8
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Menurut Zulfahmi 2011, dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Jamur Tiram Putih Model Pusat Pelatihan Pertanian
Pedesaan Swadaya P4S Nusa Indah menunjukkan biaya total yang dikeluarkan sebesar Rp 254. 852.240, dengan diperoleh penerimaan sebesar Rp 284.020.250
dan memperoleh pendapatan sebesar Rp 38.168. 010,-. Usaha jamur tiram putih seperti ini sudah dapat dikatakan menguntungkan karena besarnya pendapatan
usaha jamur tiram putih ini telah cukup memadai. Pendapatan yang diperoleh telah cukup untuk membayar seluruh biaya pembelian sarana produksi termasuk
seluruh biaya administrasi yang melekat pada pembelian tersebut. Menurut Kurniasari 2000, dalam penelitiannya yang berjudul
“Analisis Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram Pleurotus sp Pada Usaha Agribisnis
Supa Tiram Mandiri, Bogor” menunjukkan bahwa pengusaha budidaya jamur tiram Usaha Agribisnis Supa Tiram Mandiri layak untuk dilaksanakan. Pada
tingkat suku bunga 12 persen NPV yang diperoleh positif sebesar Rp 355.412.843,2, nilai IRR adalah layak untuk semua tingkat diskonto, nilai BC
ratio adalah sebesar 1,8. Ini berarti bahwa pada tingkat suku bunga 12 persen masih dapat dilakukan investasi di bidang pertanian.
Menurut Andriyani 2009, dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Finansial Usahatani Jamur Tiram Putih pleurotus ostreatus Studi Kasus
Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat menyatakan bahwa dari hasil perhitungan menunjukkan kelayakan finansial usahatani jambu mete
apabila terjadi penurunan produksi jamur tiram putih sebesar 8,33 persen adalah tetap layak. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa usahatani jamur tiram
putih tidak peka terhadap perubahan penurunan produksi, karena hasil analisisnya tidak merubah usahatani jamur tiram menjadi tidak layak diusahakan. Apabila
terjadi kenaikan upah tenag kerja sebesar 20,55 persen adalah tetap layak. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa usahatani jamur tiram tidak peka
terhadap perubahan kenaikan biaya tenaga kerja, karena hasil analisisnya tidak
9 merubah usahatani jamur tiram menjadi tidak layak diusahakan sehingga
usahatani jamur tiram dapat terus menjalankan usahanya. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Nuri 2013 yang berjudul
“Strategi Pengembangan Usahatani Jamur Merang di Kabupaten Jember” menunjukan bahwa usahatani jamur merang di Kabupaten Jember berada pada
posisi kuat-berpeluang White Area, maka usaha tersebut memiliki peluang pasar yang prospektif danm memiliki kompetensi untuk mengerjakannya dan strategi
yang tepat dilakukan untuk saai ini adalah strategi S-O yang memaksimalkan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada dan bersifat growthor oriented
strategy.
2.2 Landasan Teori