devisa dapat dibagi atas dua jenis,
yaitu: 1.
Devisa Umum
Farid Chairmawan : Tinjauan Yuridis Mengenai Pelaksanaan Ekspor Impor Yang Menggunakan Letter Of Credit, 2008. USU Repository © 2009
Yaitu devisa yang berasal dari hasil ekspor, atau dari hasil penjualan jasa, atau transfer masuk dari luar negeri.
2. Devisa Kredit
Yaitu devisa yang berasal dari bantuan luar negeri, baik yang berupa pinjaman maupun donor dari luar negeri yang oleh Bank Indonesia ditempatkan dalam cal devisa di bursa valuta
asing.
23
1. Pembayaran dimuka Advance Payment
Mengenai tata cara pembayaran ekspor impor, menurut Pasal 3 PP No. 1 tahun 1982, dapat dilakukan dengan tunai maupun kredit, yaitu:
2. Letter of Credit LC
3. Wesel Inkaso Collection Draft, dengan kondisi:
a. Document against Payment DP
b. Document against Acceptance DA
4. Perhitungan kemudian Open Account
5. Konsinyasi
6. Cara pembayaran lain yang lazim dalam perdagangan luar negeri sesuai kesepakatan
pihak penjual dan pembeli Dengan PP No. 1 tahun 1982, pemerintah berusaha memperluas cara pembayaran dalam
transaksi ekspor impor untuk memberi kebebasan pada eksportir dan importir dalam memilih cara pembayaran. Dengan demikian para eksportir dan importir tidak hanya harus
mempergunakan LC saja di dalam pembayaran transaksi ekspor impor, tetapi juga dapat mempergunakan cara pembayaran lain yang lazim dipergunakan dalam perdagangan
internasional, sesuai dengan kesepakatan antara pihak eksportir dan importir.
23
Undang-Undang No. 32 tahun 1964 tentang Devisa
Farid Chairmawan : Tinjauan Yuridis Mengenai Pelaksanaan Ekspor Impor Yang Menggunakan Letter Of Credit, 2008. USU Repository © 2009
Kebijaksanaan pemerintah mengenai kredit ekspor, jaminan kredit ekspor, dan asuransi ekspor, diatur di dalam Pasal 4 PP No. 1 tahun 1982, dimana untuk peningkatan ekspor
dibidang selain minyak dan gas bumi disediakan persyaratn yang lunak. Sedangkan fasilitas kredit ekspor dan asuransi disediakan oleh pemerintah. Untuk beberapa jenis barang tertentu
dikenakan pungutan ekspor yang disebut dengan pajak ekspor dan pajak ekspor tambahan, sebagaimana diatur dalam Pasal 5 PP No. 1 tahun 1982. Untuk pelaksanaan transaksi ekspor
impor, Menteri Perdagangan dan Koperasi menetapkan harga patokan untuk barang-barang ekspor secara berkala. Hal ini diatur dalam Pasal 6 PP No. 1 tahun 1982. Sedangkan menurut
ketentuan Pasal 7 PP No. 1 tahun 1982, Menteri Perdagangan dan Koperasi menetapkan barang-barang tertentu yang dilarang untuk diimpor, yang disesuaikan dengan kebutuhan dan
perkembangan ekonomi nasional serta kepentingan negara pada umumnya. Dengan berlakunya PP No. 1 tahun 1982, maka seluruh peraturan yang bertentangan yang berlaku
sebelumnya dinyatakan tidak berlaku lagi, sebagaimana disebutkan dalam Pasal 9 PP No. 1 tahun 1982 tersebut.
C. Bank Devisa Sebagai Media Antara Eksportir dan Importir