Ruang inkubasi adalah ruang yang digunakan untuk menumbuhkan miserium jamur tiram putih pada media tanam yang sudah diinokulasi. Ruang
inkubasi dilengkapi dengan rak-rak inkubasi untuk menempatkan media tanam dalam kantong plastik yang sudah diinokulasi. Ruang inkubasi sebaiknya tidak
boleh terlalu lembab. Ruang pembibitan adalah ruang yang khusus digunakan untuk proses
produksi bibit. Untuk 1 botol bibit F0 dapat diturunkan menjadi 20 botol bibit F1, kemudian dari bibit F1 dapat diturunkan menjadi 30 bibit F2. Ruang pembibitan
diperlukan apabila produksi sudah berskala besar. Namun, bila produksi hanya berskala kecil maka lebih efektif bibit dibeli dari produsen bibit sehingga ruang
pembibitan tidak diperlukan.
4.2.3 Persiapan Bibit
Budidaya jamur tiram putih yang berhasil dengan baik dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang perlu diperhatikan, salah satunya adalah bibit jamur
tiram. Kualitas merupakan kunci keberhasilan dalam budidaya jamur tiram putih. Bibit jamur tiram yang digunakan dalam usaha budidaya jamur tiram UD. Mitra
jamur adalah bibit F2. Dimana bibit F2 yang didapat merupakan penurunan dari bibit F1 yang dilakukan proses pembibitan sendiri oleh UD. Mitra jamur. Sehingga
bibit yang dibutuhkan mudah didapatkan. Beberapa hal yang diperlukan dalam pemilihan bibit jamur tiram, yaitu bibit berasal dari varietas unggul, umur bibit
optimal 45-60 hari, warna bibit merata, bibit tidak terkontaminasi, dan belum ditumbuhi jamur.
4.2.4 Pembuatan Media Tanam
a. Persiapan
Serbuk kayu merupakan sebagai komposisi utama untuk media tanam dalam melakukan budidaya jamur tiram putih. Serbuk kayu yang biasa digunakan dalam
kegiatan budidaya jamur tiram berasal dari serbuk gergaji kayu sengon. Selain serbuk kayu, bahan penunjang lain seperti bekatul, gips, kapur dan tepung jagung
juga perlu disiapkan dalam membuat media tanam jamur tiram. Semua bahan untuk
pembuat media tanam jamur tiram disiapkan sesuai dengan kebutuhan dan komposisi yang sesuai.
b. Pengayakan
Serbuk gergaji kayu yang telah diperoleh memiliki tekstur atau kadar air yang berbeda-beda. Terkadang serbuk gergaji kayu yang didapat tekstur kurang
baik karena didalamnya biasa terdapat potongan-potongan kayu yang masih cukup besar dan tajam yang dapat merusak kantong plastik. Untuk mengatasi hal tersebut
maka dilakukan pengayakan serbuk gergaji kayu untuk menghindari adanya potongan kayu yang dapat merusak kantong plastik. Proses pengayakan dilakukan
dengan menggunakan teknologi yang berupa Mixer baglog. Dengan adanya alat Mixer baglog tekstur serbuk gergaji yang dihasilkan lebih lembut dan dapat
memisahkan potongan-potongan kayu yang besar dan tajam.
Gambar 4.3 Proses Pengayakan Serbuk Kayu dengan Mesin Pengayak c.
Pencampuran Bahan-bahan yang telah disiapkan ditimbang untuk menentukan komposisi
yang sesuai kemudian mencampur semua bahan. Bahan tersebut adalah serbuk gergaji kayu, bekatul, gips, kapur, tepung jagung dan air. Pencampuran dilakukan
terlebih dahulu menebarkan serbuk gergaji kayu, lalu meratakannya. Setelah rata, kemudian menambahkan bekatul, gips, kapur dan tepung jagung yang ditabur satu
per satu secara merata diatas permukaan serbuk kayu. Setelah semua bahan sudah tercampur hingga rata, kemudian diberi air kurang lebih sebanyak 30 dari
adonan. Air dibutuhkan apabila kadar air pada serbuk gergaji kayu masih kurang
dengan yang diharapkan. Apabila kadar air dirasa sudah cukup maka tidak perlu memerlukan air pada proses pencampuran. Kadar penggunan air tidaklah mutlak.
Proses pencampuran harus dilakukan secara merata, diusahakan tidak tedapat gumpalan terutama serbuk kayu dan kapur. Adanya gumpalan dapat mengakibatkan
komposisi media tanam yang diperoleh tidak merata sehingga dapat berpengaruh pada produksi jamur tiram putih.
Gambar 4.4 Ruang pencampuran bahan-bahan media Baglog d.
Pengomposan Setelah semua bahan telah dicampur dengan rata, kemudian campuran
bahan-bahan tersebut dikomposkandidiamkan selama satu hari. Pengomposan
dilakukan dengan menimbun campuran tesebut kemudian menutupnya secara rapat dengan menggunakan terpal. Campuran bahan-bahan jika terlalu banyak air akan
memacu pertumbuhan mikroba lain yang dapat merusak media tanam jamur tiram. e.
Pewadahan Setelah dilakukan pengomposan maka media tanam jamur tiram tersebut
dimasukkan ke dalam kantong plastik polipropilen karena plastik jenis ini relatif tahan panas dalam proses sterilisasi pengukusan. Pewadahan dilakukan dengan
cara memasukkan adonan media tanam jamur tiram ke dalam kantong plastik pengisian baglog. Kemudian adonan tersebut dipadatkan dengan alat yang bernama
Press baglog. Berat media tanam jamur tiram sekitar 1,2 kg per baglog. Setelah media tanam sudah padat, ujung media tanam ditutup dengan menggunakan cincin
plastik. f.
Sterilisasi pengukusan Sterilisasi adalah suatu proses yang dilakukan untuk mensterilkan baglog
dari berbagai mikroba yang dapat mengganggu pertumbuhan jamur tiram. Proses sterilisasi pengukusan dilakukan sekitar 10-12 jam. Pada UD. Mitra jamur proses
sterilisasi menggunakan alat steamer yang mempunyai kapasitas 1500-2000 baglog. Setelah itu, baglog didinginkan selama 8-10 jam.
4.2.5 Inokulasi Pemberian Bibit